Rumah Keradjinan Amai Setia, Jejak Karya Fashion Khas Koto Gadang
Jalan-jalan ke Ranah Minang tidak lengkap jika tidak bertandang ke Nagari Koto Gadang, Kabupaten Agam. Negeri penghasil cendikiawan terbaik Indonesia ini dikenal dengan produksi fashion etnik yang mendunia.
Rumah Kerajinan Amai Setia adalah tempat penghasil produk ekonomi kreatif yang keberadaannya sudah eksis sejak zaman kolonial. Hasil kerajinan buatan tangan masyarakat dari Koto Gadang ini turun temurun dibuat dan masih autentik hingga sekarang. Bahkan pamornya itu tidak kaleng-kaleng.
Pergerakan Rumah Keradjinan Amai Setia Koto Gadang
Rumah Kerajinan Amai Setia ini dikelola oleh Yayasan Amai Setia yang mulanya bernama Vereeniging “Karadjinan Amai Setia” te Kota Gedang dan berwujud sekolah keterampilan. Rumah Kerajinan Amai Setia ini didirikan pada 11 Februari 1911.
Pencetusnya adalah Rangkayo (Rky) Rekna Puti yang punya inisiatif mendirikan perkumpulan amai-amai perajin, diiringi pemikiran dari Rky Roehana Koeddoes (ejaan baru: Ruhana Kuddus) untuk meningkatkan pendidikan ilmu pengetahuan umum serta keahlian dari Hadisah sebagai penenun dan atas dukungan seluruh kaum perempuan di Koto Gadang, maka didirikan organisasi perempuan Kerajinan Amai Setia.
Tujuan utama lembaga ini untuk mengangkat harkat dan martabat Perempuan Koto Gadang serta untuk membekali kaum perempuan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Rumah Kerajinan Amai Setia merupakan pelopor pusat kerajinan dan organisasi wanita yang pertama di Minangkabau yang menjadi bukti perjuangannya dalam meningkatkan harkat martabat perempuan.
Rumah Keradjinan Amai Setia menjadi media pergerakan bagi Ruhana Kuddus dalam mengangkat harkat dan martabat kaum wanita di Minangkabau agar memiliki keterampilan dan berpendidikan. Mulanya, Rumah Keradjinan Amai Setia berupa sekolah keterampilan khusus perempuan dengan aktivitasnya meliputi menjahit dengan mesin, bordiran, menyulam, merenda bangku, dan bertenun adalah beberapa kursus yang ditawarkan.
Rumah Kerajinan Amai Setia ini berlokasi di Jalan M. Nazif Koto Kaciak, Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kira-kira membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Kota Padang melalui kendaraan mobil pribadi atau motor.
Sekolah Kerajinan Amai Setia dirancang untuk membantu kaum perempuan di Koto Gadang agar tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga keahlian keterampilan dan kerajinan tangan serta tidak ketinggalan pula pengetahuan agama. Secara tidak langsung juga Rumah Kerajinan Amai Setia menjadi pusat entrepreneur perempuan pertama di Minangkabau.
Dengan surat putusan Nomor 31 tanggal 16 Januari 1915, Rumah Keradjinan Amai Setia diakui dengan adanya rechtspersoon atau badan hukum. Tempo itu, hampir seluruh penduduk wanita Koto Gadang menjadi anggotanya.
Suasana Sekolah Kerdjinan Amai Setia Tahun 1915 (KILTV) |
Roehana Koeddoes selain membuat Rumah Kerajinan Amai Setia, ia juga giat menulis hingga menerbitkan surat kabar perempuan yang diberi nama Sunting Melayu pada 10 Juli 1912. Sunting Melayu merupakan surat kabar perempuan pertama di Hindia Belanda yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan. Uniknya, surat kabar tersebut diterbitkan di Padang, sementara Ruhana sendiri berdiam di Koto Gadang.
Mengingat minat yang belajar kian tinggi sementara tempat belajar kala itu masih menggunakan rumah nenek Ruhana, maka ada rencana untuk membuat bangunan sekolah sendiri hingga akhirnya dapat terwujud yang dimulai dengan membeli sebidang tanah tahun 1916 dan pembangunan sekolah pun dapat diselesaikan dan dipergunakan pada 23 Februari 1919.
Suasana Sekolah Kerdjinan Amai Setia Tahun 1915 (KILTV) |
Rumah Kerajinan Amai Setia semakin fokus mengembangkan produksi kerajinan Koto Gadang. Kemudian dalam perkembangannya mendirikan juga sekolah industri (Nijverheidsschool) yang juga dikenal sebagai sekolah kerajinan pada 1923. Sayangnya sekolah ini terpaksa tutup sampai tahun 1942 semasa penjajahan Tentara Jepang masuk ke Ranah Minang.
Kerennya lagi Rumah Keradjinan Amai Setia mendapat kunjungan penting dan mendapat penghargaan berupa bintang jasa kepada Ketua Hadisah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda De Graaf pada Pada tahun 1929.
Suasana Sekolah Kerdjinan Amai Setia (Repo: Buku Rohana Kudus, Srikandi Indonesia) |
Rumah Kerajinan Amai Setia pun tidak hanya sekedar menjadi lembaga pendidikan dan keterampilan bagi perempuan. Namaun, menjadi basis usaha dagang berbagai hasil kerajinan dari para perempuan yang ada di Koto Gadang. Keberadaan Rumah Kerajinan Amai Setia ini telah ikut memberikan kontribusi dalam melakukan pemberdayaan ekonomi perempuan di Koto Gadang. Terlebih ketika dibentuknya koperasi tahun sekitar 1957.
Pada 29 Desember 1979 Kerajinan Amai Setia berubah bentuk menjadi sebuah yayasan yang terus berupaya mempertahankan eksistensi dan perannya di masyarakat, terutama dalam pelestarian dan pengembangan budaya tradisional.
Rumah Keradjinan Amai Setia Penghasil Fashion di Minangkabau
Rumah Kerajinan Amai Setia telah memberdayaakan banyak kaum wanita mulai dari pelatihan menulis, membaca, berhitung, urusan rumah tangga, etiket, kerajinan tangan, dan menjualkan hasil kerajinan tangan yang menjadi ciri khas Koto Gadang.
Rumah Kerajinan Amai Setia menjadi penghasil kerajinan Koto Gadang telah sejak lama dikenal sebagai salah satu kerajinan unggulan Sumatra Barat. Koto Gadang memiliki dua jenis kerajinan unggulan yaitu kerajinan perak dan kerajinan sulam khusus selendang.
Nyatanya, kedua jenis kerajinan ini dapat dikatakan sulit dipisahkan satu sama lain karena menjadi bagian dari adat istiadat Koto Gadang seperti acara pernikahan, kematian, upacarapengangkatan datuk dan sebagainya serta memiliki aturan khusus dalam pemakaiannya.
Dalam perjalanan Rumah Kerajinan Amai Setia tidak hanya memproduksi kerajian perak dan sulam khas Koto Gadang tapi menjadi museum yang dapat diakses bagi semua masyarakat. Hasil karya fashion yang ditampilkan pun tidak hanya dari Koto Gadang saja ada juga dari daerah sekitar yang tersentral di Rumah Kerajinan Amai Setia.
Memasuki area rumah akan tampak bangunan khas hunian kolonial Minangkabau yang menghadap pesawahan dengan pemandangan gunung Singgalang dan gunung Marapi yang tampak dari kejauhan. Suasana di halaman rumah pun cukup asri dengan ditananmi oleh tanaman hias.
Ketika itu, Rumah Kerajinan Amai Setia yang didominasi oleh kayu ini berwarna kream kekuningan dengan penanda tulisan"Keradjinan Amai Setia" berwarna hitam di bagian atapnya. Masuk ke dalam rumah langsung disambut oleh seorang itu yang diperkirakan usianya sudah paruh baya.
Ia menyanyakan ingin melihat apa? selendang koto gadang atau kerajinan perak?
Para wanita pasti langsung kepincut ketika melihatnya. Warnanya selendangnya yang sangat meriah ini sangat memikat sekali. Jika beruntung saat datang akan ada yang sedang live membuat sulaman untuk selendang koto gadang.
Pengunjung dapat melihat hasil kerajinan khas Koto Gadang seperti sulaman Suji Cair, sulaman Suji Kepala Peniti, dan songket Koto Gadang. ada juga sulaman Suji Bayang, sulaman Suji Timbul, dan songket Pandai Sikek.
Sementara itu, untuk pembuatan kerajinan peraknya tidak ada di rumah ini tapi ada di lokasi yang berbeda. Jenis kerajinan perak yang tersedia berupa kalung, gelang, cincin, bros, pajangan di meja, pajangan berbentuk miniatur rumah gadang, jam gadang, bendi, rangkiang, surau tuo hingga bentuk lainnnya.
Kerajinan perak Koto Gadang ini memiliki makna tersendiri, pertama berfungsi untuk eprlengkapan adat dan kedua sebagai perlengkapan kebutuhan sehari-hari. Perajin perak Koto Gadang dalam menciptakan berbagai macam bentuk produk selalu mengambil dari bentuk alam dan bentuk local genius. Warna yang terdapat pada kerajinan perak koto gadang adalah warna perak yang berbentuk putih susu.
Rumah Kerajinan Amai Setia ini khusus menjadi media promosi dan penjualannya.
Di sebelah kiri ketika masuk akan terlihat pajangan selendang dan kerajinan perak. Di sebelah kanan ada pajangan patung sepasang mempelai yang mengunakan baju adat khas Koto Gadang.
Jika diteruskan masuk ke ruangan paling belakang akan tiba di area yang cukup luas. Ini bisa jadi bagian dari museum. Sederhana tapi bermakna itu yang bisa diungkapkan ketika melihatnya. Sebabnya Rumah Kerajinan Amai Setia juga berfungsi sebagai museum. Ada alat tenun yang terpajang, karya sulam zaman dulu, peralatan hingga dokumentasi foto Ruhana Kuddus.
Sebagai informasi juga Roehana Koeddoes dijuluki sebagai jurnalis pertama di Indonesia pada tahun 1974, dan dianugerahi sebagai perintis pers Indonesia pada tahun 1987 serta sebagai Pahlawan Nasional asal Ranah Minang pada 7 November 2019.
Sayangnya, Rumah Keradjinan Amai Setia ini belum berstatus cagar budaya. Meskipun demikian, Rumah Kerajinan Amai Setia sebagai bukti warisan seni dan kerajinan Minangkabau yang tetap lestari di Koto Gadang. Di samping itu, Rumah Keradjinan Amai Setia pun menjadi masterpiece bagi Ruhana Kuddus dalam mengangkat emansipasi dan kualitas SDM wanita di Minangkabau.
Rumah Keradjinan Amai Setia menjadi daya tarik tersediri bagi para wisatawan yang ingin melancong ke Minangkabau. Koto Gadang menjadi iteneri yang tidak boleh dilewatkan. Terutama mengunjungi Rumah Keradjinan Amai Setia.
Rumah Keradjinan Amai Setia menjadi sangat menarik bagi pecinta seni, peneliti budaya, dan wisatawan yang ingin merasakan keunikan kreativitas lokal. Tentunya, Rumah Keradjinan Amai Setia memainkan peran penting dalam pelestarian dan pengembangan kearifan lokal budaya Minangkabau.
Btw, sudah pernah keliling Nagari Koto Gadang?
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Wah kalau dekat, saya mau juga ikut belajar di rumah kerajinannya Amai Setia.
ReplyDeleteSaya dan ibu saya fansnya tenunan dan bordiran sumbar.
Dulu kalo pas main ke bukittingi, tak lupa always ke pasa ateh buat hunting mukena, or bahan baju yang tenunan atau bordiran khas sumbar.
Masya Allah. Kerennya Ibu Ruhana Kuddus, sampai menerbitkan surat kabar perempuan lho. Luar biasa di masa itu. Semoga Rumah Kerajinan Amal Setia terus eksis memberikan inspirasi bagi perempuan Indonesia.
ReplyDeleteMasyaAllah Rohana Kudus atau Ruhana Kuddus ini ternyata bukan hanya menjadi pahlawan masa lalu indonesia saja. Kerja beliau sampai sekarang masih bisa kita lihat di Rumah kerajinan Amai Setia. Semoga tetap terjaga hingga nanti ya bang dan berkontribusi.
ReplyDeleteKalo dalam Islam, tersebut amal jariyah ini luar biasa beliau terima di sisi allahy.
Rumah Kerajinan Amai Setia punya sejarah yang panjang dan perlu dijaga kelestarian. Pendirinya benar-benar menjunjung harkat perempuan. Andaikan bisa pengin ikutan belajar tenun juga bordir karena cantik betul hasilnya.
ReplyDeleteSumatera Barat memang terkenal dengan kain tenunnya ya kak. Dari fotonya kakak saja sudah kelihatan motif selendangnya bagus-bagus banget.
ReplyDelete