Pacu Jawi menjadi tontonan yang wajib disaksikan bila bertandang ke Ranah Minang. Atraksi nenek moyang ini telah menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan dari generasi ke generasi. Pertunjukannya pun selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Menyaksikan Pacu Jawi atau dalam bahasa Indonesia bernama Balapan Sapi ini, memang pengalaman yang luar biasa dan sangat mengesankan. Untuk pertama kalinya saya melihat balapan sapi khas Minangkabau ini.
Tempo itu, tepat pada akhir bulan Maret
2017, saya bersama rombongan peserta Sosialasiasi Branding Pesona Indonesia Kementrian
Pariwisata mengadakan filed trip melihat pertunjukan Pacu Jawi di Sawah Si Ujang, Jorong
Ruah XX, Nagari Labuan, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra
Barat.
Pacu Jawi Tradisi
Ratusan Tahun
Langit saat itu tidak begitu
terik. Meski tengah hari, tapi suasannya tidak panas menyengat. Antara mendung
dan cerah. Bus yang saya tumpangi sudah tiba di persimpangan menuju lokasi pentas.
Saya
dan rombongan turun, kemudian kami berjalan melewati perkampuangan penduduk
setempat, masuk ke area persawahan hingga tiba di arena Pacu Jawi.
Awalnya, Pacu Jawi merupakan permainan anak
nagari berupa balapan sapi yang diadakan
selepas panen padi. Kabarnya atraksi ini telah ada sebelum zaman penjajahan dan
masih di era kerajaan Pagaruyuang. Meski belum ada catatan sejarah Pacu Jawi yang
mengulasnya lebih detail mengenai hal ini.
Atraksi Pacu Jawi ini memanfaatkan
area persawahan yang berair dan penuh dengan lumpur sebagai arena
pertunjukannya.
Pacu Jawi tumbuh dan
berkembang di Kabupaten Tanah Datar dan menjadi iven parwisata yang menjadi
daya tarik masyarakat dunia.
Tidak semua daerah di Kabupaten Tanah Datar menyelenggarakan
atraksi Pacu Jawi ini, hanya terdapat pada empat kecamatan yang meliputi
Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Lima Kaum, dan Kecamatan
Sungai Tarab.
Dulu biasanya tiga kali dalam
setahun. Semenjak menjadi iven pariwisata, aktraksi Pacu Jawi terus
diadakan setiap akhir pekan sebanyak empat kali berturut-turut dalam sebulan. Pelaksanaannya selalu ada sepanjang tahun dengan lokasi yang berbeda-beda di empat kecamatan tersebut.
Atraksi dilakukan mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Namun,
waktu yang tepat untuk menyaksikannya usai salat Zuhur. Kabarnya, dalam satu
pertunjukan, jumlah sapi yang berpacu bisa mencapai 500 hingga 800 ekor.
Saya tiba di lokasi sedikit telat, tapi masih bisa menyaksikan atraksi
Pacu Jawi ini. seluruh arena pertunjukannya sudah disesaki oleh masyarakat.
Penontonnya berbaris rapi.
Suasana yang tercipta terkesan bukan seperti di zaman
modern. Mengapa? Para penonton yang didominasi oleh orang dewasa ini
mengugunakan topi-topi yang kesannya jadul serta raut mukanya nampak
kedaerahannya. Seakan membawa saya ke dalam masa penjajahan tempo dulunya.
Ada hal menarik yang saya lihat ketika sampai. Alunan saluang nan indah menggema ke segala penjuru dan suara khas
talempong silih berganti terdengar. Begitu juga suara gendang yang dipukul
turus menyemarkan atraksi Pacu Jawi.
Ditambah panorama alam yang hijau
berpagar perbukitan dan terlihat Gunung Marapi yang menjulang mejadi
harmonisasi yang indah antara alam dan kehidupan manusia.
Sebelum melihat atraksi Pacu Jawi, saya melihat terlebih dahulu
penampilan kesenian Minangkabau berupa tari piring yang dibawakan oleh
anak-anak nagari. Kerennya terdapat anak kecil yang sudah lincah menari-nari.
Terdapat pengalaman yang tidak
bisa diungkapkan ketika menyaksikan Pacu Jawi ini. Saya berdiri diposisi finish
yang merupakan posisi untuk para fotografer.
Dari sini bisa melihat dengan
mudahnya para sapi yang berlari-lari ke arah saya. Cipratan lumpur menggumpal
dan bertebarangan ke segala arah menjadi atraksi yang menarik. Begitu juga
teriakan si joki dan tawa pengunjung yang turut memeriahkan pelaksanaan tradisi
ini.
Nantinya akan ada dua ekor sapi
yang dipasangkan bingkai bajak sawah. Kemudian dipacu oleh seorang joki dengan
berpijak di kedua ujung bingkai bajaknya.
Untuk memulai aksinya, si joki akan
mengigit ekor sapi dengan sekuat tenaga. Harapanya agar kedua sapinya dapat berlari kencang. Setelah itu, sang joki akan memegang ekornya untuk menuntun laju kedua sapinya hingga mencapai titik finish yang telah ditentukan.
Sapinya ada yang berlari lurus
hingga selesai, ada pula baru mulia sudah belok, dan ada juga keluar jalur. Sesekali ada
pula sapi yang menuju saya.
Inilah sensasinya. Kurang sigap sedikit, maka akan
diseruduknya atau setidaknya terkena cipratan lumpurnya. Untuk mengatasi hal tersebut
lintasan pacu lebih rendah posisinya dari para penonton dan dipagar
sebagai bentuk proteksi untuk mengurangi risiko kecelakaan pada pengunjung.
Pacu Jawi Sarat akan
Filosofis Kehidupan
Atraksi Pacu Jawi ini sarat akan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tiap rangkaian penampilannya. Terdapat dua prosesi ketika atraksi Pacu Jawi ini. Saat mulai kegiatan pada awal bulan dan pada acara puncaknya yang merupakan penutupan tradisi alek nagari ini.
Di acara puncaknya ini akan dihadiri oleh para ninik mamak dan pertunjukan kesenian tradisi mulai dari tari-tarian dan alunan alat musik khas Minangkabau. Bahkan sapinya pun akan dipercantik dengan menggunakan pakaian adat dan suntiang.
Pacu Jawi dilaksanakan sebagai permainan anak nagari yang dalam
perjalanannya berkembang menjadi olahraga. Hal ini sebagai bentuk aktualisasi
nilai-nilai warisan budaya yang telah hadir di tengah-tengah masyakarkat.
Filosofi Pacu Jawi ini selain bentuk permainan tradisional juga sebagai wujud rasa syukur, semangat, dan kegembiraan
masyarakat usai panen padi serta untuk mengisi waktu luang menjelang masa
penanaman padi berikutnya.
Pacu Jawi tidak diperlombakan sebagai pertandiangan dengan adanya
pasangan lawannya, tapi hanya dibiarkan saja lepas melaju lurus hingga sampai
finish. Hal ini agar menghindari unsur perjudian dengan adanya taruhan antar
pemilik sapi.
Namun, untuk menilai sapi yang terbaik dilibat dari kecepatan sapi yang berlari lurus dan saling beriringan. Hal ini ada filosofinya yang bermakna lurus tersebut diasosiasikan dengan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari agar selalu pada jalan yang lurus. Artinya berada pada ketentuan
Tuhan.
Atraksi Pacu Jawi ini juga sebagai isyarat pemimpin dan rakyat yang
digambarkan harus saling berjalan bersama. Oleh karena itu, sapi yang dipakai
untuk atraksi Pacu Jawi ada dua ekor.
Tidak jarang selama kegiatan
atraksi Pacu Jawi menjadi ajang unjuk gigi kelihaian para joki dan kekuatan
sapi. Bila sapi yang terbaik, biasanya secara otomatis akan menaikan harga
jaulnya sehingga dapat berdampak untuk meningkatkan perekonomian pemilik sapi.
Atraksi Pacu Jawi ini juga
memberikan income tambahan bagi perekomomian masyarakat yang menjadi
lokasi pertunjukan, seperti munculnya pedagang dadakan. Ada yang menjual
minuman, makanan hingga kue-kue tradisional. Bagi saya atraksi Pacu Jawi ini
unik dan mengesankan.
Pacu Jawi Beda dengan Karapan Sapi
Di Minangkabau, atraksi Pacu
Jawi ini hanya berlangsung di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten
Limapuluhkota. Sekilas atraksi ini mirip dengan Karapan Sapi di Madura, tapi
nyatanya sangat berbeda.
Terlihat dari cara pelaksanan dan lokasinya. Pacu
Jawi diselenggarakan di hamparan sawah yang berteras-teras dan arena pacu yang
berupa petak sawah berlumpur. Posisi penonton berdiri di petak sawah
yang lebih tinggi dari arena pacu.
Lain hal dengan Karapan Sapi yang dilaksanakan di lapangan yang kering. Sapi
dilombakan dengan pasangan lawan untuk menentukan pemenangnya dan mendapatkan
hadiah.
Kemudian dua sapi ditunggani oleh seorang joki yang berdiri di atas dua
batang kayu dan disusun serta dikaitkan ke dua sapi tersebut agar dapat berlari
kencang. Joki pun menggunakan cambuk berduri untuk memulainya.
Pemerintah Kabupaten Tanah Datar secara konsisten membina
dan mempertahankan kegiatan Pacu Jawi ini sesuai tradisi dan kebiasaan
masyarakat.
Pemerintah lebih banyak memfasilitasi ataupun membantu
mengemas acara ini menjadi lebih baik sehingga bisa dipromosikan dan dijual
kepada para wisatawan nusantara dan mancanegara. Seperti ditulis dalam situs pacujawi.com.
Terdapat organisasi pengelolanya bernama PORWI atau Persatuan Olahraga Pacu Jawi. Organisasi ini ada mulai dari tingkat kabupaten,
kecamatan hingga nagari. Melalui PORWI inilah yang mengkoordinir jadwal
pelaksanaan secara bergiliran.
Serunya Berburu
Foto Atraksi Pacu Jawi
Atraksi Pacu Jawi ini sangat
memikat perhatian pengunjung. Bukan sekedar tradisi yang rutin digelar, tapi menjadi telah pesta rakyat yang ditunggu-tunggu. Pacu Jawi
tidak akan lengkap bila hanya menontonnya saja tanpa diabadikan.
Para penikmat fotografi akan
antusias ketika melihat atraksi Pacu Jawi ini. Betapa tidak, mereka dituntut
untuk bisa memotret tiap rangkaian Pacu Jawi ini sehingga menghasilkan karya
yang mengesankan.
Mereka harus mempersiapkan dan memaksimalkan peralatan
potretnya agar memperoleh ekspresi yang humanis. Terpenting dari aktraksi Pacu
Jawi ini secara tidak langsung menguji kemampuan para fotografer dalam
mengambil komposisi gambar yang bernilai estetik.
Perlu diketahui juga foto
atraksi Pacu Jawi ini telah mengantarkan para fotografer keren belahan dunia
untuk merahi prestasi dalam berbagai kompetisi foto baik tingkat nasinal dan
internasional.
Salah satu diantaranya ada senior saya yang pernah menjuarai
lomba dari hasil jepretan Atraksi Pacu Jawi ini. Luar biasa bukan? Membawa berkah.
Saya berkesempatan
mengabadikan moment aktraksi Pacu Jawi ini. Saya mengambil posisi di lintasan
finish bersama pak EJK dan rombongan lainnya.
Untuk mengambil gambar aktraksi Pacu Jawi
yang bagus itu tidak mudah, harus tahu kondisi lingkungan sekitar, cuaca, dan
tentu peralatan pedukung serta setting kameranya.
Di tengah keasikan menonton
atraksi Pacu Jawi, tiba-tiba salah satu rombongan mengingatkan kami untuk
kembali ke bus.
Sebabnya, waktu field trip sudah habis dan saatnya kembali
menuju Kota Padang. Kata Pak EJK, ibarat sedang asik main bersama teman,
kemudian orang tua memanggil. Begitulah rasanya hehe
Pacu Jawi ini pernah meraih juara kedua Atraksi Budaya Anugerah Pesona Indonesia Tahun 2018 dari Kementerian Pariwisata.
Ternyata atraksi Pacu Jawi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Oktober 2020. Hal ini tidak lepas dari kekuatan sejarah, filosofi, nilai nilai serta seluruh seluk beluk Pacu Jawi yang sangat unik dan menarik.
Menyaksikan atraksi Pacu Jawi memang tidak akan pernah bosan. Selalu menarik dan memberikan kesan tersendiri. Pacu Jawi menjadi atraksi yang tidak pernah sepi peminatnya dan telah mendunia.
Nah, bertandang ke Sumatra Barat, jangan lupa agendakan untuk menyaksiakan atraksi Pacu Jawi.
Tips Menyaksikan Atraksi Pacu Jawi:
- Menuju lokasi tidak sulit, meski berada di dalam perkampungan warga. Dari Kota Padang menuju Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar sekitar 102 km dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit berkendara. Jika dari Bandara Internasional Minangkabau sekitar 80 km dalam waktu 2 jam.
- Transportasi yang digunakan bisa motor, mobil dan bus pariwisata.
- Waktu yang paling baik untuk menyaksikan atraksi Pacu Jawi usai salat Zuhur.
- Selalu menggunakan topi, jaket dan pakaian yang tidak menyerap panas dan nyaman, karena berada di tanah lapang yang langsung terpapar sinar matahari. Kemungkinan akan terkena cipratan lumpur, jangan lupa bawa pakaian ganti.
- Sesampainya lokasi disarankan menggunakan sendal jepit atau sendal untuk berpetualang sebab akan berada di lingkungan yang berlumpur dan becek.
- Bagi yang ingin memotret jangan lupa membawa pelindung lensa agar aman dari cipratan lumpur.
- Jangan lupa bawa makanan ringan dan air mineral selama menyaksikan atraksi Pacu Jawi atau bisa juga membelinya di lokasi sebab banyak pedagang yang menyediakannya. Nanti buang sampah pada tempatnya ya.
- Selalu cari tahu informasi jadwal atraksi Pacu Jawi di situs resmi pacujawi.com atau sosial media di Sumatra Barat.
Selamat menyaksikan atraksi Pacu Jawi, the spirit of Minangkabau.
———————————————————————————————————————————————
Bayu Haryanto – biasa disapa Ubay. Penikmat senja yang bermimpi untuk explore Indonesia dengan tagline #JelajahNagariAwak. Pemotret yang suka dipotret. Perngkai kata dalam blog kidalnarsis.blogspot.co.id. Jejaring sosial Twitter @beyubay dan Instagram @beyubaystory.
Traveling ■ Explore ■ Journalism ■ Photograph ■ Writer ■ Share ■ Inspire
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Jokinya bisa ya jaga keseimbangan gitu dgn kecepatan lari sapi yg kencang :D. Tp aku ga bisa ngebayangin hrs gigit ekor sapinya itu mas.. Antara ga tega, dan juga geli hrs ngegigitnya hihihihi...
ReplyDeleteHehehe ia mbak itu pula khasnya dari Pacu Jawi ini. Hehehe
DeleteKalo gk digigit gk bisa larinya sekencang itu mbak.
pingin ngerasain jadi jokinya, pingin tau gregetnya hehe
ReplyDeleteberarti kalo ke sumbar harus nyempetin ini
Wah, lebih baik jangan mas karena ini untuk orang yang terlatih. kalo orang awam takut salah-salah hahahaa
DeleteKalo ke Sumbar harus saksikan langsung atraksi khas Minangkabau yaitu Pacu Jawi dan Pacu Itik. Yuk ke Sumbar