Kota Pariaman merupakan bagian dari kawasan rantau Minangkabau yang menjadi salah satu kota pelabuhan penting di pantai barat Sumatra pada abad ke-16. Banyak pedagang asing yang silih berganti singgah dan menetap menjadikan kota yang dikenal dengan budaya Tabuiknya ini semakin beragam.
Kota Pariaman berkembang dari wilayah pesisir pantainya dan juga menjadi tempat penyebaran agama Islam pertama di Sumatra Barat sehingga keberadaan surau dan masjid sangat banyak yang berpotensi dikembangkan untuk desitnasi wisata religi. Terdapat lima masjid yang bersejarah dan merupakan cagar budaya di Kota Pariaman, berikut ulasannya:
1. Mengunjungi Masjid Sejarah Muhammadiyah di Pasar Kurai Taji.
Masjid Sejarah Muhammadiyah Kurai Taji (2017) |
Perjalanan wisata religi dapat dimulai dari Pasar Kurai Taji Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman yang terdapat sebuah masjid yang dibangun sejak 1929. Kabarnya juga daerah ini merupakan tempat pertama kali Muhammadiyah didirikan di Sumatra Barat. Selain itu masjid ini dikenal juga dengan nama Surau Dagang sebab dekat dengan pasar dan menjadi tempat salat para pedagang.
Menurut ceritanya, masjid ini dinamakan Masjid Sejarah Muhammadiyah, karena dulunya berdirinya ditentang oleh masyarakat setempa t,tkibat adanya pertentangan mengenai salat Jumat. Kemudian dengan usaha para tokoh Muhammadiyah yang memberikan dakwahnya sehingga masyarakat lebih mengerti.
Masjid ini memiliki dua lantai dengan luas banguan 900 meter persegi. Meskipun telah mengalami perubahan bentuk terlihat pada dindingnya, tapi pada atapnya masih mencirikan bangunan masjid khas Minangkabau yang tidak memiliki kubah dan bertumpak tiga.
Kemudian pergi ke masjid bersejarah lainnya di Desa Batu Tajongkek, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Disini terdapat satu masjdi tua yang bernama Masjid Kurai Taji. Masjdi ini merupakan cagar budaya dengan nomor inventaris 14/BCB-TB/A/07/2007.
Dulunya sebelum masuk Kota Pariaman, masjid ini dibangun secara bersama oleh masyarakat Nagari Padusunan pada tahun 1900-an dengan turut melibatkan pemuka masyarakat setempat, di antaranya Labai Nan Putiah dan Abdurrahman. Masjid ini juga memiliki bedug berukuran besar atau disebut tabuah gadang dalam bahasa Minang.
3. Masjid Raya Badano yang memiliki Guci Besar Ajaib dan Berkhasiat.
Masjid Raya Badano memiliki pesona tersendiri untuk wisata religi, sebabnya terdapat guci besar yang terdapat mitos dan cerita tersendiri di kalangan masyarakat setempat. Masjid ini bertempat Kelurahan Bungo Tanjuang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Pariaman.
Dulu, guci ini selalu berpindah-pindah lokasi sebelum akhirnya masyarakat sepakat untuk merekatkan guci ini dengan semen pada bagian bawahnya, sehingga tidak berpindah posisinya lagi. Guci ini berwarna hitam yang tingginya tidak sampai satu meter dengan diameter mulutnya kira-kira 30 cm. Letaknya saat ini depan lokasi tempat mengambil wudhu dan toilet.
Menariknya guci ini di bagian dalam guci terdapat air yang tidak pernah kering hingga saat ini. Ada mitosnya, air ini dipercaya dapat menghilangkan penyakit, jika diminum airnya dapat berkhasiat menyebuhkan atas seizin Allah SWT. Bahkan airnya juga digunakan untuk ritual turun mandi bagi anak-anak balita. Ada juga sebagian masyarakat yang melempar uang koin kedalamnya.
Menariknya guci ini di bagian dalam guci terdapat air yang tidak pernah kering hingga saat ini. Ada mitosnya, air ini dipercaya dapat menghilangkan penyakit, jika diminum airnya dapat berkhasiat menyebuhkan atas seizin Allah SWT. Bahkan airnya juga digunakan untuk ritual turun mandi bagi anak-anak balita. Ada juga sebagian masyarakat yang melempar uang koin kedalamnya.
Masjid ini merupakan cagar budaya dengan nomor inventaris 10/BCB-TB/A/07/2007 yang dibangun sejak 1827. Dari segi arsitekturnya terdapat perpaduan antara gaya kolonial dan Minangkabau. Terlihat dari dindingnya yang yang tebal dan jendela yang tinggi. Sedangkan atapnya ciri khas masjdi tua di Minangkabau dengan atap tumpang bertingkat 5. Dulu atapnya menggunakan genteng kini telah diganti dengan seng, tinggal dibagian bawah yang masih menggunakan genteng.
Masjid ini berbentuk bujursangkar. Tiang berjumlah 33 buah dengan bentuk bulat dan segi delapan. Tiang soko guru satu buah dengan tinggi 5 meter. Jendela berjumlah 24 buah dan pintu sebanyak 3 buah, terletak di bagian timur, barat, dan selatan. Terlihat di bagian ventilasi jendela dan pintu memakai ukiran kaligraf.
Masjid ini berbentuk bujursangkar. Tiang berjumlah 33 buah dengan bentuk bulat dan segi delapan. Tiang soko guru satu buah dengan tinggi 5 meter. Jendela berjumlah 24 buah dan pintu sebanyak 3 buah, terletak di bagian timur, barat, dan selatan. Terlihat di bagian ventilasi jendela dan pintu memakai ukiran kaligraf.
Masjid ini memiliki daya pikat tersendiri bagi para wisatawan terutama yang ingin mengetahui keberadaan guci ini dan khasiat air di dalamnya. Wow!
4. Masjid Raya Padusunan
Masjid Raya Padusunan (2017) |
Dari selatan kota tabuik ini dilanjutkan pergi ke timur. Tepatnya di Desa Kampung Gadang, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Paraman terdapat masjid bersejarah yang dibangun sejak awal abad ke-20 tepatnya pada tahun 1901. Masjid ini memiliki luas 400 meter persegi dengan daya taya tampung hingga 500 jemaah ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya dengan nomor inventaris 01/BCB-TB/A/07/2007.
5. Masjid Raya Pariaman
Masjid ini dikenal dulunya dengan Surau Pasar yang merupakan salah satu bangunan heritage di Kota Pariaman. Kabarnya telah berumur lebih dari 200 tahun artinya sudah ada sejak abad ke-19 tepatnya pada tahun 1882. Masjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya dengan nomor inventaris 34/BCB-TB/A/07/2007.
Masjid Raya Kota Pariaman ini merupakan masjid batu pertama dan tertua di Pariaman yang dibangun dengan kekuatan dan kekuasaan anak nagari pasar Pariaman sendiri yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Jamil, seorang ulama yang termasyhur pada masa itu.
Bagian dalam masjid dengan ornamen yang indah dan terkesan kuno (2017) |
Penampakan Masjdi Raya Kota Pariaman (2017) |
Sekilas tampak luar bangunan masjid ini dikelilingi oleh tembok yang kesannya modern, tapi bila masuk ke dalam nuansa kekunoan akan terlihat. Dari konstruksi kayu pada atap dan ukirannya hingga perpaduan arsitektur pada kubah utama masjidnya.
Masjid ini berada dipusat kota dekat dengan pasar kota yang berlokasi di Jalan Syekh Muhammad Djamil Djambek, Kelurahan Kampung Perak, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman.
Baca: Objek Wisata Kota Pariaman
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Itu sumber air gucinya dari mana Uda? Guci kan wadah ya?
ReplyDeleteSumber air nya yang tidak tahu dia tidak pernah habis air di dalam guci itu. Mungkin klo di Jawa namanya gentong air
DeleteIni nih, yang paling aku suka. Wisata religi masjid-masjid :)
ReplyDeleteMasjid-masjidnya keren-keren dan punya sejarah tersendiri tentunya. Aku jadi pengen berkunjung ke masjid itu juga. Semoga kesampaian seperti mas Bay :)
sama mas, aku juga suka apalagi masjid kuno dengan arsitektur yang unik. cinta bgt deh.
Deleteia betul memiliki keunikan dan sejarah tersendiri. Yuk ke Sumbar