Ke
mana lagi? Itulah pertanyaan yang terucap ketika kami usai makan siang dengan nasi
Sek, kuliner khas kota Pariaman yang berada di seputaran Pantai Gandoria.
Akhirnya asupan tenaga sudah diisi kembali, ini sebagai bekal untuk melanjutkan
perjalan berikutnya. Kala itu saya bersama Melyagustin, bg Eka Mardika, Nenny
Febrina dan Eka Refnawati pergi holiday-an
ke Kota Pariaman.
Karena
banyaknya pilihan tempat objek wisata sehingga membuat kami ragu mengunjungi
yang mana dan pilihan tertuju pada Konservasi Penyu. Memang menghabiskan hari libur di Kota Pariaman tidak
hanya untuk berekreasi dan bermain ke pantai saja tapi dapat juga mengunjungi
tempat pengkaran penyu yang berada di sebelah utara Kota Pariaman yang berdekatan
juga dengan Pulau Kasiak. Tepatnya berlokasi di Jalan Syeh Abdul Arif,
Kawasan Pantai Ampalu, Desa
Manggung, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman.
Tidak
sulit untuk mengunjungi penangkaan penyu ini. Bila dari pusat kota dapat di
tempuh sekitar 10 menit dengan perjalanan darat dengan diakses dari tiga jalur
yakni, dari Pantai Gandoriah, dari Simpang Akper (Ampalu) dan dari
kawasan normalisasi sungai Batang Manggung.
Kami
sempat berputar-putar juga untuk sampai ke lokasi ini. Akses jalan kawasan
normalisasi sungai Batang Manggung yang kami pilih. Dari sini akan melewati
gerbang besar kemudian masuk ke area hutan pinus jarum dan sampai di pintu
selatan. Kami membayar karcis masukRp.5 ribu per orang. Selain itu bila dari Pantai
Gandoria dan jalan Simpang Akper akan bertemu dalam satu jalur hingga sampai
gebang sebeah utara.
Kendaraan
terpakir, kami kemudian turun dan mulai menelururi penangkaran penyu ini. Wow,
cukup ramai juga pengunjung yang datang ke penangkaran ini. Bila dilihat
umumnya rombongan keluarga besar dan plat kendaraannya tidak dari dalam Sumatra
Barat.
Keberadaan
penanggakaran penyu ini sebagai upaya untuk menjaga dan melestariakan
keberadaan penyu dari ancaman kepunahan, seiring dengan meningkatkan perburuan
besar-besaran terhadap telur dan daging
penyu yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Wilayah pesisir dan pulau
kota Pariaman ditemukan species endemik berupa penyu laut dan juga
merupakan daerah peneluran penyu yang bertelur sepanjang tahun.
Kota
Pariaman mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup beragam seperti eksosistem
terumbu karang, mangrove, habitat penyu dan biota laut lainnya. Kondisi pantainya
juga yang masih terjaga dan cukup banyak disinggahi penyu merupakan salah satu
faktor yang sangat mendukung dalam
membuat kawasan konservasi penyu di kota ini
Pemerintah
Kota Pariaman telah membuat Kawasan Konservasi Penangkaran Penyu dibawah UPT.
Konservasi Penyu Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Pariaman. Awal
mulainya pembuatan kawasan konservasi penyu ini dilakukan awal tahun 2006
dengan membangun fasilitas penangkaran penyu oleh DKP Kota Pariaman yang
menjadi bagian dari kawasan konservasi perairan daerah, namun mulai berjalan
dengan baik pada tahun 2009.
Kemudian
pada tahun 2013 dibentuk UPT. Konservasi Penyu dan pulau pulau yang berada di
kawasan pencadangan mempunyai fungsi utama sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna serta
pemanfaatan yang lestari.
Seperti
yang kita ketahui, penyu merupakan salah satu hewan purba langka yang dapat
berusia hingga ratusan tahun. Sayangnya, keberadaannya saat ini dalam kondisi
hampir punah dan keberadaannya dilindungi oleh undang-undang. Proses repoduksi
penyu sangatlah lama, dapat bertelur ketika berusia 25 tahun lebih. Begitu juga
ketika pemeraman telur penyu yang dapat dilakukan selama seminggu hingga dua
bulan dan penyu.
Kawasan
Konservasi ini menjadi tempat pelestarian dan penetasan telur penyu endemik
yang meliputi Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata), Penyu hijau (Chleonia
Mydas), dan Penyu Lengkang (Lepidocheyls Olivacea). Telah ribuan telur
ditetaskan di penangkaran ini sejak tahun 2009.
Konservasi
Penyu ini pertama di Sumatra Barat kemudian disusul oleh Kota Padang di Pantai
Aie Manis, berikutnya mengusul di Kabupaten pesisir selatan dan Kabupaten Agam
di Pantai Pasie Tiku dan dua pulau yang ada di depannya.
Kawasan
Konservasi Penyu ini memiliki beberapa fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh
pengunjung di antaranya terdapat ruang inkubasi peneluran penyu,
hacthery, ruang karantina, pos jaga, ruang informasi, laboratorium hingga
taman yang dilengkapi gazebo-gazebo yang menghadap ke laut dengan pemandangan
pulau-pulau kecil Kota Pariaman.
Penelusuran
pertama Kami menuju pondok-pondok yang berada di belakang tempat pemeraman
telur penyu. Pondok ini memiliki bentuk yang unik dan lucu yang berlatakan
hutan ,mangrove sehingga banyak para kaula muda sengaja datang ke sini untuk
berfoto. Sayangnya saat itu kondisinya kurang terawat dan jauh dari jangkauan
petugas konservasi. Tempat ini menjadi tempat pacaran dan bisa saja digunakan
untuk berbuat mesum.
Setelah
puas berfoto, kami lanjutkan ke lokasi penangkaran penyu yang memiliki area
yang cukup luas. Di sana terdapat kolam-kolam pasir untuk penetasan telur penyu
dan juga terdapat kolam-kolam untuk penyu dewasa.
Meskipun
cuaca sedang tidak bersahabat, mendung yang ditemani rintikan hujan tidak
menyurutkan semangat penjelajahan kami. Terakhir menuju ruang karantina yang
terdapat kolam-kolam tukik (anak penyu) dan penyu dewasa baik yang sedang sakit
atau yang sudah berumur.
Berfoto
terkadang menjadi tujuan utama bila mengunjungi tempat wisata termasuk ke
penangkaran penyu ini. Perlu diingat agar berhati-hati dan jangan memegang
penyu saat berada di ruang karantina sebeb penyu sangat sensistif pada indra
penciumannya serta akan mudah stres jika dipegang.
Panorama
hutan pinus jarum berjejer rapi dapat menjadi objek hunting yang menarik bagi
para fotografer. Begitu juga dengan keberadaan hutan mangrove yang tumbuh subur
dapat menjadi salah satu pilihan berfoto. Hamparan pantai yang tak jauh dari lokasi konservasi juga dapat menjadi salah satu tempat untuk bermain dan berekreasi bersama keluarga.
Buka
kali pertama saya bertandang ke sini. Ini yang kedua. Bagi saya kawasan konservasi
penyu memang cocok diterapkan konsep ecoturism
dan cocok untuk tempat wisata edukasi terutama bagi keluarga dan pelajar dalam
menumbuhkan rasa peduli terhadapt hewan langka dan lingkungannya.
Kawasan
konservasi ini juga telah banyak didatangi, baik oleh para peneliti baik lokal
maupun internasional seperti National Geographic, peneliti dari Jepang, Korea,
Irlandia, Jerman dan Belanda. Belum lagi study magang mahasiswa dari seluruh
Indonesia yang berkunjung ke konservasi penyu Kota Pariaman ini setiap tahunnya
semakin meningkat, sehingga kawasan konservasi penyu kota pariaman semakin
dikenal masyarakat luas dan mancanegara (Pariamankota.go.id).
Bila
ada kesempatan dapat datang ke Konservasi Penyu Kota Pariaman untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pelepasan penyu, sebab setiap tahunnya akan
melepas ratusan tukik dengan melibatkan berbagai instansi ataupun kunjungan
dari luar daerah. Tentunya dengan mengunjungi kawasan konservasi penyu ini dapat
menjadi pilihan untuk memperkaya wawasan dan menumbuhkan kepedulilan terhadap
pelestarian hewan langka.
Tidak
terasa, usai juga kunjungan kami. Kemudian kami pergi meninggalkan penangkaran
penyu ini untuk meneruskan perjalan berikutnya ke Rumah Tabuik Pasa yang
terdapat taman lampu.
Fasilitas
Fasilitas
Kantor UPT. Konservasi Penyu Pariaman |
Patung Penyu di atas Aula Konservasi Penyu Pariaman |
Dua orang anak kecil sedang melihat penyu dewasa yang berada di kolam-kolam karantina. |
Kolam Pemeraman Telur Penyu
Lokasi tempat pemeraman dan penetasan telur penyu. |
Referensi:
1. Situs Kota Pariaman
2. Blog Konservasi Penyu Kota Pariaman
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika
mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap
tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment