Layaknya kota-kota besar lainnya di Indonesia, Kota Padang memiliki sejumlah kawasan peninggalan sejarah yang dikenal dengan Kota Tua Padang atau Padang Lama. Kawasan Kota Tua Padang memiliki magnet tersendiri bagi sebagian masyarakat terutama pencinta heritage. Meski keberadaannya itu tidak begitu menonjol dari tempat lainya. Namun, nyatanya menyimpan banyak potensi yang bisa dikembangkan.
Geliat Kota Tua Padang tak
ubahnya butiran emas yang berharga yang tersimpan dalam dasar sungai Batang
Arau. Kota Tua Padang berpotensi sekali menjadi destinasi wisata edukasi,
budaya, kuliner hingga tempat nongkrong kece berbalut eksotisme banguan tua
yang begitu mempesona. Tinggal cara mengemasnya saja.
Padang Heritage lahir dari
masyarakat dan untuk masyarakat dengan harapan dapat menjadi wadah dalam
mengenal lebih dekat cagar budaya di Kota Padang sehingga dapat menumbuhkan
semangat dan kepedulian untuk pelestarian warisan pusaka terutama banguan tua
di Kota Padang. Komunitas ini lahir 22 Maret 2016 lalu dan baru mulai aktif
pada 5 Januari 2017.
Dua saja kegiatan Padang
Heritage, yakni viralkan Kota Tua Padang melalui media sosial di
Instagram @PadangHeritage dengan
postingan edukatif dan membuat program Padang Heritage Walk.
Padang Heritage Walk ini merupakan perpaduan dari wisata dan edukasi
yang akan membahas tema yang berbeda tiap edisinya. Tiap kegiatannya akan
menjelajah beberapa kawasan cagar budaya di Kota Padang. Formatnya sederhana,
sembari jalan-jalan sembari belajar. Mendata, mendokumetasikan dan bercerita. Semuanya menjadi paket lengkap
wisata heritage di Kota Padang.
Pertama kalinya Padang
Heritage Walk dimulai pada 8 Januari 2017. Tiap kegiatannya terus mengalami
peningkatan jumlah pesertanya dari berbagai kalangan yang ikut, mulai dari
pelajar, mahasiswa hingga pekerja. Untuk edisi yang keempat ini diadakan pada
16 Juli 2017 dan pesertanya tercatat sebanyak 40 orang.
Padang Heritage Walk keempat
ini memiliki rute perjalanan yang dimulai dari Kelenteng See Hin Kiong lama di jalan
Kelenteng No.312. Di sini para peserta
mendapatkan informasi mengenai sejarah singkat perkembangan kota padang dari
zaman kerajaan hingga saat ini. Kemudian penejelasan latarbelakang hadirnya
Padang Heritage hingga cerita tentang kelenteng ini.
Kelenteng ini dibangun pada
1893-1897. Sayangnya, akibat gempa 30 September 2009 lalu, kelenteng ini
mengalami banyak kerusakan sehingga tidak lagi digunakan untuk tempat ibadah. Sebagai
gantinya, tahun 2010 kembali dibangun kelenteng baru dilokasi yang berbeda dan
tidak jauh kelenteng lama.
Mengingat kelenteng lama
merupakan cagar budaya dengan nomor invnetaris 06/BCB-TB/A/01/2007, maka
kelenteng lama tersebut akan direnovasi dan dijadikan sebagai museum masyarakat
Tionghoa Padang. Kelenteng See Hien Kiong menjadi lokasi favorit bagi
masyarakat Kota Padang untuk dijadikan lokasi berfoto dan tempat nongkorong
kaula muda.
Selanjutnya dari kelenteng
lurus mengikuti salah satu koridor jalan kelenteng II. Di sini juga merupakan
spot favorit untuk mengabadikan gambar dengan latar bangunan tua. Hingga
kemudian tembus ke jalan Batang Arau. Bangunan eksotik tinggi dan mengagumkan akan
terlihat begitu jelas. Itulah Gedung Padangsche Spaarbank.
Padangsche Spaarbank berlokasi
di Jalan Batang Arau No. 33 yang menjadi salah satu dari 74 bangunan yang
dijadikan Pemerintah Kota Padang sebagai benda bersejarah yang dilindungi
berdasarkan SK No 16/BCB-TB/A/01/2007.
Gedung yang masih berdiri kokoh ini didirikan pada tahun 1908, memiliki
dua lantai dan yang berdiri membelakangi Sungai Batang Arau.
Kabarnya, Gedung Padangsche
Spaarbank pernah digunakan sebagai
Kantor Bank Tabungan Sumatra Barat sebelum direnovasi pada tahun 1992. Sempat
juga gedung ini difungsikan untuk menjadi penginapan (homestay) atau sekelas
hotel bintang satu dengan nama Hotel Batang Arau sejak tahun 1994-2009.
Kemudian berjalan melewati
pedestrian dan taman tepian Batang Arau hingga bertemu dengan Gedung Bank
Mandiri KCP Muaro. Gedung ini beralamat Jalan Batang Arau No.42 Kelurahan
Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Memiliki gaya arsitektur
kolonial yang dibangun sekitar tahun 1930-an dengan panjang 35 meter dan lebar
24 meter. Banguan ini dilindungi berdasarkan SK No
17/BCB-TB/A/01/2007.
Dulu bangunan ini bernama Gedung
Nederlandsch-Indische-Escompto-Maatschappij atau disingkat NIEM adalah salah
satu bank yang beroperasi pada jaman penjajahan Belanda. NIEM atau lebih
dikenal dengan nama Bank Escompto didirikan tahun 1857-1958 kemudian
dinasionalisasikan hingga menjadi Bank Mandiri saat ini.
Dari sini berjalan kembali
menuju Jembatan Siti Nurbaya, sebelum itu singgah dulu di Gedung Geo Wehry and
Co yang beralamatkan jalan Batang Arau No. 58. Berdiri sekitar tahun 1920-an
yang dirancang oleh Ir. FJL Ghijsels (AIA Bureau).
Tidak ada literatur yang saya
temukan mengenai gedung ini. Namun ada sedikit penelasan, Geo Wehry and Co
sebagai sebuah perusahaan ekspor impor terkenal, juga memiliki beberapa
kantor-kantor lainnya untuk mengurusi keuangan, perdagangan, distribusi dan administrasi
perusahaan. Gedungnya yang di Padang merupakan cabang perusahaan yang berpusat
di Batavia.
Sayangnya gedung ini kurang
tidak terawat dan saat ini digunakan sebagai gudang oleh PT. Panca Niaga, kini
aset PT. Perusahaan Dagang Indonesia. Padahal dari sejumlah bangunan bersejarah
yang ada di Kawasan Kota Tua Padang dengan nomor inventaris.
21/BCB-TB/A/01/2007, gedung ini termasuk yang memiliki desain yang keren
terutama di zamannya dan tercantik saat ini di Kota Tua Padang.
Akhirnya sampai bawah jembatan
Siti Nurbaya yang berdekatan dengan Gedung Museum Bank Indonesia Padang. Berada
di jalan Batang Arau No. 60 Kelurahan Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota
Padang. Dulu gedung ini bernama De Javasche Bank dan eks Gedung Bank Indonesia
Padang yang didirikan pada tahun 1830 dan telah ditetapkan sebagai bangunan
cagar budaya dengan nomor inventaris 38/BCB-TB/A/01/2007.
Gedung De Javasche Bank ini
merupakan gedung perbankan cabang yang ketiga setelah Surabaya dan Semarang dan
pertama di luar jawa. Selain Padang De Javasche Bank tersebar di 12 kota
penting Indonesia pada zaman kolonial Belanda. Gedung ini dibuka pertama kali
pada 29 Agustus 1864 dengan direktur pertamanya bernama A.W Verkouteren.
Dulu, di bagian depan Gedung
Bank Indonesia ini, sebelum adanya jembatan Siti Nurbaya terdapat sebuah
monumen berupa tugu kecil yang dibangun untuk mengenang Ir. Willem Hendrik de
Greve, ahli pertambangan Belanda yang mati hanyut ketika melakukan penelitian
di Batang Kuantan pada tahun 1872. Sekarang bangunan ini oleh pihak Bank
Indonesia Padang dijadikan sebagai museum dan kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumbar pindah ke Jalan Sudirman, Padang.
Gedung Museum Bank Indonesia
Padang menjadi titik terakhir penjelajahan dalam rangkaian kegiatan Padang
Heritage 4 ini. Langit semakin gelap dan kumandang azan pun telah tiba kami
semua mengakhiri perjalanan hari ini.
Padang
Heritage membuka diri bagi siapa saja yang memiliki keterkaitan terhadap dunia
sejarah, banguan tua dan warisan budaya lainnya di Kota Padang. Hadirnya
Padang Heritage ini dapat menjadi media informasi, sarana wisata edukasi dan
gerakan pelestarian warisan cagar budaya di Kota Padang.
Mari mengenal
lebih dekat Kota Tua Padang bersama Padang Heritage, karena menjelajah itu
tidak melulu ke alam.
Liputan oleh Tim Kompas:
Liputan oleh Tim Kompas:
Cerita kegiatan Padang Heritage Walk:
2. Jelajah Kota Tua Padang Bersama Padang Heritage
3. Meneropong Kota Tua Padang Melalui Padang Heritage
4 Mau Wisata Kota Tua di Padang? Yuk Ikuti Padang Heritage
Daftar bangunan Cagar Budaya Kota Padang
3. Meneropong Kota Tua Padang Melalui Padang Heritage
4 Mau Wisata Kota Tua di Padang? Yuk Ikuti Padang Heritage
Daftar bangunan Cagar Budaya Kota Padang
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
semoga next event bisa ikutan Padang Heritage Walk..
ReplyDeleteSip uda. Nanti akan dikabari untuk kegiatan selanjutnya.
DeleteSemoga semakin maju padang heritage walknya Uda.
ReplyDeleteFavorit aku gedung Geo Wehry Co. Di semarang tepatnya kota lama kalo tidak salah juga ada perusahaan tersebut, tp designnya tentu berbeda. Tapi lebih cantik yg di padang :D
Makasih atas supportnya mas. Mohon doanya biar lancar terus kegiatannya.
DeleteSama aku juga suka dengan gedung Geo Wehry & Co ni. Maklum perusahaan ini cukup terkenal di zamannya. dan banyak cabang di berbagai kota besar.
Ia gedung ini memang bisa dibiang tercantik di kota tua Padang
Semoga terus ada acara2 keren begini. Next, saya pengen ikut.
ReplyDeleteAaminn. Makasih uda. Doakan saja kegiatannya terus berlanjut. Mohon dukungan dan supportnya y. Next iven akan di postingkan di akun @padangheritage pantau terus ya hehehe
Delete