Buku merupakan sarana untuk dapat melihat dunia. Seperti kata pepatah, buku adalah jendela dunia. Dengan membaca kita bisa mendapatkan tambahan informasi dan pengetahuan yang belum kita ketahui. Bahkan sejarah kebangkitan Eropa dimasa lalu dimulai dari buku.
Sosok Bung Hatta sangat begitu kita kenal. Bapak Proklamator ini dikenal sebagai kutu buku yang begitu mencintai ilmu pengetahuan dan buku.
Bagi Bung Hatta buku merupakan kehidupannya. Kemana pun pergi buku selalu menyertainya, termasuk ketika diasingkan oleh pemerintahan kolonial yang sebagian besar ia bawa adalah buku.
Bung Hatta telah mulai mengoleksi buku sejak ia masuk sekolah dagang menengah Prins Hendrik School (PHS) di Betawi tahun 1919. Kegandrungan kepada buku diperlihatkannya dengan membawa pulang 16 peti berisi buku-buku dan hanya satu koper pakaian saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok setelah 11 tahun tinggal di Belanda.
Kecintaannya pada buku memang luar biasa sehingga Bung Hatta memiliki perpustakaan pribadi yang terlengkap dan terbesar di Indonesia. Tema-tema buku di perpustakaannya cakup beragam, mulai dari filsafat, ideologi, politik, ekonomi, biografi, arsitektur, sastra, pariwisata, berbagai majalah dan jurnal, serta ensiklopedia.
Menurut putri bungsunya, Halida Hatta, Bung Hatta membaca dan mempelajari hampir semua aliran ataupun pandangan, mulai dari kapitalisme, sosialisme, komunisme, maupun Islam. Hal ini menjadi kekuatan Bung Hatta untuk mengetahui seluk-beluk apakah sebuah aliran atau ideologi cocok untuk diterapkan di Indonesia atau tidak, dan seberapa jauh aksesnya bagi bangsa.
Membaca buku menjadi salah satu rutinitas Bung Hatta setiap harinya. Buku adalah dunianya yang patut ditiru. Tidak salah Bung Hatta dapat menjadi inspirasi bagi kaula muda Indonesia untuk lebih rajin lagi membuka dan membaca buku. Selain itu, Bung Hatta juga rajin menulis. Begitu banyak buah pemikirannya serta karyanya yang dituangkan dalam bentuk gagasan tertulis berupa artikel, pidato, dan tulisan-tulisan lainnya.
Seperti yang dikatakan oleh Thomas Jefferson (1815), aku tidak bisa hidup tanpa buku. Bung Hatta adalah orang besar yang memiliki sifat jujur, santun serta kegemarannya membaca dan mengkoleksi buku.
Akankah kita bisa seperti Bung Hatta? Tentunya bisa, dunia pendidikan adalah jawabannya. Melalui dunia pendidikan kita dapat belajar banyak dari kehidupan dan biografi Bung Hatta sehingga kecintaan terhadap buku akan.
Melihat dewasa ini, banyak generasi muda diantara kita kurang untuk membaca buku apalagi perkembangan teknologi yang semakin tidak tertandingi lagi kecepatannya. Sebagai generasi muda yang penuh dengan semangat perubahan.
Sebaiknya kita mulai kembali gemar untuk membaca buku sehingga secara tidak langsung kita turut membantu mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjauhan dari penjajahan, kebodohan serta kemiskinan. Membaca adalah instrumen yang teramat penting untuk mentrasformasikan ilmu pengetahuan kepada generasi Bung Hatta Muda nantinya.
—————————————————————————————————————————————————
Bayu Haryanto – biasa disapa Ubay. Penikmat senja yang bermimpi untuk explore Indonesia dengan tagline #JajahNagariAwak. Pemotret yang suka dipotret. Perngkai kata dalam blog kidalnarsis.blogspot.com. Jejaring sosial Twitter @beyubay dan Instagram @beyubaystory.
Traveling ■ Explore ■ Journalism ■ Photograph ■ Writer ■ Share ■ Inspire
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment