Panorama Kota Padang dari Taman Siti Nurbaya, Gunuang Padang (Koleksi Pribadi 2016). |
Begitu juga dengan konflik dan latar belakang
ceritanya menyuguhkan sisi lain yang menarik untuk ulik. Sebut saja cara
liburan ala Siti Nurbaya. Bagi yang sudah membaca roman lengkapnya terdapat beberapa tempat berlibur yang dikunjungi oleh
Siti Nurbaya maupun masyarakat Kota Padang tempo dulu seperti mengunjungi
Gunuang Padang, menikmati suasana Muaro Padang hingga berkeliling pasar yang
ada di sekitar kawasan tepi sungai Batang Arau.
Melihat Sejarah dari Padang Lama
Gedung Padangsche Spaarbank (Koleksi Pribadi 2015) |
Kota
Padang pada awalnya sebuah perkampungan nelayan dan merupakan dareah rantau di
Minangkabau yang dalam perkembangannya
menjadi kota yang sangat penting di masa lampau. Keberadaan pelabuhan Muaro
menjadi saksi sejarah tersendiri bagi perkembangan Kota Padang yang pernah
menjadi perdagangan, militer hingga kota metropolitan yang sangat berpengaruh
dan penting di pulau Sumatra. Tidak heran juga latar kehidupan Kota Padang lama
ini masuk dalam daftar liburan dicerita Sitti Nurbaya.
Jika
dilihat masa kini, nuansa nostagia akan terasa bila menjelajah Kota Tua Padang.
Jejak kejayaan tempo dulu masih bisa temui dengan mulai menelurusi sepanjangan
Muaro, Batang Arau, Pasa Gadang (Pasar Hilir), Pasa Mudik, dan Pasa Tanah
Kongsi hingga kawasan Pondok. Dari sini
terlihat berjejer puluhan bangunan tua
dan bekas kantor pemerintahan, perbankan, serta kantor dagang
peninggalan VOC. Bangunan tersebut yang masih tegak berdiri meski keberadaannya
sangat terancam.
Menjelajah
Kota Tua Padang memiliki kesan tersendiri dihati. Banyak hal yang menarik yang
akan ditemui dan tentunya tidak cukup sehari saja untuk dapat melancong ke
kawasan heritage-nya Kota Padang ini. Saya telah berkali-kali menelusuri Kota
Tua Padang baik berjalan sendiri atau bersama teman-temen.
Dengan
berkeliling Kota Tua Padang kita dapat menemukan hal-hal yang menarik seperti
belajar sejarah Kota Padang sembari olahraga dengan ngegoes sepedah, mengenal
arsitketur bangunan tempo dulu, mencari spot hunting foto untuk menangkap
sudut-sudut eksotisme Kota Padang tempo dulu. Biasanya dengan gaya ala urbex,
street atau vintage. Ada juga yang menjadikan latar untuk foto prawedding.
Kawasan
Kota Tua Padang ini, tidak hanya banyaknya bangunan peninggalan kolonial saja
namun memiliki keberagaman tradisi budaya multietnik yang berbaur menjadi
atraksi yang menawan salah satunya pertunjukan Barongsai oleh masyarakat
Tiongkok atau tradisi melempar gula yang dilakukan oleh masyarakat muslim
keturunan India hingga beragam kuliner khas, cafe kekinian dan tempat nongkrong
favorit kaula muda Padang.
Jembatan Siti Nurbaya Antara Keindahan Alam dan Kerinduan
Jembatan Siti Nurbaya (Koleksi Pribadi 2016) |
Dulu, masyarakat menggunakan sampan sebagai alat
transportasi untuk menyeberang dari dan menuju pusat kota Padang membelah sungai
Batang Arau yang masih berada di kawasan Kota Tua Padang. Jembatan ini dibangun
sejak tahun 1995, membentang sepanjang 156 meter dan dengan lebar jembatan
8 meter ini.
Jembatan ini dilengkapi juga dengan
trotoar selebar 1,5 meter di kiri kanan jalurnya dan dihiasi oleh puluhan
lampu-lampu taman yang berwarna perpaduan hitam keemasan yang disusun
sedemikian rupa menyerupai bentuk gonjong yang menjadi identitas aristektur Minangkabau.
Bila dilihat dari kejauhan akan tampak jelas bentuk gonjongnya.
Seperti dalam kisah cinta Sitti Nurbaya
proses pembuatan jembatan ini sempat tersendat selama beberapa tahun akibat
krisisi moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 lalu. Dalam kurun waktu
sekitar 7 tahun dan akhirnya kedua ujung jembatan ini dapat saling
bertemu dan digunakan sebagai sarana penghubung transportasi bagi masyarakat.
Itu sepenggal kisah
Jembatan Siti Nurbaya, namun jembatan legenda ini kini menjadi salah satu
tempat kongkow favorit di Kota Padang. Ada juga kata kerennya untuk jembatan
ini yaitu SBY –Siti nurBaYa.
Jembatan Siti Nurbaya
memiliki keistimewaan tersendiri, sebab dari sini kita dapat menikmati panorama
alam yang menakjubkan. Terkadang menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta
fotografi untuk mengabadikan momen di tempat ini. Bila datang saat pagi hari
kita dapat menyaksikan panorama matahari terbit yang berlatarkan perbukitan,
Pabrik Semen Padang dan suasana kapal-kapan nelayan yang bersandar berada di
aliran sungai Batang Arau.
Jika sore hari, si senja
yang cantik akan menyapa, begitu syahdunya. Lain halnya, ketika malam tiba.
Kelap kelip lampu rumah penduduk di sekitar bukit Gado-Gado dan kawasan Kota
Tua Padang menjadi pemandangan yang cantik. Tak hanya itu cahaya tersebut
membias pada aliran sungai Batang Arau membuat suasana malam semakin indah di atas
jembatan ini.
Selain panorama alam,
Jembatan Siti Nurbaya juga memiliki kuliner khas yang patut dicoba. Sedari sore
hingga tengah malam di atas jembatan ini akan ramai dijumpai penjual jagung dan
pisang bakar yang memadati tepian jembatan. Jajanan tersebut menjadi kuliner
khas Jembatan Siti Nurbaya yang wajib dicicipi bersama es kelapa muda atau minuman
teh yang dibotol lainnya. Percaya deh, jembatan ini selalu membuat rindu, baik alamnya
dan kulinernya.
Serunya Rekreasi ke Gunuang Padang
Panorama Gunung Padang dari ketingaian (2015) |
Tempat
ini memang banyak diceritakan dalam roman Sitti Nurbaya. Tidak salah juga Gunung
Padang dan Sitti Nurbaya itu sering kali dikaitkan. Sangat memikat pengunjung. Sayangnya,
meskipun berlokasi di pusat kota, banyak
juga masyarakat yang tak tahu, padahal seru juga loh melakukan rekreasi ke
Gunuang Padang.
Gunuang
Padang juga menjadi ikon bagi Kota Padang sebab telah melekat pada lambang
administrasi kota ini yang berada Kelurahan Kampung Seberang Pabayang,
Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.
Gunuang
Padang bukan sembarang gunung, meski sebuah bukit yang ketinggiannya kira-kira
400 mdpl ini ternyata memiliki banyak cerita dan objek wisata yang patut
dijelajahi. Dengan ‘mendaki’ 331 anak tangga hasil perhitungan saya dan teman
kala itu. Kita bisa menemukan makam yang dipercaya oleh masyarakat
sekitar sebagai tempat isitrahat terakhirnya Sitti Nurbaya.
Puncak
gunung ini juga menjadi saksi atas perjuangan cinta mereka dengan nama Taman
Siti Nurbaya dengan landscape Kota Padang dan lautan yang luar biasa indahnya. Bahkan
di Gunuang Padang akan ditemui beberapa benteng dan bunker yang merupakan situs
peninggalan zaman penjajahan Jepang. Kita bisa juga melihat suasana
perkampungan nelayan hingga nikmatnya memancing. Seru bukan?.
Menikmati Pesisir Pantai
Padang yang semakin Cantik
Tugu Padang IORA di Pantai Padang (2016) |
Dari
Pantai Muaro Padang diteruskan melewati kawasan Taman Melati di Museum
Adityawarman dan Museum Gempa 30 September 2009 yang terdapat beberapa taman
dihadapannya seperti Taman Dipo, Taman Tugu Gempa dan Taman Joang Sumatra. Di sini juga salah satu
tempat nongkrong favorit anak muda Kota Padang di malam hari. Dulu tempat ini adalah
lapangan luas yang bernama Lapagan Dipo.
Selanjutnya
menyusuri Pantai Padang hingga menuju Pantai Purus yang memiliki landmark
tulisan Padang kemudian bergerak menuju Pantai Muaro Lasak yang terdapat
Monumen Merpati Perdamaian. Bagaimana pun juga mengabadian momen di landmark
ini bisa disebut sah telah mengunjungi kota yang dikenal dengan buah
bengkuangnya ini.
Ada
perubahan yang cukup drastis di kawasan pesisir pantai padang ini. Dulu banyak
bangunan pedagang kaki lima yang menutupi tepian pantai, namun kini sudah
bersih, sepanjangan mata bisa memandang lautan. Inilah wajah baru dari
pantai-pantai yang berada di pusat Kota Padang ini. Bisa dibayangkan juga
ketika zaman Sitti Nurbaya itu kawasan Pantai Padang masih rimbun oleh pohonan
dan rawa-rawa tidak secantik saat ini.
Bahkan, waktu libur lebaran tahun 2016 lalu di Pantai Muaro Padang ini ada sepasang
bule yang berjemur dan cukup heboh, menjadi viral di media sosial. Artinya
pantai di Kota Padang sudah nyaman bagi turis asing. Memang pesisir pantai
Padang ini cocok untuk wisata keluarga. Coba tenggok bila pagi dan sore hari, banyak pengunjung yang umumnya para keluarga bermain di pantai.
Pantai
menjadi salah satu pusat berkumpulnya anak muda Kota Padang sembari nongkrong,
sembari menghilangkan penat dengan bermain air atau duduk-duduk manja mengunggu
datangnya senja sambil makan bakso bakar atau kerupuk mie kuah sate. Mungkin
bisa menikmati kerang pensi dan langkitang sebagai kuliner khasnya yang tersedia
di LPC (Lapau Panjang Cimpago) dan tepi pantai.
Bersepedah
di sore hari juga bisa dilakukan menyusuri tepi pantai hingga keliling Kota Tua
Padang. Di sini ada yang menyediakan jasa sewa sepedah. Ada juga mobil-mobilan
digoes yang berlampu hingga menaiki sampan dan bebek kayuh di Danau Cimpago.
Meski kisah Sitti Nurbaya ini berlatarkan kehidupan Kota Padang
lama, kira-kira di akhir abad ke-19 jelang abad ke-20, namun bila dibawakan
secara kekinian akan melahirkan sensai bernostagia yang luar biasa. Lewat kisah
Sitti Nurbaya ini kita bisa menjelajah sepotong keindahan dan keunikan dari Kota
Padang.
Mulai dari Kota Tua Padang, Jembatan Siti Nurbaya, Gunuang Padang hingga kawasan pesisir Pantai Padang ini masuk ke dalam Kawasan Objek Wisata Terpadu Gunuang Padang yang nantinya akan saling terintegrasi. Kini dalam tahap proses pembenahan dan penggembangan. Menariknya, tiap tahun ada iven yang kebudayaan Minangkabau yang menjadi ikon Kota Padang, bernama Festival Siti Nurbaya.
Mulai dari Kota Tua Padang, Jembatan Siti Nurbaya, Gunuang Padang hingga kawasan pesisir Pantai Padang ini masuk ke dalam Kawasan Objek Wisata Terpadu Gunuang Padang yang nantinya akan saling terintegrasi. Kini dalam tahap proses pembenahan dan penggembangan. Menariknya, tiap tahun ada iven yang kebudayaan Minangkabau yang menjadi ikon Kota Padang, bernama Festival Siti Nurbaya.
Asiknya, berlibur ala Sitti Nurbaya ini dapat dilakukan
dalam satu hari perjalanan loh. Tidak jauh dan sulit. Kota Padang dan seisinya
memang membuat rindu dan tidak lekang oleh waktu. Ayo ke Padang!
—————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Nongkrong di pantai padang menunggu sunset sambil makan sate padang mah nikmat banget
ReplyDeleteHehehe ia mas Cumi lebay. Tapi yg asik tu sambil makan kerupuk kuah.
DeleteMakasih juga udah singgah mas.
Kerupuk kuah ini yang mana yaa ??? Yang krupuk kuning trus di kasih bumbu ???
Deleteitu yang jadi tulisan ini mas, ia kerupuk kuning tu yg kayak opak aada kuah sate plus mie
DeleteBtw festival siti nurbaya ini diadain tiap taun apa baru taun skrg aja??
ReplyDeleteBudy | Travelling Addict
Blogger Abal-Abal
www.travellingaddict.com
Tiap tahun mas. Sudah sejak tahun 2011.Doakan aja biar ada lagi ditahun berikutnya.
Delete