Dunia pendidikan terutama di perguruan tinggi mempunyai peranan penting dan strategis untuk menyiapkan generasi sebagai kader penerus bangsa yang mampu bersaing di era globalisasi saat ini. Namun, Kampus sebagai dunia pendidikan tinggi dalam praktiknya selalu mengedepankan kemampuan Hard Skills mahasiswa dalam pencapaian lulusannya dengan harapan dapat medapatkan pekerjaan yang layak.
Sementara, sebuah penelitian dari National Association of College and Employee (NACE) 2002 menempatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di perguruan tinggi pada urutan ke-17 IPK atau kemampuan Hard skills kalah oleh kemampuan berorganisasi, kepemimpinan, dll yang dikenal dengan soft skills atau keterampilan dalam mengatur dri sendiri dan berhubungan dengan orang lain, bisa disebut juga dengan EQ (Emotional Intelligence Quotient). Dengan kata lain hard skills lebih bersifat akademik dan soft skills bersifat non akademik/ekstrakulikuler.
Dengan tidak mengesampingkan kemampuan hard skills, kemampuan soft skills seberapa pentingkah bagi mahasiswa? Ya, ketika pengembangan soft skills digaung-gaungkan oleh perguruan tinggi menandakan itu sangat penting. Kemampuan soft skills dikembangkan untuk bekal memasuki dunia kerja dan bermasyarakat.
Misalnya di UGM sejak tahun 2005 Success Skills telah dicanangkan untuk meningkatkan thinking skills, learning skills dan living skills. Yang diberikan kepada mahasiswa baru pada masa orientasi kampus yang identik dengan pengembangan soft skills.
Di ITS keterampilan soft skills pun menjadi salah satu syarat lulusnya mahasiswa disamping nilai akademik dengan mengumpulkan point-point tertentu, sama halnya di Universitas Bung Hatta juga mengeluarkan dua transkrip yaitu nilai akademik dan ekstrakulikuler dimulai dari mahasiswa angkatan 2007 dan masih banyak juga perguruan tinggi yang menerapkan pengembangan soft skills untuk mahasiswanya.
Jika mahasiswa tidak memiliki kemampuan soft skills, tidak heran akan terjadi banyak penganguran karena sebagian lulusan perguruan tinggi tidak memiliki keterampilan non akademis. Akibatnya saat memasuki dunia kerja lulusan perguruan tinggi kurang bisa berinteraksi terhadap sesama rekan kerjanya, kurang mampu mememecahkan suatu masalah di lingkungan kerja (problem solving), kurang berkomnuikasi di dunia kerja dll.
Kegiatan yang terencana, terprogram dan tersistem seperti dalam kegiatan organisasi di kampus dapat dijadikan media pembelajaran untuk mengembangkan soft skills mahasiswa. Tak hanya itu, penerapan sistem Student Center Learning (SCL) saat kuliah pun dapat membangun nilai-nilai kebersamaan, keberanian dan kemampuan dalam berkomunikasi sehingga mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang dimilikinya.
Kesuksesan mahasiswa tidak di tentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis berupa kemampuan analitis, berpikir ilmiah, pencapaian nilai kognitif (hard skill) saja, tetapi kita mahasiswa harus mampu mengembangkan soft skill yang baik, menguasai teknologi, bekerja mandiri, memiliki ilmu pengetahuan yang baik agar menjadikan kita lulusan yang bermutu dan mempunyai daya jual yang tinggi dibandingkan mahasiswa yang lainnya.
Bayu Haryanto, Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Bung Hatta.
Tulisan ini pernah masuk koran Harian Padang Ekspres kolom Kampus, 25 Desember 2011.
No comments:
Post a Comment