Lubuk Paraku atau Lubuak Paraku bagi masyarakat Kota
Padang sudah tidak asing lagi. Mendengar namanya saja akan langsung tertuju
kepada pemandian alam yang menjadi legendaris itu. Dulu, pemandian ini begitu
kesohornya. Lubuak Paraku yang sebagai objek wisata alam ini begitu ramainya
dikunjungi.
Tidak hanya, ketika musim liburan tiba atau saat
Balimau menyambut bulan Ramadan saja, namun hari biasa juga ada yang mencoba
menikmati pemandian alam ini. Walau pamornya mulai meredup, lantaran kalah
tenar dengan objek wisata alam lainnya seperti pantai atau pulau. Meskipun
demikian, tepat long weekend awal
tahun 2016 lalu, Lubuak Paraku menjadi tujuan menjelajah kali ini.
Memang tidak ada rencana, semua serba memdadak.
Berkat pecakapan singkat via chat massanger
dengan Afdal. Kala itu, saya meminta dia untuk menemani pergi ke Lubuak Paraku
ini dan akhirnya dia mau menemani. Kita janjian di SPBU Indarung, meski telat
sedikit dari waktu yang telah direncanakan sekitar 30 menit dari jadwal semula
jam 09.00 WIB.
Berangkat. Kami pergi menggunakan roda dua. Saya
sendiri dan Afdal bersama temannya, Ari. Sepedah
motor menjadi pilihan yang terbaik untuk mencapai pemandian ini agar lebih mudah
dan leluasa untuk menyusurinya.
Dalam perjalanan saya bertanya ke Afdal, “Jauh tidak
lokasinya?”.
“Enggak bang, coba saja abang lihat nanti,”
jawabnya.
Hmmm, saya langsung berpikir sembari fokus melajukan
motor ini. Sepengetahuan saya Lubuak Paraku ini tidak jauh dan dekat dengan
jalan raya dan ternyata memang benar.
Lubuk Paraku yang Mempesona
Lubuk Paraku yang Mempesona
Lubuak Paraku merupakan salah satu pemandian alam di Kota Padang yang memiliki sumber air dari hulu sungai Lubuak Paraku yang berasal dari hutan di perbukitan Bukit Barisan dan berada di ketinggian sekitar 300-400 mdpl. Lubuak Paraku berada di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatra Barat.
Sudah
lama kawasan Lubuak Paraku ini ditetapkan sebagai objek wisata alam yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bermain air dan termasuk salah satu pemandian alam legendaris di Kota Padang. Diperkirakan sudah dikenal sejak zaman kolonial. Tak hanya itu, aliran airnya juga
dimanfaatkan sebagai sumber air dan
pembangkit listrik tenaga air oleh PT. Semen Padang sejak tahun 1910 dan
bermuara ke Pelabuhan Muaro di sungai Batang Arau hingga menuju Samudera Hindia.
Berada di kawasan konservasi dan hutan lindung yakni Taman Hutan Raya
Bung Hatta dan Cagar Alam Barisan I. Pemandian ini menjadi sangat mudah untuk ditelusurinya. Sekitar 25
km ke arah timur dari pusat kota dan berada di jalan provinsi antara Kota Padang dan Kabupaten Solok tepatnya
pada kilometer 15.
Persis sekali berada pada tikungan sebelum memasuki tanjakan ke panorama Sitinjau Lauik. Bila menggunakan kendaraan sekitar 30-50 menit dari perjalanan dari pusat kota.
Tanda awal menuju lokasi Lubuak Parakau dari jalan raya |
Papan nama selamat datang menuju lokasi Lubuak Paraku |
Persis sekali berada pada tikungan sebelum memasuki tanjakan ke panorama Sitinjau Lauik. Bila menggunakan kendaraan sekitar 30-50 menit dari perjalanan dari pusat kota.
Afdal
lebih dulu masuk ke kawasan pemandian disusul saya. Sebelum sampai ke lokasi,
kita akan melewati gerbang begonjong dengan tinggi kira-kira 2 meter dan
lebarnya cukup untuk lewat satu mobil.
Sebenarnya
sebelum menuju lokasi di depan jalan masuk sudah terdapat tugu yang
bertuliskan Selamat Datang Kawasan Di Kawasan Objek Wisata Lubuak Paraku
Padang, meskipun agak tasuruk (tersembunyi) terhalang kedai dan banyak juga masyarakat yang tidak menyadari itu.
Gerbang masuk menuju pemandian Lubuak Paraku |
Tiba-tiba
seorang anak kecil menghambat kami, ia kemudian memberitahukan kepada ibunya
bila ada pengunjung yang tiba. Memasuki lokasi pemandian, kita akan membayar
tiket masuk sebesar lima ribu rupiah per orang.
Akses
jalannya sudah berbeton, namun terdapat beberapa bagian yang jalannya berlobang.
Dengan mengikuti jalan saja kita akan dituntun langsung menuju pemandian ini. Lokasinya
sendiri berada di dalam dekat rumah penduduk, tapi tenang saja tidak jauh kok,
hingga akhirnya sampai ditempat untuk parkir kendaraan dekat sebuah kedai. Tenang saja tidak bayar parkir kok.
Akses jalan yang sudah berbeton menuju pemandian alam Lubuak Paraku |
“Dimana
lokasi air terjunnya?” tanyaku secara polos ke Afdal.
“Itu
tempatnya bang. Ini bukan air terjun tapi kayak kolam pemandian bang,” jawabnya
singkat jelas dan padat.
Penampakan pemandian alam Lubuak Paraku |
Motor
telah terparkir ditempatnya. Saatnya menikmati pesona Lubuak Paraku. Memang
mudah untuk berkunjung ke sini, tidak jauh sekitar 500 meter dari jalan raya
dan aksesnya mudah tidak seperti pemandian alam lainnya yang dimiliki Kota
Padang. Harus memakan waktu yang cukup lama untuk sampai ke lokasinya.
Kolamnya biru |
Mata
tertuju pada lubuak jernih yang berwarna biru itu. Lubuak menyerupai kolam yang
sebenarnya merupakan palung di tengah aliran sungai yang terbentuk dari aliran
air yang mengguyur deras di atasnya. Biasanya menjadi tempat ikan-ikan
berkumpul.
Dengan
dipagari oleh bebatuan besar dan aliran sungainya terlihat tenang serta tidak
begitu deras. Dikelilingi pepohonan yang rindang, hijau sangat menyejukan mata.
Terlebih jika matahari bersinar terik menembus dasar kolam yang penuh bebatuan
kecil itu. Sunggung perpaduan yang sangat cantik. Inilah Lubuak Paraku itu, yang
dimanfaaatkan masyarakat untuk tempat pemandian itu.
Lubuak Paraku memiliki kolam yang berwarna biru |
Kabarnya
terdapat beberapa jenis ikan hidup di sungai ini seperti ikan gariang (Tor
tambroides), ikan mungkuih (Gobiidae) dan satu spesies belut besar yang
panjangnya mencapai ukuran 1 meter. Namun, ketika saya berkunjung tidak
menemukan satupun ikan yang berlari-lari di sekiar pemandian ini, mungkin belum
beruntung. Hehe
Gemericik
air dan hamparan lubuak yang jernih itu sungguh menggoda untuk membasahkan
badan. Tidak bermain air, tidak akan seru bila ke Lubuak Paraku ini. Suasannya
yang masih alami penuh pepohonan, sejuk, airnya yang dingin dan tenang seakan
berada di pemandian milik pribadi. Bahkan sangat beruntung sekali, di sini banyak
sekali kupu-kupu yang berkeliaran menandakan daerah yang merupakah kawasan
hutan sekunder ini masih terjaga keasriannya.
Pada
kesempatan ini saya tidak bermain air hanya menikmati suasana saja sembari
mengambil beberapa petikan foto. Setidaknya menyendiri di Lubuak Paraku sembari
bermain air dapat meregangkan otot yang tegang akibat beban pikiran dan
aktivitas yang terkadang membuat jenuh. Saya sempat turun menuju bagian tepi
lubuak yang dangkal, ketika kaki ini melangkah dan masuk ke dalam air. Sungguh
dingin sekali serasa masuk ke dalam air es. Brrrrr.
Afdal
dan temannya terlihat sangat asik mandi-mandi, berenang santai dan tidak lupa
juga mencoba terjun bebas ke dalam lubuak yang kabarnya kedalamannya 3-4 meter
itu menjadi hal yang wajib untuk dicoba bila ke tempat ini.
Dulu, sepanjang aliran sungai Lubuak Paraku ini terdapat banyak sekali batu-batu besar. Namun sekitar tahun 1970an, batu-batu besar di sini diambil untuk membuat pemecah ombak di pantai Kota Padang. Hasilnya, kini tidak terdapat begitu banyak batu besar , justru memberikan keuntungan karena semakin banyak tempat yang bisa digunakan untuk berenang.
Perlahan
matahari semakin terik merangkak naik untuk mencapai puncaknya. Disaat yang
bersamaan datang juga pengunjung lainnya yang semula hanya kami saja sehingga
suasana pemandian pun mulai ramai. Silih berganti pengunjung loncat menuju
lubuak dan sebagian lagi ada yang sedang asik bersantai sambil berendam di
tepian sungai.
Sebenarnya
objek wisata ini memiliki beberapa fasilitas untuk memanjakan para pengunjung
dimulai dari kedai-kedai kecil hingga ruang ganti. Sayangnya, kini sudah tidak
terawat seperti ruang ganti pakaian yang tidak terurus, berlumut dan terkesan
dibiarkan begitu saja. Mungkin pemerintah kota bisa memperhatikan kembali objek
wisata yang berada dipinggiaran kota ini.
Papan peringatan pengunjung |
Taati
semua aturan yang berlaku, di sana terdapat plang peringatan yang bertuliskan "stop dilarang melewati proboden ini, mandilah dengan sopan, hindari perbuatan
zinah dan maksiat serta resiko akan terus mengintai anda".
Kemudian dibaris terakhirnya terdapat arah untuk tempat mandi. Saat mandi berpakailanlah yang sopan dan sewajarnya saja sebab semua gender baik muda hingga tua menyatu dalam satu tempat tidak ada pemisahnya. Jangan merusak dan mengotori lingkungan. Buanglah sampah pada tempatnya.
Baiknya, bila ingin pergi ke sini ketika cuaca sedang cerah dan pagi hari agar dapat
merasakan sensasinya mandi dalam air es. Apabila cuaca sedang tidak bersahabat
disarankan mengurungkan niat untuk bermain air.
Apalagi
jika sedang asik mandi di lubuak, ternyata air sungai berubah menjadi keruh dan
debitnya lebih deras dari keadaan normalnya, maka menjadi peringatan bagi kita
untuk segera ke tepian sungai untuk menghindari air bah yang datang secara
tiba-tiba.
————————————————————————————————————————————————————
Bayu Haryanto – biasa disapa Ubay. Penikmat senja yang bermimpi untuk explore Indonesia dengan tagline #JajahNagariAwak. Pemotret yang suka dipotret. Perngkai kata dalam blog kidalnarsis.blogspot.com. Jejaring sosial Twitter @beyubay dan Instagram @beyubaystory.
Traveling ■ Explore ■ Journalism ■ Photograph ■ Writer ■ Share ■ Inspire
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
dulu waktu SMA (ceritanya masih sispala) pernah ke sini.. ini yang kita turun bisa di pinggir jalan raya indarung arah solok itu kan, bay? *lupa lupa inget, udah belasan tahun*
ReplyDeletesebelum belokan ke tanjakan panaorama kk. mudah kok nyarinya.
Deletewah airnya biru gitu, btw kesini berbayar atau gratiss masuknya??
ReplyDeletewww.travellingaddict.com
bayar mas Rp.2 ribu per orang masuk nya
Deleteairnya memang biru. apalagi kalo kenak sinar matahari semakin terlihat jelas jernihnya
Saya pikir selama ini wisata Padang itu cuma kota dan pantainya saja, ternyata ada juga pemandian alamnya. Kebetulan ayah saya dari Bukittinggi, dan saya sendiri baru sekali berkunjung ke Sumbar. Pengen rasanya balik lagi ke Sumbar dan eksplor lebih jauh. Sepertinya kalau nanti ke Sumbar lagi harus mampir ke Lubuak Paraku ini.
ReplyDeleteSemoga bisa ke Sumbar lagi dalam waktu dekat ini.
Terimakasih dan salam kenal Ubay :-)
Wah memang perlu ke padang nih biar tau daerahnya uda.
DeleteSalam kenal balik uda.
Bisa Camping disini ngga?
ReplyDelete