Sawahlunto, kota kecil di pedalaman Minangkabau yang kesohor semasa pemerintah Hindia Belanda. Sawahlunto lahir berkat ditemukannya kandungan batubara oleh peneliti Hindia Belanda yang melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau jelang akhir abad ke-19 lalu. Tokoh yang berjasa kala itu de Grave.
Sawahlunto dengan segala hinar binar kotanya memiliki jutaan makna bagi masyarakatnya yang datang dan menetap puluhan tahun. Berjalannya tambang batubara ini bak dua mata uang. Satu sisi meninggalkan kisah pilu dan sisi lainnya telah terbangun peradaban baru. Dapat dibuktikan dengan adanya jejak pembangunan infrastrukstur yang canggih pada zamannya di Minangkabau.
Sepenggal Narasi Sawahlunto
Kota Sawhlunto awal abad ke-20 |
Sawahlunto sendiri dulunya hanya lembah yang dialiri Sungai Batang Lunto dengan area sawah dan ladang masyarakat. Kemudian tumbuh dan berkembang saat industri tambang batubara menggeliat hingga membentuk suatu kota yang lengkap dengan segala fasilitas pendukungnya. Lahirnya Sawahlunto pada 1 Desember 1888.
Seiring berjalannya waktu Kota Sawahlunto pun hilang pamornya setelah produksi batubara kian berkurang. Era tahun 2000-an kota tambang ini berubah menjadi "kota mati" hingga akhirnya pemerintah kota berupayan mencari cara dengan mengubah visi kotanya menjadi kota wisata tambang yang berbudaya.
Kota Sawahlunto awal abad ke-20 |
Semangat baru tersebut agaknya mulai membuahkan hasil, Sawahlunto kian dikenal sebagai kota sejarah tambang. Sawahlunto itu kota yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Banyak julukan yang disematkannya, dikenal dengan Little Dutch, Industri Tambang Batubara Tertua di Asia Tenggara, kota arang, kota Orang Rantai, kota multietnis, kota museum di Ranah Minang hingga kota dengan event musik dan karnaval songket skala internasional.
Warisan Dunia itu Bernama Ombilin Coal Mining Heritage fo Sawahlunto
Seiring berjalannya waktu, Sawahlunto pun serius untuk mengembangkan kotanya sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya hingga akhirnya masuk nominasi daftar warisan dunia UNESCO. Pada 6 Juli 2019, Industri Tambang Batubatu Ombilin atau disebut dengan Ombilin Coal Mining Heritage fo Sawahlunto ini resmi menjadi world heritage. Warisan dunia ini terdiri dari kota tua tambang Ombilin Sawahlunto, jaringan kereta api Ranah Minang dan Silo Gunung Teluk Bayur.
Tanpa sengaja industri tambang batubara Sawahlunto ini menjadi pematik munculnya industri lainnya di Sumatra Barat seperti pabrik Semen Padang, industri transportasi kereta api, industri bangkar muat barang di Teluk Bayur dan lainnya.
Sawahlunto menyimpan banyak peninggalan sejarah pertambangan dan hiruk pikuknya yang telah mendunia. Disamping itu juga Sawahlunto memiliki landscape dan struktur alam yang menawan menjadikan keberagaman geologinya itu ditetapkan sebagai Geopark Nasional sejak 2018.
Nah, kalo ke Sawahlunto enaknya ke mana saja ya?
Kerkhof Sawahlunto, Semerbak Kenangan
Pertama dapat berkunjung ke Makam Belanda (Kerkhof) Sawahlunto. Terdapat setidaknya 94 makam yang baru dipugar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat. Lokasinya tidak jauh dari Taman Silo dan Puncak Cemara. Kerkhof Sawahlunto ini tempatnya sepi dan gratis.
Ini bukti keberagaman yang ada di Sawahlunto. Dari hasil inventaisasi, banyak makam anak-anak dan keluarga. Tidak hanya orang eropa ada juga makam orang Tiongkok. Saya mengira makamnya sudah tidak ada penghujinya, ternyata masih ada isinya.
Kerkhof ini masih menjadi bagian warisan dunia Sawahlunto. Kalau berkunjung baiknya pagi atau siang tapi kalau terpaksa jelang petang harus kuat agak serem gimana gitu.Selain makan orang eropa ada juga makam khusus Orang Rantai dan masyarkat Tiongkhoa.
Puncak Cemara, View City of Sawhlunto
Setelah dari Kerkhof Sawahlunto dilanjutkan ke daerah yang lebih tinggi agak ke atas bukit menuju Puncak Cemara. Tempat ini menyajikan panorama kota tambang seutuhnya. Disebutnya view city of Sawahlunto. Puncak cemara terbilang destinasi baru yang diresmikan sejak 15 Februari 2015.
Puncak Cemara ini menjadi lokasi rekreasi keluarga karena terdapat area playground anak-anak. Menariknya saat jalan menuju lokasi akan bertemu dengan lokasi Lobang Transport Cemara 1978 yang merupakan situs geologi bagian dari Geopark Nasional Sawahlunto.
Selama perjalanan pun akan berjumpa plang bertuliskan Asmaul Husna. Ini terpenting hati-hati di sini ada monyet ekor panjang yang bisa jahilin pengunjung.
Puncak Cemara itu tempatnya adem dan asik untuk hunting cityscape. Terlebih jika momen sedang kota tertutup awan, sesudah hujan atau ketika malam tiba kota penuh warna dengan kelap kelip lampu. Puncak Cemara ini masih menjadi bagian warisan dunia dan salah satu spot yang wajib untuk dikunjungi bila saya ke Sawahlunto. Jangan lupa saat berkunjung da tiket masuknya nih.
Taman Silo, Jejak Industri Tambang Ombilin
Puas menikmati pemandangan kota, singgah sejenak ke Taman Silo. Masyarakat ada yang menyebut tempat ini dengan baterai karena mirip bentuknya dengan baterai. Sebenernya tempat ini sebagai lokasi penyimpanan sementara batubara yang telah dikeruk dari dalam tambang.
Ada 3 silo yang masih tegak dan kokoh berdiri plus perangkat alat penganggkutnya dan jalur kereta api. Meski sudah tidak berfungsi lagi. Tidak jauh dari taman ini ada bekas SPBU kuno yang mantap juga jadi objek untuk dipotret.
Taman Silo ini menjadi salah satu tempat nongkrong anak muda Sawahlunto. Ada space untuk tempat berkumpul, panggung mini, ruangan seni dan budaya. Kawasan Taman Silo ini menjadi bagian penting warisan dunia Sawahlunto dan tempatnya bebas diakses siapa saja.
Museum Kereta Api Sawahlunto, Museum Kereta Kedua di Indonesia
Berjalan sedikit menuju Stasiun Kereta Api Sawahlunto yang lokasinya dekat pasar Sawahlunto. Setelah aktivitas perkeretaapian dari Padang menuju Sawahlunto tidak menggeliat lagi, Stasiun Sawahlunto pun bersetatus non aktif dan bertrasformasi menjadi museum sejak 2005.
Di Museum Kereta Api Sawahlunto pengunjung dapat melihat sejarah perjalanan perkeretaapian dan jenis kereta api endemik di Minangkabau hingga jalur distribusi batubara dari Sawahlunto ke Teluk Bayur. Museum kereta api ini bagian atribut penting dari warisan dunia Sawahlunto.
Mak Itam, kereta legenda dan Kereta Resto, cafe gerbong kereta |
Untuk bisa berkeliling museum harus membayar tiket masuknya dulu. Ikoniknya dari museum ini adalah "Mak Itam" kereta api uap legendaris yang kini tengah tidur pulas dan "Kereta Resto" kafe dengan memanfaatkan gerbong kereta dengan harga kuliner yang terjangkau. Dapat dinikmati sedari petang hingga malam hari.
Museum Goedang Ransoem, Cerita Makan Besar dan Serba Serbi Kemajuan IPTEK
Melangkah sedikit menjauh menuju Museum Goedang Ransoem. Tempat ini dulunya merupakan kompleks dapur umum untuk para untuk pekerja tambang batu bara (orang rantai), keluarga pekerja tambang (orang kawalan), dan pasien rumah sakit yang dibangun 1918. Jejaknya masih terjaga dengan epik setelah jadi museum sejak 2005.
Menariknya dari museum ini tidak begitu banyak koleksinya hanya saja memamerkan benda koleksi yang merupakan eks peralatan dan perlengkapan dapur umum. Terdapat periuk nasi besar, kompresor, dan tungku pembakaran yang bentuknya sangat ikonik.
Selain menceritakan dapur umum, dalam kompleks museum ini ada juga sekretariat kantor Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto, Galeri Entografi, Galeri Malaka dan Galeri Alat Peraga IPTEK Center (Gyro Extreme).
Untuk bisa menikmatinya pengunjung dapat membayar tiket masuk terlebih dahulu. Museum Goedang Ransoem ini menjadi bagian atribut penting dari warisan dunia Sawahlunto.
Lubang Mbah Soero, Tambang Batubara Pertama di Sawahlunto
Lubang Mbah Soero. Sekian banyak destinasi di Sawahlunto, tempat ini paling wajib dikunjungi. Mbah Soero ini tokoh yang menjadi mandor para pekerja tambang yang disematkan pada tempat ini. Lubang ini menjadi jejak lokasi tambang pertama batubara ombilin dan wafatnya orang Rantai.
Tambang ini eksis sejak 1898 hingga 1930-an. Kemudian sekitaran lubang tambang ini terdapat bangunan untuk tempat isitrahat para pekerja tambng yang pada akhirnya menjadi Museum Situs Tambang Mbah Soero sejak April 2008.
Untuk bisa menikmatik kompleks museum dan lubang tambang ini pengunjung harus membayar tiket masuk dulu. Informasi orang rantai dan tambang cukup lengkap bisa masuk area tambang kunonya. Tempat ini bagian world heritage Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto.
Tour Kota Tua Sawahlunto
Melihat peninggalan warisan dunia Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto itu tidak sulit dengan mudahnya dijumpai dan bertebaran di penjuru kota. Sawahlunto tumbuh dari keberagaman dengan berbagai etnis dan infrastrukturnya.
Berkeliling kota adalah cara terbaik untuk menikmatinya. Bisa berjalan kaki (walking tour) atau menggunakan kendaraaan. Jalan ke spot satu akan mutar-mutar kembali ke spot awal lagi. Dijamin tidak akan tersesat. Begitulah Kota Tua Sawahlunto, kecil dan mengesankan.
Objek bangunan yang ikonik dan fotogenik dapat ditelusuri. Ada rumah ibadah, kantor, rumah tinggal hingga penginapan. Itu semua jadi saksi eksisnya Sawahlunto sejak zaman kolonial.
Lapangan Segitiga dan Kantor Bukit Asam UP Ombilin Nan Ikonik
Memasuki pusat kota Sawahlunto akan berjumpa bangunan tinggi dan lebar nan megah dengan area yang lapang dan taman kota yang penuh pohon rindang. Ini adalah bekas kantor tambang batubara Ombilin. Bisa dibilang gedung paling ikonik yang merepresentasikan Kota Sawahlunto. Bergaya arsitektur artdeco dibangun tahun 1916.
Gedung ini menjadi pusat kendali industri tambang batubara Ombilin tempo itu. Zaman kolonial bernama Hoofdkantoor van de Steenkolenmijn Ombilin (Kantor Perusahaan Penambangan Batu Bara Ombilin) dikenal juga dengan nama Kantoor Ombilin Minjnen.
Sebabnya agak berbeda dengan bangunan lainnya dan sangat penting bagi warisan dunia Sawahlunto. Memiliki semacam tower yang ada jamnya dengan huruf empatnya tulisan romawi IIII. Dulu ada dormer khas bangunan eropa sekarang sudah tidak ada lagi.
Masyarakat setempat menyebut area ini dengan nama Lapangan Segitiga atau Lapseg. Seiring berjalannya waktu halaman gedung ini pun ramai dengan berbagai aktivitas masyarakat dan event penting lainnya. Misalnya saja untuk atraksi pertunjukan kesenian rakyat, titik akhir balapan sepedah Tour de Singkarak, Sawahlunto Internasional Music Festival dan Sawahlunto Internasional Songket Carnaval.
Lapangan Segitiga ini menjadi spot menarik untuk rekreasi dan nongkrong ala anak muda Sawahlunto, ada pedagang kaki lima, taman kota dengan pernak perniknya dan wifi. Pastinya tidak lengkap jika belum mengabadikan momen dengan latar gedung ini. Nuansa eropanya terasa sekali.
Gedung Pusat Kebudayaan, Pusat Hiburan Bangsawan di Sawahlunto
Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto ini mempunyai bentuk arsitektur khas kolonial yang estetik. Dibangun sejak 1910 dengan nama Societeit Gluck Auf yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, olahraga, dan hiburan para pejabat tambang. Dikenal juga dengan nama Gedung Bola karena pernah jadi tempat bermain boling dan biliar para bangsawan eropa di Sawahunto kala itu.
Sekitaran gedung ini terdapat pedagang kaki lima yang menjadi tempat kulineran dan nongkrong warga. Semacam foodcourt ala-ala gitu. Agaknya fungsi bangunan ini dipertahankan sebagai tempat hiburan sejak 2006 setelah silih berganti pemanfaatannya. Gedung ini pun menjadi bagian atribut penting warisan dunia Sawahlunto.
Masjid Agung Sawahlunto, Pembangkit Listrik Menjadi Tempat Ibadah
Masjid Agung Nurul Iman Sawahlunto ini sangat menarik sekali. Dibangun pada tahun 1894, mulanya merupakan bangunan pusat pembangkit listrik bertenaga uap. Setelah pasokan air Sungai Batang Lunto tidak mencukupi untuk membantu menggerakan generator maka bangunan ini pun ditinggalkan.
Pasca kemerdekaan tahun 1952, bangunannya berubah fungsi menjadi masjid. Jejak bangunan PLTU pun tidak ketara terlihat karena ada 4 kubah menghiasinya. Itupun jika dibandingkan dokumentasi foto lamanya. Uniknya yang tertinggal jelas adalah cerobong asapnya menjulang tinggi sejauh 10 meter. Ternyata sekarang dimanfaatkan menjadi menara masjid. Kabarnya juga bawah bangunan masjid terdapat lubang perlindungan yang sempat dipakai untuk tempat merakit senjata, granat tangan, dan mortir.
Masjid ini menjadi saksi perkembangan industri tambang batubara Ombilin yang sangat kaya dengan nilai historisnya dan secara tidak langsung juga menjadi destinasi wisata religi yang menarik untuk ditelusuri.
Gereja Katolik St. Barbara Bentuk Keberagaman Sawahlunto
Gereja ini memiliki kenangan tersendiri bagi kota emas hitam ini. Dibangun untuk memenuhi kebutuhan sarana ibadah bagi aktivitas religius di Sawahlunto terutama bagi kalangan Eropa dan pegawai tambang yang beragama Kristen.
Bangunannya sangat ikonik, bergaya neo gotik yang berdiri sejak tahun 1920 dan telah menjadi bagian atribut penting dari warisan dunia. Lokasinya berada dipusat kota dekat dengan Wisma Ombilin, Pasar, dan Lapangan Ombilin. Bangunan ini juga mempercantik kota yang sering disebut Eropa Mininya Ranah Minang.
Lubang Kalam Sawalunto
Lubang Kalam biasa disebut masyarakat Sawahlunto untuk menujukan terowongan kereta api (Spoorweg Tunel). Hadirnya terowongan ini sebagai mahakarya para insyiur Hindia Belanda ketika merancang jalur kereta api untuk mengangkut batubara ke Teluk Bayur. Terowongan ini sangat penting bagi industri tambang batubara sebagai akses disitribusi pintu masuk dan keluarnya.
Terowongan ini dibangun pada 1892-1894 yang menebus bukit dengan panjang 828 meter dan menghubungkan antara Stasiun Muarokalaban dan Stasiun Sawahlunto. Di dalam Lubang Kalam ini ada 33 ruangan berbentuk oval pada sisi kiri dan kanan. Fungsi ruangan tersebut untuk berlindung bagi pejalan kaki atau pekerja ketika kereta melintas di dalam terowongan tersebut.
Nostagia melihat jejak warisan dunia Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto akan lebih seru jika ikut bermalam menikmati suasana kota yang sepi dan tenang.
Bagi saya, Sawahlunto ini istimewa sekali. Bukan karena saya suka heritage tapi ambies old city ketara sekali yang cocok juga untuk kerja sambil menenangkan diri (self healing) atau recharge energy. Kata orang sekarang work from home (WFH) gitu. Saya sebutnya Sawahlunto, Self-Healing City. Kiranya ini kata yang pas untuk menyebut suasana ini.
Sepenggal cerita yang saya bagikan ini setidaknya sudah mencerminkan warisan dunia Sawahlunto. Nyatanya berwisata ke Sawahlunto itu tidak kaleng-kaleng, paket wisatanya berkelas untuk wisata premium So, Sawahlunto merupakan bucket list destinasi wisata yang wajib dijelajahi bila ke Sumatra Barat.
Ada banyak hal yang harus saya bagikan lagi tentang Sawahlunto ini. Belum lagi soal penginapannya, kulinernya, geoparknya dan masih banyak hal lainnya. Kalau diceritakan semuanya bisa jadi buku nih. Part lainnya yang akan saya narasikan pada postingan berikutnya.
Kota tua tambang yang lahir kembali dan menjemput kenangan. Itulah Sawahlunto. Banyak tinggalan sejarah, landskap yang menawan dan kuliner lezatnya yang tentunya telah melegenda.
Jalan-jalan ke Sawahlunto ibarat kota Bandung di malam hari dan Batavia di siang hari. Sawahlunto emang keren dan eksotik banget.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Waah baru tahu kalau di Sawahlunto itu tambang batu bara tertua di Asia Tenggara. Ternyata kaya akan wisata sejarah ya ... kapan ya bisa ke sana.
ReplyDeleteWah keren ya Sawahlunto ini. Aku inget saat masih sekolah dulu selalu menjawab Sawahlunto untuk daerah penghasil batubara.
ReplyDeleteGilakk Kerennnn banget view dan arsiteknya 🤣
ReplyDeletePengen kesanaa jadinyaaa
Ya ampun kemana aja aku ini. Baru tahu kekayaan dan keunikan Sawahlunto. Keren banget kak, sungguh. Jepret2anya berasa hidup banget. Semoga suatu saat bisa ke sana buat jelajah sejarahnya. Paling pengen ke lubang mbah Soero
ReplyDeleteMasyaAllah, ternyata di Sawahlunto banyak keistimewaannya. Aku baru tahu kalau di Sawahlunto itu tambang batubara tertua di Asia Tenggara. Semoga kelak kalau pulang ke Padang, bisa jelajah ke Sawahlunto. Btw, jepretannya keren kak.
ReplyDeleteAku baru tau Sawahlunto punya keindahan yang luar biasa kakak, cocok nih datang kesini untuk foto foto cantik ya kak ^^
ReplyDeleteEksotik dan keen bener ah Sawahlunto ini. Aura heritage begini memang pas buat menenangkan diri.
ReplyDeleteKota tua tambang dengan banyak tinggalan sejarah, lanskap menawan dan kuliner mantap yang melegenda. Noted, mesti masuk wishlist saya nih traveling ke sini
Deuh pengen langsung menjelajah Sawahlunto setelah baca artikel ini. Museum kereta api nya bikin saya penasaran. Semoga ada kesempatan bisa main ke sana. Aamiin...
ReplyDeleteDulu ketika keluarga kami sering wira wiri Muara Bungo - Bukittinggi, pasti sawah Lunto ini kami lewati. Tapi ya itu cuma lewat saja, gak pernah memasuki kota apalagi daerah heritage tambang Sawah Lunto ini.
ReplyDeletesaya malahan baru tau kalau ada destinasi wisata sawah lunto dari cerita ini.
Tapi mungin waktu itu wisata sawah lunto belom dikembangkan seperti sekarang ya, karena kami wira wiri dulu pas akhir tahun 90an.
Dulu katanya Sawahlunto sempat jadi dead city ya. Semua pemuda dan masyarakatnya meninggalkan kampung karena tambangnya udah mati.
ReplyDeleteSekarang transformasinya masya Allah, udah terkenal banget sebagai kota wisata tambang yang berbudaya. Dulu saya punya redaktur orang Sawahlunto. Beliau sering banget cerita keindahan kampung halamannya dan bangga banget menceritakannya.
Belum kesampean muter-muter sana ihh, cakep yaaa
ReplyDeleteMemang yang paling saya ingat adalah Mak itam. Gak sangka Sawahlunto punya banyak daerah tujuan wisata juga. Tak kalah dengan banyaknya tujuan wisata di Bukittinggi.
ReplyDeletebaguss banget tempatnyaaa :) jadi penasaran pengen kesana juga deh, suasananya kaya masih jaman dulu gitu ya
ReplyDeletewah hebat dijadiin heritage
ReplyDeletedulu, Sawahlunto dan Ombilin selalu keluar di ualangan dan ujian SD :D :D
Sekarang pertanyaannya beda ya? sesuai tujuannya
Ada kisah limbahnya gak? Kan salah satu concern pelaku lingkungan hidup adalah limbah batu bara yang berbahaya
Duh senangnya baca artikel ini jadi nambah wawasan tentang Sumbar, ranah asal kampung halaman kakek saya. Ada warisan tambang dunia ya, dan uniknya lagi jadi tahu tentang istilah orang rantai (para pekerja paksa yang dirantai, gitu kali ya, hiks). Boleh nih kalau jadi Tour de Sumbar keluarga kami yg entah kapan akan terealisasi (gegara pandemi nih huhuu) Sawahlunto jadi salah satu kota yg insyaallah disinggahi.
ReplyDeleteDulu banget pas pelajaran sejarah ada kok aku pelajari kota sawahlunto ini. Emang harusnya kita banyak baca sejarah agar tahu mengenai histori sebuah kota ya kak
ReplyDeleteWah masyaAllah keren2 bangett tempatnya di Sumbar kak. Duhh pengen ikutan tournyaaa kesanaa
ReplyDeleteYeay ilmu sejarah baru yang nggak tertulis di buku pelajaran sekolah. Sawahlunto punya banyak cerita yang harus dipublikasikan agar tidak mudah dilupakan.
ReplyDeleteWah.. membaca ceritanya,.asyik juga ya Sawahlunto. Belum pernah, dan.. jarang banget menjelajah Indonesia sisi Barat :( Lebih banyak ke arah Timur..
ReplyDeleteGereja katoliknya mirip banget sama gereja katolik di malang. Jalanannya juga mirippp. Bisa gitu yaa
ReplyDeletePas banget baca tulisan Mas Bayu kemarin habis nonton film Monster Truck tentang penambangan minyak. Dana benar Ombilin Sawahlunto memang selalu muncul sebagai kota batubara saat SD dulu. Ternyata ada pemugaran dan revitaliasi di sana-sini ya. Selalu menikmati narasi Mas Ubay soal sejarah sebuah kota. Ayo kutunggu cerita tentang kuliner Sumbar dan geopark. :)
ReplyDelete