Sebuah pesan masuk ke dalam grup WhatsApp (WAG). Seketika grup yang biasanya hening menjadi ramai. Ternyata ada pesan berantai yang menjadi pemicu perdebatan. Hal ini terkadang sering terjadi. Tanpa disadari, ada yang percaya dan ada yang mencoba menjelaskannya. Isinya pesannya kira-kira seperti ini:
"Malam ini antara jam 00:30pagi hingga 3.30pagi pastikan off hp, laptop dll dan jauhkn dr badan anda. TV Singapore tlh mengumumkn berita tersebut. Tlg beritahu keluarga dan sahabat2 anda. Malam ini antara jam 00:30 pagi hingga 3.30 pagi bumi kita akan menghadapi radiasi yg paling tinggi. Pancaran cahaya Cosmic akan melintasi dekat dgn bumi. Oleh itu off hp dll dan jauhkn dr badan anda sbb akn menyebabkan kita mendapat efek radiasi yg berbahaya....Boleh lihat di google dan NASA dan berita BBC. Bagikan pesan ini kpd org2 lain yg penting bagi keluarga ,Teman,Sahabat, dan juga anak istri anda. Anda blh menyelamatkan nyawa banyak orang dengan berbuat demikian... Semoga bermanfaat Aamiin..."
Ada yang pernah mendapatkan pesan berantai ini? Ya, pasti pernahkan? Sudah dipastikan pesan ini berisi informasi yang tidak benar alias hoax alias berita bohong. Ini sedikit kasus yang terjadi di era digital ini. Tidak bisa ditahan dan tidak bisa dihindari. Namun, harus bisa menyikapinya dengan bijak dan menangkalnya sedari dini.
Akses internet yang terjangkau ditambah dengan cepatnya penyebaran informasi membuat siapa saja akan terbiasa banyak mengkonsumsi berita bohong. Pesan berantai selalu ada dan tidak akan pernah hilang selagi ada media sosial dan internet.
Jika dilihat data hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2018, penggunaan internet di Indonesia berada diposisi keempat di dunia dan jumlahnya sekitar 64,8 persen dari total populasi masyarakat Indonesia.
Sayangnya berbanding terbalik dengan kemampuan literasi masyarakat Indonesia yang berada diperingkat ke-60 dari 61 negara. Data tahun 2012 menunjukan minat baca masyarakat Indonesia hanya 250 ribu jiwa. Kemdudian dari data 2014 menunjukkan orang Indonesia hanya mampu membaca 27 halaman buku per tahun.
Menjadi hal yang wajar bila masyarakat Indonesia mudah terjangkit dan terpapar hoax. Tidak memandang buluh, baik orang yang berpendidikan atau tidak, sekalipun usia tua dan muda. Semua bisa menjadi agen pembawa hoax. Rendahnya literasi masyarakat Indonesia bisa jadi menjadi salah satu penyebabnya. Bahayanya bisa membuat perpecahan suatu bangsa dan tentu akan berhadapan dengan hukum. Mau?
Berita bohong bisa bermula dari adanya misinformasi yaitu informasi yang salah, tapi orang yang membagikannya percaya itu benar. Kemudian disinformasi yaitu informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah. Ini bisa disengaja.
Melihat Sumber Hoax dari Situsnya
Saat mengikuti Halfday Basic Workshop: Hoax Busting and Digital Hygiene yang diadakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama dengan Google News Initiative dan Internews di Padang pada 21 September 2019, ada ciri-ciri sederhana untuk melihat konten hoax yang bersumber dari media berbasis online yaitu:
- Alamat situsnya. Dapat melihatnya dengan cek domain disitus domainbigdata.com.
- Detail visual situnya. Bisa akan terjadi perbedaan antara situs resmi dan situs abal-abal, biasanya akan terlihat pada logo.
- Banyak Iklan. Mudah membedakannya biasanya situs abal-abal akan memiliki banyak iklan dan cenderung tidak relevan dengan situsnya.
- Pengunaan kaidah jurnalistik. Media yang baik akan mengikuti pakem 5W+1H, narasumber yang kredibel dan informasinya jelas serta berimbang.
- About us situsnya jelas. Media yang kredibel akan patuh dengan Undang-Undang Pers dan terdata oleh Dewan Pers..
- Waspada bila judul konten yang selalu sensasiaonal.
- Bandingkan kontennya dengan situs lainnya. Konten hoax tidak akan dimuat oleh banyak media.
Cek Hoax dengan Tools Google
Ternyata ada tools dari Google juga yang bisa digunakan untuk mendeteksi konten hoax. Untuk foto dan video dapat menggunakan Google Reverse Image Search melalui situs images.google.com. Tools ini salah satu cara yang cukup membantu dalam memeriksa kebenaran sebuah foto atau gambar, termasuk video yang merupakan gabungan frame-frame gambar.
Caranya, unggah foto yang akan dicek kebenarannya ke images.google.com. Nantinya dari hasil pencariannya akan menampilkan foto yang menyerupai seperti yang diunggah. Biasanya akan tertaut dari situs, blog, atau media sosial lain yang terlebih dahulu diunggah pertama kalinya.
Untuk cek video prosesnya sama seperti cek foto, tapi dengan mengunggah hasil screenshoot bagian tertentu dari videonya.Bisa juga mengunakan Google Map google.com/maps/ dalam menelusuri detail video dengan bantuan Google Street View. Nantinya bisa mencari lokasi yang tepat dari nama tempatnya dan bentuk bangunannya yang terlihat di video.
Untuk cek artikel dari media online dapat juga menggunakan kata "in site" yang diketikkan dalam pencarian Google. Contohnya kebakaran hutan in site: kompas.com. Hasilnya pencarian terkait itu akan dikumpulkan oleh Google dan terlihat jika ada di situs yang dituju.
Terkait dengan berita bohong ini menjadi problema tersendiri, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tapi juga dunia. Dengan meningkatkan kemampuan literasi diharapkan dapat membantu juga untuk mengurangi konten hoax yang banyak tersebar di masyarakat. Gerakan bijak menggunakan internet dan media sosial salah satunya.
———————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Dulu pesan berantainya lewat SMS. Kalau tidak dikirim ke sepuluh teman yang ada di kontakmu, akan ada musibah dan yang lainnya. Sekarang intinya sama, cuma beda perantaranya
ReplyDeleteBetul semakin berkembang zaman semakin canggih caranya juga
DeleteHuwaaa detail infonya, jadi nggak mudah percaya berita hoax ini karena sudah bisa dilacak detail ya Kak. Mari perangi berita ngga bener
ReplyDeleteSoal hoax ini menjadi masalah tersendiri. Kemampuan literasi kita harus ditingkatkan dalam memilah informasi yang diperoleh
DeleteMantap banget nih panduannya buat meverifikasi berita. Terima kasih sudah mengingatkan
ReplyDeleteSama sama uni. Soal informasi ini harus bijak kita
DeleteLebih bijak dalam menggunakan media sosial itu kuncinya. Saring sebelum sharing karena jempol mu adalah harimau mu.
ReplyDeleteBetul sekali harus bijak tidak dalam keseharian saja dalam dunia maya pun harus hehe
DeleteAku sering nih sharing info seperti ini ke WAG keluarga. Mengoreksi yang dishare gitu, ntar jawabannya katanya dia cuma share, duhhh. Kalo WAG alumni sekolah aku udah malas duluan, banyak yang ngaco kalo dibenerin malah ngeles
ReplyDeleteUntuk suatu hal yang kebaikan harus ada usaha ekstra dan diperlukan kesabaran termasuk dalam menyampaikan informasi kebenaran. tetap semangat
DeleteWah ternyata peringkat literasi bangsa kita ada di urutan no 2 (dr bawah) yah ��..peer banget nih..pantesan budaya hoax deket banget di kehidupan kita sehari2. Semoga segera ada solusi tepat utk mengurangi aktifitas hoax di sekitar kita
ReplyDeleteIa seakan hoax menjadi informasi yang sahih untuk diserap oleh masyarakat. Kemampuan literasi kita harus lebih ditingkatkan lagi
DeleteWA grup kluarga besar biasanya rentan jadi lokasi sebaran hoax yg massif
ReplyDeleteDibutuhkan sikap skeptis nih kalo nerima info2 ga jelas gitu
--bukanbocahbiasa(dot)com--
betul salah satu sumbernya dari WA kelaurga sendiri, mau marah tapi gimana pula deh hehhee
DeleteBanyak yang dari kita sekedar baca tanpa mau mencari tahu kebenarannya ya bang
ReplyDeleteTerlalu gampang percaya pada asas "temen/keluarga gak mungkin bohong"
namanya juga kebiasaan jadi harus mulai diubah lagi. membaca saja tidak cukup harus disimak juga informasinya
DeleteEra serba digital begini memang semua harus dicek terlebih dahulu yah kan. Dengan adanya tools itu bagus juga yah tapi untuk warga yang malas pasti gak mau cek ricek dan langsung memanas ya kan.
ReplyDeletebetul untuk mencari kebenaran soal konten sudah banyak tools yang membantu untuk klarifikasi tinggal meningkatkan literasi kita terhadap informasi yang masuk
DeleteKami jadi ingat kalau Amak selalu jadi korban hoax lewat whatsapp, rasanya kau ketawa tapi takut dosa
ReplyDeleteia harus dingetin terus apalagi klao keluarga sendiri. Dari pada mengumpat terus dan bergibah yang ujungnya unfaedah
DeleteSetuju banget Mas, kita harus melawan hoax dengan cara yang benar, bukan cara esmosi. Makasih banyak infonya
ReplyDeleteBetul sekali uda. Kadang soal hoax ini suka cepat sekali tersulut emosi. Harus banyak sabar di era digital ini. cobaannya berat
DeleteWah iya yah, tools google cukup simpel digunakan untuk verifikasi sebuh info/gambar. Nice share mas. Trims
ReplyDeleteIa mas. Mungkin ini tahap awal untuk cek mis dan disinformasi. Tetap tingkatkaan kewaspadaan terhadap isu2 hoax yg beredar
DeleteDuh, hoax ini memang nggemesin ya mas. Aku sih, berusaha dari diri sendiri aja soal hoax. Jangankan yang gak jelas sumbernya, yang sumbernya valid pun, aku kadang suka males share. Kecuali ke suami dan anak sendiri.
ReplyDeleteDengan meningkatkan kemampuan literasi diharapkan dapat menangkal hoax yang beredar
Delete