Kota Padang lahir dengan cerita yang panjang. Menyimpan kisah yang larut dan dapat dijumpai saat ini. Kota bandar yang maju dan berkembang pesat kala itu. Silih bergantinya waktu, Batang Arau dan sekelilingnya menjadi saksinya. Tapak mula lahirnya Kota Padang. Ada jejak yang harus dijemput. Kota Tua Padang dengan cerita yang menyertainya.
Dulu, Kota Padang memiliki sejumlah tugu atau monumen yang fundamental menghiasi wajah kota pelabuhan terbesar di pesisir pantai barat Sumatra ini. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membangun monumen untuk mengenang banyaknya serdadunya yang gugur di Ranah Minang. Adapun berikut ini monumen yang dibangun pemerintah kolonial yang menarik untuk diulik.
1. Tugu Jam Kampoeng Djawaweg alis Jam Gadang-nya Padang.
Tugu Jam Kampoeng Djawaweg Monumen Bersejarah yang Hilang di Kota Padang (sumber: KILTV) |
Tugu Jam ini berada di kawasan Kampoeng Djawaweg sekarang Kampung Jawa. Diperkirakan dibangun akhir abad ke-19 (1880 ke atas). Posisinya sekarang ini merupakan Tugu Air Mancur di Pasar Raya Padang. Tepatnya depan Masjid Taqwa tak jauh dari eks Kantor Balikota Padang lama.
Jika dilihat dari foto-foto lama, bangunannya cukup tinggi juga. Kira-kira lebih dari 8 meter mungkin setara dengan gedung lantai 2. Bisa ditakar dari foto orang yang menyandar di bangunan tugunya.
Tugu Jam Kampoeng Djawaweg Monumen Bersejarah yang Hilang di Kota Padang (sumber: KILTV) |
Hampir di setiap bangunan vital yang dibangun oleh pemerintah kolonial akan ditempelkan jam. Sepertinya dipuncak Tugu ini terdapat loncengnya. Menurut Dr. Eko Alvares Z (alm), fungsi dari jam ini sebagai petunjuk waktu dan untuk melatih kedisiplinan kepada seluruh masyarakat. Serupa fungsinya dengan Jam Gadang.
Jadi tidak salah jika Kota Padang juga ada jam besarnya, tapi itu dulu dan keberadaannya sekarang sudah tidak ada lagi. Jejaknya pun hanya dapat dilihat dari peta dan foto lama yang diarsipkan rapi oleh Belanda.
2. Monumen Michiels Terbesar dan Termegah di Sumatra
Mounumen Michiels Monumen Bersejarah yang Hilang di Kota Padang (sumber: KILTV) |
Monumen Michiels cukup menyita banyak perhatian di kalangan bangsawan dan masyarakat Kota Padang tempo dulunya. Monumen yang sangat penting ini menjadi tugu peringatan terbesar yang dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda di Pulau Sumatra. Keberadaannya sebagai bentuk penghargaan kepada Mayor Jendral Andreas Victor Michiels atas jasanya menumpas pemberontakan Kaum Padri di Minangkabau.
Monumen ini sangat artistik dan bergaya gotik yang berdiri sejak tahun 1855 di Michielsplein atau Lapangan Michiel. Ternyata sebelum di Padang, terdapat juga monumen serupa yang dibangun di Batavia pada 1849 dan di Surabaya.
Jika dilihat posisinya sekarang berada di Taman Melati masuk area Museum Adityawarman Padang. Dekat dengan Gedung Pengadilan Tinggi, dulu bernama Raad van Justitie yang sekarang merupakan bangunan cagar budaya.
Jika dilihat posisinya sekarang berada di Taman Melati masuk area Museum Adityawarman Padang. Dekat dengan Gedung Pengadilan Tinggi, dulu bernama Raad van Justitie yang sekarang merupakan bangunan cagar budaya.
Mounumen Michiels Monumen Bersejarah yang Hilang di Kota Padang (sumber: KILTV) |
Dari berbagai litelatur, monumen ini terbuat dari besi tuangan dengan lantai marmer dan penuh dengan relief di dinding luarnya. Dengan ujung-ujung yang meruncing yang terdiri dari beberapa tingkat dan dihias salib kecil.
Monumen ini sangat kental dipengaruhi oleh arsitektur kuno Eropa bergaya gotik. Monumen ini memiliki ketinggian sekitar 14,4 meter atau setinggi gedung 5 lantai kurang lebih. Berdasarkan salah satu foto yang terlihat ada orang Belanda dekat tugu ini.
Foto ini dapat dilihat pada cover buku karangan Antropolog Belanda Freek Colombijn berjudul Paco-paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia Abad ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota.
Foto ini dapat dilihat pada cover buku karangan Antropolog Belanda Freek Colombijn berjudul Paco-paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia Abad ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota.
3. Monumen de Greve , Jejak Sang Penemu Batu Bara
Monumen de Greave Monumen Bersejarah yang Hilang di Kota Padang (sumber: Tropenmuseum) |
Monumen de Greve menjadi tempat yang sangat bersejarah bagi pemerintah kolonial di Kota Padang. Diperkirakan dibangun 1871. Monumen ini berupa tugu kecil yang dibangun untuk mengenang Ir. Willem Hendrik de Greve, ahli pertambangan Belanda yang mati hanyut ketika melakukan penelitian di Batang Kuantan pada tahun 1872.
De Greve ini sangat berjasa besar dalam penemuan tambang batu bara Sawahlunto dan berdampak besar pada pembangunan infrastruktur di Sumatra Barat. Untuk mengenangnya, maka taman di depan De Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia Muaro) ini diberi nama Taman de Greve dan dermaga di tepian Batang Arau dinamakan Dermaga de Greve (de Grevekade).
Sayangnya, taman dan monumen ini sudah tidak ada lagi. Jika dilihat dari posisi sekarang diperkirakan berada di bawah kolong jembatan Siti Nurbaya dari jalan Nipah.
Monumen de Greave Monumen Bersejarah yang Hilang di Kota Padang (sumber: KILTV) |
4. Tugu Raaff, Penggagas Fort Van der Capellen
Tugu Raaff di Lapangan Imam Bonjol tahun 1930-an (Dok: Marshalleh Adaz, S.Sos) |
Tugu atau Monumen Raaff pernah dibangun pada tahun 1824 di atas bukit kecil dekat Lapangan Dipo mengarah ke laut, bentuknya lancip ke atas dengan dasar segi empat (naald). Namun, karena lokasi tugu yang rentan dari ancaman ombak pantai, maka tahun 1913 dipindahkan bangunan dan tulang belulangnya ke sisi utara Lapangan Plein van Rome, kini bernama Lapangan Imam Bonjol.
Tugu ini di bangun untuk mengenang jasa Letnan Kolonel Antoine Theodore Raaff yang memimpin perlawanan dalam Perang Paderi. Ia juga sebagai pencetus pembuatan benteng Van der Capellen di Batusangkar. Namanya pun diabadikan menjadi nama jalan yaitu Raaffweg (Jalan Raaff) sekarang merupakan Jalan M. Yamin. Ia meninggal di Padang pada 17 April 1824, diduga karena terjangkit malaria.
Kini tugu itu pun sudah tidak ada. Menurut Marshalleh Adaz, S.Sos, posisinya lebih kurang dekat pohon beringin dalam pekarangan Lapangan Imam Bonjol, mungkin sejajar dengan pos satpam Gedung Balai Kota Padang lama.
Kini tugu itu pun sudah tidak ada. Menurut Marshalleh Adaz, S.Sos, posisinya lebih kurang dekat pohon beringin dalam pekarangan Lapangan Imam Bonjol, mungkin sejajar dengan pos satpam Gedung Balai Kota Padang lama.
Baca: Fort de Kock dan Fort Van der Capellen Jejak Benteng Kolonial di Minangkabau
Lantas Ke Mana Monumen Bersejarah di Kota Padang itu?
Monumen peningalan zaman kolonial ini mempunyai kisahnya tersendiri dan tidak banyak yang mengetahuinya. Sekali lagi, tidak ada yang tahu apa memang sengaja atau tidaknya, semua bangunan dari monumen ini sudah hancur.
Kabarnya dihancurkan masa pendudukan Jepang saat menginvasi Kota Padang, kala itu dalam suasana Perang Pasifik. Hal ini disebutkan Rusli Amran (1986) dalam buku Padang Riwayatmu Dulu dan diskusi dengan Dr. Eko Alvares Z (alm).
Menurut Sarkawi B. Husain (2006), untuk menghilangkan pengaruh dan jejak penguasa sebelumnya, pemerintah pendudukan Jepang melakukan banyak penghancuran terhadap monumen, patung, atau tugu yang didirikan oleh Belanda. Namun demikian, tidak satupun tugu atau monumen yang didirikannya. Kehadirannya yang sangat singkat hanya membawa perubahan pada beberapa aspek sosial, politik, dan pemerintahan.
Kalau pun ada saat ini akan menjadi spot yang instagrammable atau tempat nongkrong seperti di Tugu Gempa 30 September dan Tugu Joang Sumatranen Bond. Hufft, ya sudahlah!
Referensi:
1. Rusli Amran (1986). Padang Riwayatmu Dulu. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya Offset
2. Sarkawi B. Husain (2006). Mereka Tidak Bisu: Makna & Perebutan Simbol Monumen, Patung, Dan Tugu Di Kota Surabaya. Makalah Konferensi Nasional Sejarah VIII, 14-17 November 2006 di Hotel Millenium, Jakarta.
3. Diskusi dengan Dr. Eko Alvares Z (alm) dari Teknik Arsitektur Universitas Bung Hatta dan Marshalleh Adaz, S.Sos dari Galeri Arsip Statis Padang.
Kabarnya dihancurkan masa pendudukan Jepang saat menginvasi Kota Padang, kala itu dalam suasana Perang Pasifik. Hal ini disebutkan Rusli Amran (1986) dalam buku Padang Riwayatmu Dulu dan diskusi dengan Dr. Eko Alvares Z (alm).
Menurut Sarkawi B. Husain (2006), untuk menghilangkan pengaruh dan jejak penguasa sebelumnya, pemerintah pendudukan Jepang melakukan banyak penghancuran terhadap monumen, patung, atau tugu yang didirikan oleh Belanda. Namun demikian, tidak satupun tugu atau monumen yang didirikannya. Kehadirannya yang sangat singkat hanya membawa perubahan pada beberapa aspek sosial, politik, dan pemerintahan.
Kalau pun ada saat ini akan menjadi spot yang instagrammable atau tempat nongkrong seperti di Tugu Gempa 30 September dan Tugu Joang Sumatranen Bond. Hufft, ya sudahlah!
Referensi:
1. Rusli Amran (1986). Padang Riwayatmu Dulu. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya Offset
2. Sarkawi B. Husain (2006). Mereka Tidak Bisu: Makna & Perebutan Simbol Monumen, Patung, Dan Tugu Di Kota Surabaya. Makalah Konferensi Nasional Sejarah VIII, 14-17 November 2006 di Hotel Millenium, Jakarta.
3. Diskusi dengan Dr. Eko Alvares Z (alm) dari Teknik Arsitektur Universitas Bung Hatta dan Marshalleh Adaz, S.Sos dari Galeri Arsip Statis Padang.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Seru banget blognya, aku jadi tahu sejarah padang, walaupun aku bukan orang padang.
ReplyDeleteThanks ya atas sharingnya hari ini, artikelnya sangat bermanfaat.
Terima kasih atas apresiasi dan kunjungan ya. Siap sama sama mas.
DeleteSetidaknya untuk membuka jalan agar bisa main ke Padang.
Salam kenal
Luar biasa, ini informasi baru yg saya dalatkan, thank you bay 👍
ReplyDeleteSiap bg. Makasih juga sudah berkunjung 🙏
Deletehalo mas, sebelumnya nanya dulu, masnya anak kimia?
ReplyDeleteklo iya tos dulu mas
aku juga anak kimia tapi suka... sejarah... hehe (siapa yang nanya)
wah padang ini panjang banget emang sejarahnya terutama pas pergerakan
pelabuhannya rame sejak dahulu kala
taoi buatku epos pemberontakan kaum padri itu benar2 berkesan
semoga suatu saat bisa ke Padang, amin
Hehehe sesama anak kimia ya? yes saya memiliki interes dengan sejarah, khusus arsitektur dan alamnya.
DeleteIa padang dulu kota pelabuhan yang memiliki historis tersendiri di Sumbar.
Semoga bisa berkunjung ke ranah minang mas. Salam kenal mas
hehe aku dari BCC nyangkut di sini ternyata udah komen
Deletewkwk iya mas
amin nanti ajak aku main2 ya mas...
Wah hehehe
DeleteSiap mas
ondeh mandeh mas bro, ambo baru tahu kalau ado monumen nan kece badai di Padang pado masa nan lampau..
ReplyDeleteOndeh mandeh kembali uda. Ia betul da, pernah ada monumen yang kece di PAdang tapi sayangnya sekarang jejaknya sudah tidak ada lagi
DeleteIya bener. aku jg belum pernah denger apalagi lihat
ReplyDeleteWah kalau msh ada bjsa iconic bgt ya bang utk jadi landmark
Jadi gak cuma Jam Gadang dan istana pagaruyuang doang icon landmark terkenal sumbar
IA benar aul. Gimana pun juga sekaragn padang kan tidak ada landmarknya. Kalo liat kota lain pasti ada ikonnya dan jadi brand tersendiri
DeleteSemoga aja ada museum kota yang akan menceritakan sejarah ini.
Kalau dengar kata Padang, taunya cuma Jam Gadang ajah. Yg lainnya gak tau. Tapi pasca baca postingan ini jadi sedikit tau gambaran menarik lainnya
ReplyDeleteAda yang keliru uni, Jam Gadang gk di PAdang tapi di Bukittinggi. hehehe
DeleteTerima kasih sudah berkunjung. Masih ada hal-hal yang kita tidak diketahui banyak orang.
Kota Padang jaman dulu adem ayem yah kalo dilihat. Seneng ngelihatnya.
ReplyDeleteia dulu padang hanya hutan khas pesisir dan rawa2 sekarang tumbuh jadi kota berkembang.
DeleteMelihat wajah padang tempo dulu sangat menarik
Saya belum pernah ke Padang.. Btw, informasinya memberikan pencerahan ya..
ReplyDeleteMakasih uni. Semoga dapat memberikan harapan dan setidaknya bisa ke Ranah Minang
DeleteJadi pengen ke padang deh hehe
ReplyDeleteAsyiaaap. Ayoo uda ke Ranah Minang
DeletePengeeen ke padaang duh
ReplyDeleteSilahkan uda atur jadwalnya dan menikmati suasana dan keindahan Ranah Minang
Deletewow saya orang padang baru tau kalau ada monumen michielis....
ReplyDeleteMaka dari itu lahirny tulisan ini uda.
DeleteBanyak bangunan yang monumental yang dibangun di PAdang, tapi satu dan lain hal banyak yang hilang dan lenyap. Padahal keren
hiks, Padang jadi destinasi impianku
ReplyDeletemupeng banget pingin kesana ....
siappp... hayoo uni ayo ke padang
DeleteSayang banget yaaa padahal arsitekturnya indah.
ReplyDeleteBetul sekali. Padahal secara historis bangunannya sangat monumental
DeleteBeda sekali Pasar Raya Padang tempo dulu dan sekarang. hmm.
ReplyDeleteTentunya akan beda hehehe
DeletePerkembangan kota tidak lah statis. Pembangunan dan zaman yang menuntutnya. Mau bertahan atau lenyap seperti monumen ini
Wah,sayang ya bangunan-bangunan itu sudah hilang..untung masih ada rekam jejaknya. Seperti pabrik-pabrik gula di Jawa khususnya Jogja yang juga hancur dan hilang jejaknya...tfs..
ReplyDeleteIa begitu lah peninggalan sejarah. Kalo tidak diurus maka akan hilang dan dihancurkan begitu saja. Bikin sedih 😢
DeleteAda tambahan destinasi wisata kalau kelak ke Padang kebetulan saya menyukai objek wisata sejarah macam ini. BTW, bisakah tulisannya diperbesar dikit,Kak?
ReplyDeleteAda uni, banyak objek wisata sejarah dan perkampungan adat di Ranah Minang. Wah mantap juga uni. Semoga bisa berkunjung ke Padang. Tulisannya sudah yang standar kok uni heheh
DeleteLuar biasaaa...
ReplyDeleteRekam jejak Indonesia patut diacungi jempol dan dilestarikan oleh pemerintah daerah agar tidak pudar dan terlupakan.
Sayangnya,
Saat ini tinggal cerita.
Semoga akan abadi hingga anak-cucu nanti..
Terima kasih uni, bagaimanapun sejarah ini tidak boleh dilupakan kalo bukan kita yang mengingatkannya lantas generasi berikutnya akan jadi apa? huhuhuhuu
DeleteBetul semunya tingga cerita dan kenangan. Aamiin
Terima kasih untuk informasinya. Aku jadi tau ternyata pernah ada monumen ini di Padang :)
ReplyDeleteIa betul uni.Ada beberapa hal yang tidak orang banyak tahu termasuk soal ini
DeleteSaya kok pingin mampir ke museum Michiels.... Tampak banget klasik ya kak. Ah, semoga suatu saat bisa liburan ke Padang .hehe
ReplyDeleteDi Padang gk ada museum Michiels uni. Termasuk monumennya
DeleteDan aku termasuk salah satu dari banyak orang yg pernah tinggal di Padang yang gag tau hal ini.. makasii udah cerita Ubay
ReplyDeleteCerita ini memang tidak begitu familiar dikalangan masyarakat apalagi generasi milenial. Sama sama uni
Deletedulu saya pikir jam gadang itu ada di kota padang, rupanya di kota lain, waktu datang pertama kali ke padang, teman saya bingung apa ikon kota padang :)
ReplyDeletekalo monumen2 yg udah hancur itu masih ada hingga saat ini, pasti kota padang gak "kesulitan" buat mencari ikon daerah
Seperti biasanya mengasosiasikan ikon wisata untuk seluruh kota. Padahal tiap kota ada ikon masing masing termasuk di Padang ini.
DeleteByk yg bilang jam gadang di Padang. Tapi tepatnya jam gadang di Sumbar tepatnya lagi di Bukittinggi hehehe
mungkin karena padang buat sebagia orang sekedar kota transit buat ke tujuan wisata lain di sumbar ya Bay, macam ke bukittinggi, maninjau, mentawai, batusangka.. seolah2 padang ga ada ikon daerah, mudah2an ikon baru padang seperti masjid raya sumbar bisa melekat di hti wisatawan yah :)
ReplyDeleteHehehe dulu Padang kota penting da. Kalo kini bisa jadi sebagai ibu kota sebagai gerbang untuk menuju daerah lain. Terutama berwisata
Deletebetul sekali Bay :)
ReplyDeleteSayangnya semua itu tinggal sejarah huhuhu
Deletemantap da... makasi infonyo da..
ReplyDeleteSama-sama da hehehe
Deleteselamat menikmati :)
Menarik nih, sayang sekali banyak peninggalan sejarah di Kota Padang yang hilang dan yang tersisa pun terkadang tidak dilestarikan.
ReplyDelete