Udara pagi di akhir bulan Agustus begitu
segarnya. Pagi itu suasana masih cukup gelap dan dingin. Genangan air sisi
hujan semalam masih basahi jalanan. Mentari masih belum sepenuhnya berikan
kehangatan sinarnya. Sebagian masyarakat ada yang sudah beraktivitas dan
sebagian lagi masih terlelap meringkuk bersembunyi di bawah selimut. Namun
jalanan masih cukup lengang. Ya, sekarang itu weekend.
Pada 31 Agustus 2014, bersama tiga adik saya dari lain ibu yaitu
Muhammad Yusuf Rasidin, M Denis dan Imam Mardhatillah, menoba untuk menikmati
akhir pekan mendaki gunung di Kota Padang. Gunung? Pecaya atau tidak, Kota
Padang itu mempunyai gunung loh. Bila tidak percaya mari buktikan saja. Ya, ini
dia namanya Gunung Padang atau Gunuang Padang dalam bahasa Minangkabaunya.
Kota Padang memiliki keindahan alam yang tidak perlu diragukan lagi akan pesonanya, mulai dari dari suasana pantai dan pulaunya hingga panorama alam dari ketinggian. Salah satunya dapat nikmati di Gunung Padang.
Panorama Kota Padang dari Ketinggian di Gunung Padang |
Gunung Padang juga menjadi ikon bagi Kota Padang sebab telah melekat pada lambang administrasi kota ini. Di kawasan ini memiliki banyak cerita dan objek wisata yang patut dijelajahi, dimulai dari kisah Siti Nurbaya, benteng dan bunker yang merupakan situs peninggalan jaman penjajahan, suasana perkampuangan nelayan, nikmatnya memancing hingga panorama alam yang menakjubkan. Begitu lengkap dan kompleksnya.
Kami pergi dari rumah dengan mengunakan
kendaraan bermotor. Cukup mudah untuk mengunjunginya, dari pusat kota kira-kira lebih dari 5 km, kita bisa melewati sepanjang pesisir pantai Padang kemudian menuju arah jembatan Siti Nurbaya. Ikuti saja jalan hingga ke bawah jembatan, lurus terus dengan menyusuri tepian sungai Batang Arau hingga menuju arah Gunung Padang yang berada di muara sungai. Tepatnya berada di Kelurahan Kampung Seberang Pabayang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.
Sesampainya dilokasi akan disambut dengan gerbang yang bertuliskan Objek Wisata Gunung Padang. Untuk setiap kendaraan yang diparkir akan dikenakan biaya retribusi sebesar Rp3.000 per unitnya. Masuk ke lokasi Gunung Padang pun dengan menggunakan karcis masuk yang harganya Rp.5000 untuk dewasa dan Rp.3000 untuk anak-anak.
Roman
Siti Nurbaya dan Makam Siti Nurbaya
Jalan menuju makam Siti Nurbaya |
Gunung Padang sering kali dikaitkan dengan
cerita fiksi yang melegenda di masyarakat yaitu kisah cinta Siti Nurbaya.
Cerita ini sebenarnya berasal dari sebuah novel karya Marah Rusli dengan judul
Sitti Nurbaya, Kasih Tak Sampai yang diterbitkan pertama kali tahun 1922
Kisah Siti Nurbaya yang menjadi cerita Romeo
dan Julietnya Sumatra Barat ini bercerita tentang cintanya Siti Nurbaya dengan
Samsul Bahri yang harus kandas karena Siti Nurbaya dipaksa menikah dengan Datuk
Maringgih.
Percaya tidak percaya di kawasan Gunung
Padang ini juga terdapat sebuah makam yang dipercaya oleh masyarkat sekitar
sebagai makamnya Siti Nurbaya dan puncak gunung ini juga menjadi saksi atas
perjuangan cinta mereka.
Makam tersebut berada di sebuah lubang berupa
celah sempit di antar dua
buah batu besar dengan batu nisan yang berwarna putih dan ditutupi kain
berwarna putih dan biru. Kondisi. Disekitar makam ini terdapat tulisan larangan
untuk memotret.
Kawasan
Gunung Padang
Sudah, lupakan sejenak tentang kisah Siti
Nurbaya. Saatnya mendaki gunung. Akan beda rasanya, bila mengaki gunung yang
sebenarnya. Jalan yang terjal, berbatu dan penuh rintangan.
Lantas bagaimana dengan Gunung Padang?
Sebenarnya, ini bukan berbentuk sebuah gunung namun hanya sebuah bukit yang
ketinggiannya lebih dari 400 mdpl. Bisa jadi sebagai sebutan saja bagi
masyarakat di Kota Padang karena di daerahnya tidak memiliki gunung.
Rute perjalanan menuju puncak tidaklah
ekstrim, cukup aman dan dapat dilalui dengan berjalan kaki. Jalannya datar dan
mendaki dengan jumlah ratusan anak tangga yang telah dibeton semen. Jalurnya berada
di bibir bukit yang dibatasi oleh tembok pembatas sehingga aman bila dilalui.
Pembatas tembok bersemen ini hanya beberapa
meter saja dan sisanya mengunakan besi, namun tidak semua jalan ada dinding
pembatasnya banyak yang roboh dan hilang. Tentunya ini sangat membahayakan
penunjung. Apalagi jalanan cukup lembab dan berlumut, bila tidak hati-hati bisa
terpeleset sekalipun menggunakan sepatu.
Bila diukur untuk mencapai puncaknya
kira-kira lebih dari 2 km.Tak perlu khawatir, meski hanya mendaki bukit. Di
lokasi ini terdapat tujuh tempat isitrahat yang pemandangannya menghadap
langsung ke Kota Padang.
Serunya
Memancing
Perjalanan akan dimulai beberapa meter dari gerbang.
Disini sebelah kiri jalan masih dapat dijumpai rumah penduduk sedangkan sebelah
kanannya pemandangan muara sungai dengan segala aktivitas masyarakat yang
sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.
Jalan disini persis di bibir tebing laut yang
dibatasi oleh tembok dan besi. Dibawahnya ini langsung deburan ombak yang
menghantam bebatuan. Banyak juga masyarakat memanfaatkan tepian bukit di
kawasan gunung padang ini untuk memancing ikan, selain sebagai hobi juga untuk
menghilangkan kepenantan.
Menuju ke bawah bukit sudah ada jalurnya,
baik yang dibuat dengan jalan setapak maupun telah dibeton. Bebatuan yang
dihempaskan oleh ombak dan pemandangan aktivitas nelayan yang hendak melaut
menciptakan sensasi ketenangan tersendiri. Bagi yang hobi memancing tidak ada
salahnya mencoba lokasi ini.
Wisata
Sejarah
Di kawasan gunung padang juga akan dijumpai
beberapa benteng dan bunker pertahanan hasil peninggalan zaman penjajahan
Jepang plus dengan meriamnya. Sebelum melanjutkan perjalanan kita dapat
berwisata sejarah terlebih dahulu dengan melihat-lihat kedalamnya atau
mengabadikan gambar dengan kamera kita.
Untuk bunker pertama berdekatan dengan rumah
penduduk dan digunakan untuk kandang hewan. Bunker kedua berhadapan dengan
langsung kedai milik warga dan digunakan sebagai gudang. Sedangkan untuk
benteng pertama bermana Pilboks Gunung Padang memiliki ruangan cukup luas,
terdapat meriam besi yang besar dan dengan tipe benteng yang berbentuk empat
poligon setengah lingkaran dibangun sekitar tahun 1942-1945. Benteng kedua yang
memilik bentuk seperi rumah yang tertulis BOW dan memiliki dua ruangan yang tak
beratap.
Bila sampai puncak akan terdapat dua bunker.
Kemungkinan bila dilakukan penggalian lagi dilokasi ini akan ada banyak lagi
benteng-benteng yang tersembunyi. Mengingat pada zaman dulu gunung padang
dijadikan salah satu basis pertahan tepi pantai oleh penjajahan Jepang.
Mendaki
Gunung Padang
Usai melihat bunker dan benteng, perjalanan
mulai sedikit menanjak, disebelah kiri tidak ada lagi rumah penduduk hanya
pepohonan yang lebat yang banyak dihuni oleh monyet-monyet dan sekali-kali bila
beruntung akan terlihat biawak. Deburan ombak pun mulai tidak begitu terdengar.
Perlahan-lahan bila melihat sebelah kanan akan
terlihat tepian Pantai Padang dan bangunan-bangunan kota yang berada di pesisir
pantai. Selama perjalanan kira-kira panjangnya 3 m akan dijumpai batu kerikil
yang disemen yang daapt dimanfaatkan bagi yang memiliki penyakit rematik.
Semakin jauh berjalan, maka akan semakin
menanjak. Hal ini ditandai dengan adanya anak tangga yang berbeton dan panorama
Kota Padang akan terlihat selama perjalanan. Suasana disini sudah berbeda, serasa
berada di dalam hutan, begitu tenang, demuran ombak tak tersengar, bunyi
serangga khas hutan terus memekik di telinga memecah seluruh ketenangan di
dalam diri. Sedikit paranoid juga bila berjalan sendirian.
Bila sudah bertemu dengan batu besar
yang berada dijalanan kiri kanan maka kita sebentar lagi akan menuju puncak dan
makam Siti Nurbaya. Terus mendaki anak tangga hingga sampai dipuncak.
Langkah terakhir dari anak tangga akan
mengantarkan kita ke puncak gunung yang bernama Taman Siti Nurbaya. Di taman
ini terdapat tempat duduk yang bisa dimanfaatkan untuk berisitirahat sembari
mengatur pernafasan setelah berjalan menaiki puncak Gunung Padang.
Perjalanan hingga puncak memang cukup
melelahkan penuh dengan keringat dan menguji stamina kita, sebab ratusan anak
tangga telah berhasil dilalui. Luar biasa sekali, pemandangan pesisir Kota
Padang, Samudera Hindia dan Bukit Barisan akan menyapa. Udaranya begitu segar
dan panorama alam ini begitu menyejukan mata kita.
Di taman ini, terdapat dua spot untuk
menikmati pemandangan alam, pada spot pertama pemandangan daratan berupa
landscape Kota Padang dan bukit barisan dari ketinggian, yang posisinya dekat
dengan sebuah pondok yang digunakan masyarakat sekitar untuk berjualan.
Pada spot kedua berupa pemandangan lautan
yang biru membentang dengan indah ditambah lagi dari kejauhan terlihat
keberadaan Pantai Air Manis dengan dua pulaunya yang bernama Pulau Pisang Ketek
dan Pulau Pisang Gadang. Bila cuaca sedang cerah akan terlihat Teluk Bayur dan
Teluk Kabung. Posisinya dekat bebatuan besar.
Wajar saja bila Taman Siti Nurbaya sering
digunakan oleh pelajar dan mahasiswa
sebagai salah satu tempat untuk mengadakan aktivitas di alam terbuka
karena disini begitu banyaknya pepohonan yang rindang, udaranya sejuk dan segar,
cukup tenang jauh dari kebisingan, bebas pungli dan lokasinya bersih lagi. Begitu
juga saat weekend akan cukup ramai silih berganti mengunjungi kawasan Gunung
Padang pada waktu pagi dan sore hari.
Selain itu yang terpenting disini sudah
disediakan fasilitas tempat untuk berkumpul dan berdiskusi, berbentuk lingkaran
yang terbuat dari batu-batuan yang disusun secara apik, namun sayangnya toliet
dan tempat ibadah kurang memadai serta kurangnya tempat sampah di taman ini.
Great
Wall nya Kota Padang
Sebenarnya, banyak yang tidak menyadari
ternyata perjalanan menuju puncak gunung ini, bila perhatikan dengan seksama
layaknya berada di Great Wall Koto Gadang Bukittinggi atau Great Wall asli di
Cina. Terutama bila dilihat di atas perahu nampak jelas dinding tembok tersebut
di bibir bukit.
Meskipun tidak sepenuhnya tembok pembatas
berbahan semen ada juga yang menggunakan besi. Tetap saja selama perjalanan
menuju puncak Gunung Padang ini bisa juga disebut Great Wall nya Kota Padang.
Sebagai tempat destinasi pertama dan gerbang
utama wisatawan masuk ke Sumatra Barat. Tentutnya, bila dilakukan pembenahan
dan dikelola lebih baik lagi, Gunung Padang ini akan menjadi objek wisata
favorit dan bernilai tinggi setelah wisata pesisir pantai. Apalagi pemerintah
kota memiliki agenda tahunan Festival Siti Nurbaya, sudah seharusnya kawasan
Gunung Padang dijadikan pusat lokasi penyelenggaraannya sebagai sarana promosi.
Gunung Padang memiliki daya pikat tersendiri
untuk mengajak wisatawan menjelajah di kawasan ini. Rugi rasanya bila datang ke
Kota Padang tidak mencoba menikmati sensasi paronama alam dari ketinggian.
Tips:
Tips:
Bila hendak mengunjungi Gunung Padang ada
beberapa hal yang perlu kita persiapkan pertama kondisi badan harus fit tidak
sedang sakit karena selama menaiki gunung akan menuji stamina kita. Kedua
disarankan untuk mengisi perut terlebih dahulu dan membawa air mineral sebab di
puncak gunung padang hanya ada satu penjual makanan dan minuman yang seadanya. Ketiga
selama perjalanan baiknya mengunakan sepatu dan juga harus berhati-hati dengan
monyet yang berkeliaran terutama saat dipuncak gunung karena bisa barang-barang
bawaan kita karena diambil. Terakhir yang terpenting siapkan kamera untuk
mengabadikan setiap momen saat datang ke gunung padang.
Foto-Foto:
Foto-Foto:
Gerbang Baru Tahun 2014. |
—————————————————————————————————————————————————
Bayu Haryanto – biasa disapa Ubay. Penikmat senja yang bermimpi untuk explore Indonesia dengan tagline #JajahNagariAwak. Pemotret yang suka dipotret. Perngkai kata dalam blog kidalnarsis.blogspot.com. Jejaring sosial Twitter @beyubay dan Instagram @beyubaystory.
Traveling ■ Explore ■ Journalism ■ Photograph ■ Writer ■ Share ■ Inspire
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment