Silek atau Silat menjadi atraksi kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Minangkabau. Silek juga merupakan buah karya yang epik antara perpaduan bela diri dan seni. Silek ini sangat menarik untuk disaksikan terlebih dengan keberagaman budaya yang ada di Ranah Minang. Sudah pasti unik dan original.
Pagi-pagi saya sudah dibuat galau. Pasalnya, ada ajakan untuk ikut mendokumentasikan salah satu silek yang tengah dikembangkan oleh SMAN 1 2 X 11 Enam Lingkung. Sementara cuaca saat ini sulit ditebak, kadang cerah kadang hujan lebat.
Semalamnya, Abang Ardisensei mengabarkan kalau besok mau bikin video silek dan mengajak saya untuk bisa ikut. Untung saja minggu itu saya sedang tidak ada kegiatan. Abang itu sedang membuat video dokumenter silek. Jadi saya bisa sekalian ikut ambil gambar juga. Dia adalah guru terhits dari sekolah tersebut, siapa yang tidak kenal dengan dia.
Hari itu, langit bulan November cukup biru dan mentari sangat bersahabat. Kegalauan tadi ini tidak terjadi, saya bersama Anum berangkat dari Padang untuk memenuhi ajakan tersebut.
Kira-kira dari Kota Padang dapat ditempuh selama 1 jam berkendara. Lokasi sekolahnya berada di Kelurahan Sicincin Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat.
Silek dan Warisan Budaya Tak Benda Dunia
Ada yang tahu tidak jika silek itu telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia? Yap, UNESCO telah memutuskannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada Sidang ke-14 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Bogota, Kolombia pada 9-14 Desember 2019 lalu. Ini sangat membanggakan sekali.
Secara luasnya, silek itu menjadi bagian tradisi Pencak Silat yang sangat kompleks dan menjadi warisan jati diri bangsa. Bila dikaji lebih dalam, silek sendiri berkembangan dari keariafan lokal yang memadukan filosofi Minangkabau, Alam Takambang Manjadi Guru.
Gerakan silek ini diadopsi dari kondisi alam Minangkabau yang mempesona dan mengagumkan. Silek dalam perkembangannya menjadi atraksi yang diangkat dari tradisi di masyarakat. Di Sumatra Barat menyebutnya dengan nama Silek Minang.
Tradisi Pencak Silat berawal dari Sumatera Barat dan Jawa Barat. Kemudian berkembang ke seluruh wilayah Indonesia dengan masing-masing keunikan gerakan dan musik yang mengiringinya. Tradisi Pencak Silat memiliki seluruh elemen yang membentuk warisan budaya tak benda. Tradisi pencak silat terdiri dari tradisi lisan; seni pertunjukan, ritual dan festival; kerajinan tradisional; pengetahuan dan praktik sosial serta kearifan lokal. Hal ini dikutip dari situs kemendikbud.go.id.
UNESCO mengakui bahwa Pencak Silat telah menjadi identitas dan pemersatu bangsa Indonesia. Tradisi Pencak Silat mengandung nilai-nilai persahabatan, sikap saling menghormati dan mempromosikan kohesi sosial. Oleh karena itu, UNESCO menilai tradisi Pencak Silat dapat diadopsi dan berkembang dengan baik di berbagai wilayah di Indonesia.
Silek ini merupakan tradisi yang dalam tiap gerakannya tersirat pesan. Dalam implementsinya memiliki falsafah Silek Minangkabau. Ada ragam aliran Silek Minangkabau yang telah di tiap daerah, seperti Silek Tuo (Silat Tua), Silek Sitaralak (Silat Sitaralak), Silek Lintau (Silat Lintau) dan Silek Luncua (Silat Luncur).
Kemudian ada juga Silek Kumango (Silat Kumango), Silek Harimau (Silat Harimau), Silek Pauah (Silat Pauh), Silek Gulo-Gulo Tareh (Silat Gulo-Gulo Tareh), Silek Ulu Ambek (Silat Ulu Ambek), Silek Sungai Patai (Silat Sungai Patai), dan Silek Baruah (Silat Baruh).
The Majestic of Silek Lunau
Kerabat kerja Tim Dokumentasi The Majestik of Silek Lunau |
Saya berangkat menggunakan motor. Laju kendaraan tidak begitu kencang. Saya lebih memilih agak slow karena ingin menikmati suasana pagi di perjalanan. Seru juga dan masih fresh.
Pokoknya sebelum Pasar Sicincin nanti masuk ke dalam menuju arah Surau Atap Ijuk. Itu pesan suara yang dikirimkan oleh Abang Ardiesensei. Untungnya saya masih ingat jalannya karena pernah ke surau legend di Ranah Minang itu. Terlihat bendera marawa di tengah sawah dengan sekumpulan orang berpakaian warna hitam dan putih. Ternyata ini lokasinya.
Sebutan saja namanya Silek Lunau. Ini salah satu aliran silek yang tengah dikembangkan untuk atraksi oleh pelajar SMAN 1 2 X 11 Enam Lingkung. Dukungan dari sekolah jangan diragukan lagi, Silek Lunau ini telah menjadi kegiatan ekstrakulikuler unggulan sekolah yang eksis sejak tahun 2018 lalu.
Atraksi Silek Lunau ini juga sudah pernah ditampilkan saat kegiatan hunting fotografi bertema Filosofi Minang pada Tahun 2019, kunjungan Influencer goes to Sumbar Tahun 2020 hingga menjadi bagian cuplikan video promosi wisata budaya Dispar Sumbar Tahun 2020.
Silek Lunau menjadi atraksi yang menarik untuk disaksikan bila bertandang ke Ranah Minang. Silek Lunau sendiri merupakan salah satu kreasi seni beladiri khas Minangkabau yang dikembangkan oleh generasi muda.
Dalam perkembangannya silek bukan saja menjadi bekal pelindung diri saat merantau atau istilahnya panjago diri dan sebagai pelindung desa berbagai ancaman atau bernama parik paga dalam nagari, tapi sudah berkembang menjadi atraksi budaya yang ditampilkan untuk kepariwisataan.
Biasanya pesilat ini bawaanya selalu kalem dan santai, tapi ketika bertanding atau beratraksi akan lebih sangar dan membuat kita terpukau. Apalagi pesilat yang belajar ilmu kebatinan.
Pada dasarnya, Silek Lunau ini sama seperti silek pada umumnya di Minangkabau. Baik itu gerakannya atau prosesinya. Namun, pembedanya terletak dari tempat pertunjukannya. Biasanya atraksi silek berada di tanah lapangan, tapi Silek Lunau ini berada di hamparan sawah yang berlumpur.
Dari tempatnya itu yang menjadikan aliran silek ini bernama Silek Lunau. Nama Lunau sendiri memiliki makna lumpur. Artinya serupa dengan nama Silek Lanyah yang berasal dari Kubu Gadang Padang Panjang.
Mendokumentasikan Silek Lunau ini sangat seru. Harus gesit saat mengambil momennya agar dapat hasil karya yang the best. Saya pun harus ikut masuk ke dalam kubangan lumpur di sawah itu. Ada baiknya menggunakan celana pendek. Sesekali saya mendapatkan hadiah berupa cipratan lumpur saat pesilat ini beratraksi.
Prosesi atraksi Silek Lunau ini juga diiringi dengan tabuhan gendang tasa yang sangat meriah. Musik pengiring khas tradisi ini seolah dapat mengobarkan semangat para pesilat. Biasanya gendang tasa ini ditampilkan saat ada penyambutan tamu penting atau kegiatan kebudayaan lainnya.
Pemilihan lokasi untuk atraksi Silek Lunau pun tidak sembarang tempat, tapi harus sawah khusus yang akan ditanam, tidak telalu keras dan tidak terlalu dalam. Untuk pelaksanaan kegiatannya pun ditentukan oleh kondisi sawah. Jadi jika ingin menyaksikan atraksi Silek Lunau ini harus melihat waktu musim tanam padi.
Pesilat harus ekstra keras dan kuat dalam melakukan tiap gerakannya dan tidak seluwes di tanah lapang. Pesilat pun harus fokus saat melakukan gerakan-gerakannya agar tidak terselip dan jatuh. Gerakan silat itu cepat, jelas, dan ber-power sehingga menghasilkan pertunjukan yang memukau.
Momen yang seru saat menyaksikan Silek Lunau itu ketika mulai bermain dengan senjata tajam seperti golok atau kerambit. Saat atraksi, salah satu pesilat akan menggunakan golok dan lawannya akan menggunakan tongkat.
Ketika keduanya mulai mengeluarkan gerakan-gerakannnya akan ada berbagai macam gerakan tangan dan kuda-kuda, tangkisan bertahan, mengunci atau menyenyerang hingga ada pula gerakan melompat.
Atraksi tersebut memang the majestic of Silek Lunau. Tentunya aktraksi Silek Lunau ini harus diperagakan oleh orang yang sudah terlatih, seperti yang dilakukan oleh Fajar dan Ade ini. Kedua pesilat ini sudah piaway dan selalu menjadi juara dalam berbagai kejuaran silek.
Asiknya lagi, Silek Lunau ini diadakan tidak jauh dari sekolahnya dengan panorama alam yang memanjakan mata. Berlatar Gunung Tandikek yang mengagumkan dengan sekelilingnya serba hijau plus langit biru ditemani sedikit kumpulan awan. Mengabadikan Silek Lunau dengan suasana tersebut sangat sempurna sekali.
Ternyata lokasinya juga tidak jauh dengan Surau Atap Ijuak Sicincin yang melegenda. Tidak banyak yang tahu jika surau tersebut satu dari dua tempat ibadah dengan langgam arsitektur tradisional khas Minangkabau yang masih tersisa dan terjaga di Sumatra Barat.
Atraksi Silek Lunau dan Surau Atap Ijuak Sicincin ini dapat menjadi pemikat untuk kunjungan wisata religi dan budaya di Kabupaten Padang Pariaman. Seolah keduanya ini dapat menjadi kombinasi yang serasi dan ciamik. Saya sebut ini bisa jadi paket lengkap, tinggal dikembangkan dan terus dipromosikan.
Sekitar tiga jam, kami berkutat dan berjemur di tengah sawah. Mentari hari itu begitu terik. Kulit auto belang deh. Untungnya, saya sudah menyiapkan jaket dan topi. Bahkan Anum pun sudah mencoba beraksi bersama Nurul mencoba menampilkan Silek Lunau yang epik.
Silek Lunau menjadi sajian atraksi dari keberagaman khasanah budaya Minangkabau. Ini sebagai upaya dalam menjaga tradisi yang terus menerus diwariskan oleh masyarakat setempat melalui generasi mudanya agar terus mendunia.
———————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Wow the intangible heritage ya, Silek Lunau go internasional, bangga menjadi orang Sumatera ah #OptimasiTwitter
ReplyDeleteWahh harus di lumpur gitu ya, silatnya
ReplyDeleteMasyaAllah, bangga banget ada warisan budaya tak benda yang begitu Unik. Terima kasih kak Bayu sudah mendokumentasikan, jadinya kita bisa lihat dan baca nih:) wawasan budaya kita pun makin bertambah.
ReplyDeletewah kota padang yg bikin kangen
ReplyDeletekayaknya butuh agak lama lagi deh kalo berkunjung ke sini
biar lebih dalam belajar kebudayaan yg ternyata banyak banget
Aku dulu pernah belajar silat, tapi mandek. Padahal kalau didalami itu bagus buat diri sendiri. Sekarang masih suka aja lihat. Rata-rata memang jadi atraksi budaya. Kalau perang langsung mah lihatnya di sinetron
ReplyDeleteJadi pengin lihat langsung ke lokasi di sana. Berlatar Gunung Tandikek yang mengagumkan dengan sekelilingnya serba hijau plus langit biru ditemani sedikit kumpulan awan. Mengabadikan Silek Lunau dengan suasana tersebut sangat sempurna sekali.
ReplyDeleteDuh, sungguh majestic yaaa
Wah baru tau kalau Sumbar juga punya silat, namanya silek
ReplyDeleteSebagai warga Jabar sejak lahir, saya hidup bersama silat
Sehingga hapal banget, joged /tarian para pria pun dengan gaya silat
Mau menulis tentang silat ah,pingin untuk dikomparasi dengan silek ^^
Indonesia memang kaya dengan budaya ya, saya baru tahu jika Sumatera Barat memiliki silat yang khas: Silek Lunau. Dibutuhkan ketangkasan yang lebih karena harus beratraksi di medan lumpur yang liat dan licin.
ReplyDeleteDi tempatku gak pernah aku menemukan orang-orang belajar silat. Adanya karate itu pun terbatas yang ikut. Padahal yang seperti ini kalau dikembangkan di lingkup masyarakat akan menjadi sebuah kekuatan dahsyat.
ReplyDeleteAku pribadi selalu merasa energi yang beda tiap kenal sama orang yang bisa bela diri, ehe
((terpukau))
ReplyDeleteAku jadi inget suaminya Audi Item, Iko Uwais. Yang bisa membuat budaya seni bela diri Indonesia mendunia.
Kereeen~
Pertama suka latarnya...gunung dan settingnya di sawah, alami banget ini
ReplyDeleteDan bangga jika Silek sudah masuk Warisan Budaya Tak Benda Dunia...keren generasi mudanya terus melestarikan dengan berkegiatan seperti di artikel ini dikisahkan
Og ya, cara baca SMAN 12x11 itu gimana, bingung saya
sman satu dua kali sebelas enam lingkung
DeleteSaya pernah dengar ini Silek Lunau, bersilat dalam lumpur, kurang lebih begitu lah ya. Bisa jadi atraksi wisata andalan Sumatera Barat juga ini.
ReplyDeleteTernyata Silek punya aneka macam ragam ya kak. Aku baru tahu Silek Lunau dari kakak ini, pastinya perlu lebih tangkas yah,, Gila jalan di lumpur aja susah apalagi bermain Silek.. keren ^^
ReplyDeleteDulu di sekolah selalu ada ekskul pencak silat. Ini merupakan sesuatu yang patut disyukuri karena masih dilestarikan hingga kini.
ReplyDeleteSaya pun berencana untuk masukin anak lelaki saya untuk belajar silat.
Jadi inget adekku lagi semangat banget les silat tapi sayangnya pandemi ini aktivitas les disini di liburkan. hhh
ReplyDeletebaru tahu kalau silat menjadi warisan budaya yang sudah diakui UNESCO, duh kemana aja aku ini. btw, kok aku pengen ikutan panas2 di pinggir sawah untuk menyaksikan atraksi silek ini ya kak, hhh
Penasaran saya maksud filosofinya apa ya harus melakukan atraksi silek dalam lumpur ?Pencak silat ternyata aneka ragamnya ya baru tau saya tentang atraksi silek ini
ReplyDeleteSaya kagum pada gerakan silat Iko Uwais di film laganya. Sulit banget silat itu. Bahkan lihat gerakan anak sendiri latihan silat sudah ditangkap dan diingat,soalnya waktu SMU saya latihan karate.
ReplyDeleteBaru tahu kalau dalam bahasa Minang silat itu disebut silek. Tapi saya belum pernah saksikan orang silat di tanah berlumpur kayak sawah. Sulit banget rasanya. Lah, saya pernah latihan karate di halaman sekolah yang agak jeblog dan harus hati-hati, tidak pernah bayangkan ada silek di sawah.
Kapan-kapan dengan Palung anak saya akan tonton silek di Youtube.
Lebih aman di lumpur sih. Kalau jatuh nggak sakit
ReplyDeleteOh kirain pencak silat dari Jawa Barat aja, ternyata asalnya dari Minang jugaa.. pengetahuan baru nih. Thanks sharing ilmunya kak
ReplyDeleteAduhai indah sekali seni beladiri ini. Apalagi Lubai di praktekkannya di tempat yang anti mainstream. Makin keren ternyata silek menjadi warisan budaya tak benda, tambah keren dengan potretan gambar yang jelas ini. Aduhai
ReplyDeleteWihh keren bangettt. Minang selalu bikin jatuh hati. Berasal dari suka baju tradisionalnya, skrg ada tradisi yg harus dirawat juga kayak seni bela diri ini. Mudah-mudahan tetep terjaga, lestari. Aamiin
ReplyDeletesaya baru tahu tentang tradisi ini, sangat menarik, lagi-lagi makin tahu kita mempunyai banyak budaya, makin cinta dengan Indonesia
ReplyDeleteYang bikin unik itu Silek Lunau musti dilakukan di dalam lumpur yaa,, kereen lincah di daratan biasa, juga tetap sigap di lumpur. Wajib dilestarikan dan diturunkan ke generasi penerus
ReplyDeleteAku baru tau silek limau, tapi ini mirip dengan silat yaa. Kalau bahasa pasangnya silek.
ReplyDeleteTiap daerah pasti punya jurus khas silek andalannya ya, yang semakin memperkaya kebudayaan Indonesia ini nih
ReplyDelete