Menikmati Momen Unik Menyambut Imlek dan Cap Go Meh di Padang
Imlek atau tahun baru Tionghoa menjadi perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Kota Padang. Perayaan Imlek ini menjad daya tarik wisata yang tidak boleh dilewatkan dan sebagai bentuk keberagaman etnis yang ada di Kota Padang.
Setiap perayaan Imlek ini diwarnai dengan berbagai tradisi, upacara, dan kegiatan yang meriah. Beragam dekorasi khas Imlek dapat mudah dijumpai dan menghiasi berbagai bangunan. Ada lampion merah, gambar naga, hingga lambang-lambang keberuntungan.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Padang berpusat di daerah yang dikenal dengan Kampung Pondok atau Kampung Cina. Dulu, dinamakan Pondok karena banyak orang Tionghoa di sana mendirikan rumah dan tempat berdagang yang berbentuk pondok-pondok. Kampung Pondok ini terkonsentrasi di jalan Kelenteng, Batang Arau, Niaga dan Nipah. Untuk perayaan Imlek akan berpusat di sekitaran kelenteng. Setiap Imlek di Padang menjadi momen yang ditunggu oleh masyarakat.
Chinatown Padang ini menjadi bagian dari Kawasan Kota Tua Padang yang menyimpan sejarah Kota Padang. Kawasan Kota Tua Padang tercipta sebagai etalase yang menunjukkan keragaman budaya masyarakat di Kota Padang. Kawasan Kota Tua Padang kaya akan warisan kebudayaan dan menjadi wajah toleransi dari kebhinekaan yang hidup dan tumbuh dengan rukun bergandengan dengan adat istiadat dan tradisinya masing-masing.
Berikut ini hal yang seru dapat dinikmati ketika momen Imlek dan Cap Go Meh di Kota Padang:
1. Menikmati Kemeriahan Kelenteng See Hin Kiong Satu-Satunya di Ranah Minang
Kelenteng See Hin Kiong merupakan kelenteng pertama dan tertua di Kota Padang dan Sumatera Barat. Kelenteng ini pada awal mulanya bernama Kelenteng Kwan Im Teng yang dibangun sekitar tahun 1841. Sempat terbakar tahun 1861. Kemudian Kapten (Cina) Lie Goan Hoat, Letnan (Cina) Liem Soen Mo dan Lie Bian Ek pada 1893 dan nama kelenteng berganti Kwan Im Teng menjadi See Hin Kiong.
Sayangnya, akibat gempa 30 September 2009 kelenteng ini mengalami banyak kerusakan sehingga tidak lagi digunakan untuk tempat ibadah. Sebagai gantinya, tahun 2010 kembali dibangun kelenteng baru dilokasi yang berbeda dan tidak jauh kelenteng lama. Kelenteng ini dirancang langsung oleh arsitek dari negeri Panda ini dengan model kelenteng kuno dari Hokkian, Tjoan Tjiu.
Setiap momen Imlek seluruh halaman kelenteng akan meriah dihiasi dengan lampion berwarna merah beserta tulisan yang menggantung, ada lilin besar yang selalu hidup dan dupa besar yang menyala. Masyarakat keturunan Tionghoa akan melaksanakan upacara keagamaan:untuk berdoa dan memberikan persembahan sebagai bagian dari tradisi Imlek. Sedangkan masyarakat umum lainnya dapat menikmati suasana meriah kelenteng untuk berfoto.
Kelenteng See Hin Kiong menjadi simbol akulturasi budaya dan daya tarik wisata religi dan sejarah di Kota Padang.
2. Menyusuri Arsitektur Tionghoa Padang
Kawasan kelenteng dapat dijumpai bangunan khas bergaya arsitektur campuran tionghoa kolonial telah menjadi saksi sejarah sebagai pusat perputaran ekonomi Kota Padang kala itu. Ada yang berfungsi rumah tinggal, rumah toko, perkumpulan sosial, budaya dan kematian serta perkumpulan marga Tionghoa Padang.
Arsitektur tradisional Tionghoa Padang memiliki ciri-ciri khas yang mencerminkan budaya dan filosofi Tiongkok. Beberapa ciri arsitektur Tionghoa Padang memiliki atap pelana yang melengkung ke atas pada kedua ujungnya yang terbuat dari genteng atau seng. Memiliki dua pintu dengan jendela dan ventilasi yang tinggi dan besar. Ada juga yang bertipe rumah toko dengan memiliki tangga dibagian muka bangunan.
Spot rekomendasi untuk berfoto estetik di Kampung Cina Padang ( yaitu Kelenteng See Hin Kiong, Gapura Rumah Duka HBT, Eks Weekend Cafe, Rumah Tinggal Tionghoa Padang Jalan Kelenteng No 2, dan Gedung Himpunan Tjinta Teman. dan koridor Pasar Tanah Kongsi
Bangunan bergaya Tionghoa ini umumnya telah berstatus cagar budaya dan diduga objek cagar budaya. Keberagamaan bentuk arsitektur Tionghoa ini menjadi bukti akutlurasi budaya yang telah mengakar dan menjadi daya tarik wisata sejarah di Ktoa Padang.
3. Belanja di Pasar Sincia Khas Perayaan Imlek Padang
Pasar Sincia merupakan pasar malam yang diselenggarakan dalam rangka menyambut perayaan Imlek di Padang. Nama Sincia sendiri berasal dari kata Sin yang berarti baru, Cia berarti bulan pertama dalam bahasa Hokkian. Sincia dan Imlek memiliki arti yang sama. Kata "Im" berarti bulan pertama dan "Lek" berarti kalender.
Pasar Sincia diinisisasi para himpunan keluarga etnis Tionghoa. Pasar Sincia berlokasi di Jalan Kelenteng.
Pasar Sincia ini seperti bazar yang menghadirkan beragam sajian kuliner, pertunjukan seni budaya, kerajinan khas etnik Tionghoa, peralatan-peralatan sembahyang, hingga berbagai bahan sembako yang berkualitas dan murah untuk semua masyarakat Tionghoa dan masyarakat umum di Padang.
Pasar Sincia Pasar akan berlangsung beberapa hari setiap tahunnya. Pasar Sincia menjadi bentuk keanekaragaman kebudayaan Tionghoa dan daya tarik wisata di Kota Padang.
4. Merayakan Cap Gomeh dengan Pawai Sipasan dan Arak-Arakan Kio
Perayaan Imlek akan ditutup dengan tradisi Cap Go Meh yang berlangsung pada hari ke 15 penanggalan tahun Tionghoa. Dalam setiap perayaan puncak Imlek akan menampilkan beragam atraksi khas masyarakat Tiongkok Padang mulai dari Tari Singa (Barongsai), Tari Naga (Liang Liong), Arak-Arakan Kio, dan Pawai Sipasan.
Perayaan Imlek ini menjadi tradisi tahunan yang telah eksis lebih dari 150 tahun di Kota Padang. Dalam perkembangannya tradisi Cap Go Meh menjadi daya tarik wisata yang khas di Kawasan Kota Tua Padang.
Perayaannya pun dinikmati oleh semua kalangan yang telah diabdikan oleh fotografer belanda. Puncak perayaan Imlek di Padang dipusatkan jalan Kelenteng, Kawasan Kota Tua Padang.
Pawai sipasan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena memiliki keunikan dan telah dilaksankan sejak zaman kolonial. Terlihat juga dokumentasi fotografer belanda yang mengabadikan pawai sipasan di Kota Padang dipublikasikan oleh KILTV, Wereldculturen dan Nationaal Museum van Wereldculturen.
Pawai Sipasan ini berupa arak-arakan panjang menyerupai ulat kaki seribu. Nama tradisi Sipasan ini menggunakan bahasa Minangkabau. Sipasan berarti ulat kaki seribu. Dalam Pawai Sipasan selalu ada anak-anak dengan mengenakan kostum tradisional Tionghoa duduk ditandu di bawah payung dan para orang dewasa akan mengotongnya
Biasanya arak-arakan Sipasan ini dimulai dari titik awal di bawah Jembatan Siti Nurbaya hingga ke Gedung HTT. Menariknya pawai Sipasan di Padang ini pernah meraih Guinness World Records sebagai atraksi mengarak tandu terpanjang pada 2013 dan mengalahan rekor sebelumnya di Kinmen, Taiwan.
Ada juga Arak-Arakan Kio yang tidak boleh dilewatkan. Arak-Arakan Kio merupakan tenda raja atau tempat patung dewa pelindung kepercayaan Tionghoa yang posisinya sedang duduk. Para petugas yang membawa seolah akan bergerak seperti ada yang merasuki tubuh mereka.
Puncak perayaan Cap Gomeh di Padang ini menjadi warisan kebudayaan masyarakat keturunan Tionghoa Padang yang telah menyatu dengan seluruh elemen etnis dan menjadi daya tarik wisata yang masuk kalender event di Kota Padang.
5. Berburu Kuliner Legend di Pasar Tanah Kongsi
Pasar Tanah Kongsi adalah salah satu pasar tertua yang telah eksis sejak zaman kolonial di Kota Padang. Pasar Tanah Kongsi menjadi tempat bertemunya dua budaya yang berbeda sehingga mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Pasar ini cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada daging, sayur, buah, aneka jajanan pasar hingga kuliner legend.
Pasar Tanah Kongsi ini pasar terunik di Kota Padang, karena selain melihat keberagaman budaya, kita dapat juga mencicipi kuliner orienatalnya.
Pasar Tanah Kongsi dapat menjadi tempat alternatif bila ingin mencari sarapan, terutama yang tidak bersantan. Khasnya kwetiau dan mie ayam (mie sanghai). Ada juga menu lainnya jika ingin ngemil seperti toko bolu jadul, minuman kopmil, kembang tahu, kue pukis, martabak tipis, cakwe hingga jajanan pasar.
6. Mencicipi Kuliner Imlek
Berbagai hidangan khas Tionghoa dan kue-kue tradisional Imlek biasanya disajikan selama perayaan Imlek. Makanan tersebut sering memiliki makna simbolis yang terkait dengan keberuntungan, kekayaan, dan harapan baik.
Sebut saja Nian gao atau kue keranjang atau dodol Cina ini sangat identik dengan perayaan Imlek. Kue berwarna coklat ini menjadi simbol kekeluargaan yang rukun dan tak terpisahkan. Kue keranjang akan disajikan secara bertingkat sebagai lambang rezeki serta kemakmuran yang meningkat.
Ada juga kue lapis legit yang menjadi simbol rezeki berlapis-lapis dan siapa pun yang memakannya dipercaya akan memiliki kehidupan yang manis dan legit. Ada juga kue mangkok yang memiliki arti sebagai pembawa keberuntungan.
7. Ziarah ke Makam Siauw Beng Tjoan
Siauw Beng Tjoan merupakan salah seorang pengusaha besar dan pemilik toko yang menjual barang-barang produksi dari sejumlah negara-negara di Eropa. Toko dan tempat usahanya berada di Padang. Siauw Beng Tjoan salah satu tokoh pendiri dan komisaris organisasi lembaga pendidikan Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK) Padang pada awal abad ke-20.
Siauw Beng Tjoan lahir tahun 1870 di Nanjing County, Fujian, China dan meninggal di Padang pada 16 November 1949. Siauw Beng Tjoan di makamkan di Bukit Gado-Gado bersama istrinya yang bernama Eng Nio Tan. Tepatnya berlokasoi di seberang sungai Batang Arau Kecamatan Padang Selatan.
Makam Siauw Beng Tjoan telah direvitalisasi tahun 2024 dengan bong pay kuburan dan fasilitas makam yang lengkap dan luas. Hal ini menunjukan Siauw Beng Tjoan sebagai sosok yang terkemuka dan penting semasa hidupnya.
Pengelolaan Makam Siauw Beng Tjoan telah diberikan ahli waris kepada pengurus Himpunan Bersatu Teguh (HBT) Padang dan menjadi objek diduga cagar budaya yang berpotensi menjadi daya tarik wisata sejarah dan religi di Kota Padang.
8. Menjelajah Chinatown van Padang bersama Padang Heritage
Tidak akan seri bila menikmati suasana Imlek di Padang jika tidak mengikuti kegiatan Padang Heritage Walk yang diadakan oleh Komunitas Padang Heritage. Dalam kegiatan tersebut akan mengajak para penikmat heritage untuk mengenal lebih dekat warisan kebudayaan masyarakat keturunan Tionghoa di Padang seperti penginggalan kelenteng, rumah tinggal khas Tionghoa Padang, arsitektur Arsitektur tradisional Tionghoa Padang hingga kuliner legend yang dapat menggoyang lidah.
Para penikmat heritage akan walking tour bersama-sama yang akan dipandu oleh seorang guide. Nantinya akan singgah ke objek-objek yang telah ditentukan. Tidak lupa juga mengabadikan momen untuk dibagikan di akun media sosial. Banyak momen menarik yang dapat di capture terlebih bagi para fotografer. Info mengenai Padang Heritage Walk dapat hubungi akun Intagram @padangheritage.
Perayaan Tahun Baru Tionghoa dapat menjadi momen yang meriah dan penuh kegembiraan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan di Kota Padang. Berdapat aktivitas dan tradisi dapat dinikmati oleh masyarakat kota sebagai bentuk pelestarian dan merayakan warisan budaya Tionghoa.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Selalu menantikan tulisan abg Ubay yang kaya informasi.
ReplyDeleteSudah lama sekali tidak menonton aktraksi Cap Go Meh di Kota Padang
Baru tau bang, ternyata etnis tionghoa di Padang juga menggunakan bahasa hokkien sebagaimana di Medan.
ReplyDeletePasar sincia pasti rame banget saat perayaan tahun baru cina ya bang. Duh pengen juga main ke Padang. Secara sudah tua ini baru nyadar ternyata saya keturunan Minang. Hahaha tapi gak tau nih kampungnya di mana.. š¤£
Ternyata di kota Padang ada daerah pecinan juga ya ... saya pernah ke Padang tapi tidak lihat daerah pecinannya di mana. Kapan-kapan kalau ada rezeki bisa ke Padang lagi, pengen lihat.
ReplyDeleteSeru sepertinya kalau bisa menikmati suasana pasar malam sincia ramai ramai bareng keluarga. Bisa menghabiskan malam dan biasanya kan sambil hunting kuliner khas nya juga ya
ReplyDeleteWaa meriah sekali ya perayaan imlek disana, asik! š„° Pawai sipasannya gemoy sekali anak-anaknya, jadi pengin shoot dan fotoin mereka deh.
ReplyDeleteUnik banget sih nama pasarnya, Pasar Tanah Kongsi. Kebayang bagaimana meriahnya acara perayaan Cap Go Meh di Padang. Selama ini dalam pikiranku yang awam, Padang itu selalu lekat dengan sosok-sosok agamis macam Buya Hamka yang nuansanya tuh ya minang sekali. Ternyata ada warga keturunan Tionghoa juga di sana, pun ada klentengnya. Beragam sekali ya budaya di sana.
ReplyDelete