Beloved Bukittinggi: (Jangan) Jatuh Cinta Pada Kota Bukittinggi, Bahaya!
Bukitinggi lagi, bukittinggi lagi. Emang kota ini sangat memorable banget! Coba saja tanyakan kepada masayrakat umum, apa yang teringat jika mendengar nama Bukittinggi? Mungkin sebagai dari masyarakat Indonesia akan mengenalnya dengan Jam Gadang, Pasa Ateh atau Ayam Pop?
Berkeliling ke Kota Bukittinggi ini sangatlah mengasyikan karena tiap destinasi unggulannya dapat ditempuh dengan berjalan kaki saja.
Berikut ini rekomendasi jika ingin berwisata ke Kota Bukittinggi:
Serba Serbi Wajah Jam Gadang Bukittinggi
Bertandang ke Kota Bukittinggi wajib hukumnya untuk singgah ke Jam Gadang. Sepertinya kalo jalan-jalan tidak afdol rasanya bila tidak singgah ke Jam Gadang. Objek bersejarah bangsa ini dapat dinikmati segala waktu.
Momen yang selalu dinanti ketika main ke Jam Gadang itu ketika sunrise dan suasana berkabut. Memang kadang untung-untungan pula bisa menikmatinya. Terkadang sudah sekian kali ke tempat ini tidak pernah bosan. Vibes Jam Gadang sesuatu banget ya. Rame terus apalagi kali hari libur. Wedew
Jam Gadang ini peninggalan zaman kolonial yang merupakan ikon Kota Bukittinggi. Telah ada sejak tahun 1926 dan merupakan hadiah dari Ratu Belanda untuk Kota Bukittinggi. Uniknya mesin Jam Gadang ini cuma hanya ada dua di dunia di Bukittinggi dan Big Ben London. Jika diperhatikan dengan seksama angka pada jam ini menggunakan huruf Romawi dan biasanya huruf Romawi empatnya ditulis IV tapi ditulisnya IIII.
Fun fact-nya, bentuk menara jam ini sudah tiga kali berganti mulai dari generasi kolonial Hindia Belanda, penjajahan Jepang dan Republik Indonesia. Bentuknya menaranya saat ini dengan atap gonjong khas Minangkabau. Kapan kita main Jam Gadang? Gk kangen nih?
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/XzwnMPCQJhaDWsSQ9
Berburu Kuliner di Pasa Ateh
Pasa Ateh merupakan salah satu pasar legend di Kota Bukittinggi. Dalam perjalannnya pasar ini mengalami beragam bentuk dan menjadi saksi perkembangan kota. Pasca kebakaran tempo itu, wajah Pasa Ateh menjadi jauh lebih modern dan lebih tertata. Pasa Ateh ini menjadi daya tarik wisata belanja dan kuliner di Kota Bukittinggi.
Pasa Ateh ini teleh melewati empat zaman mulai zaman kolonial, kependudukan tentara Jepang, kemerdekaan, orde baru, pasca reformasi. Sekitaran Pasa Ateh ini dapat berburu kuliner legend seperti Pisang Panggan Santan, HM. Zen cukup terkenal dan ramai dicari oleh para pelancong.
Ada juga Pisang Kapik, kuliner yang selalu dicari saat belusukan ke Pasar Atas, Kota Bukittinggi. Lokasinya mudah sekali dijumpai dan tidak jauh dari objek wisata Jam Gadang. Kemudian bisa juga menikamati sepiring Nasi Kapau di Los Lambuang, Pasa Lereng.
Penyajian nasi kapau sangat menarik, lauk pauk disusun bertingkat dalam wadah besar dan si penjual akan mengambil lauknya dengan sendok yang panjang. Dalam satu kedai Nasi Kapau bisa terdapat 15-20 jenis lauk pauk dan berbagai jenis gulai. Begitu lengkap dan menggugah selera.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/CBxyXmWHA3SnSA4H6
Melihat Tugu Pahlwan Tak Dikenal di Bukittinggi
Bicara soal sejarah, Kota Bukittinggi bisa dikatakan sebagai kota pahlawan di Ranah Minang. Ada satu monumen penting yang dapat dikunjungi dan terkadang terlupakan yaitu Tugu Pahlawan Tak Dikenal.
Tugu ini lokasinya di jantung kota yang tak jauh dari objek wisata favorit Jam Gadang dan Monumen Bung Hatta. Tugu ini dirancang oleh seniman Huriah Adam bersama suaminya, Ramudin sejak 1963. Bentuknya berkarakter campuran ada naga dan orang memegang pedang.
Nama "Pahlawan Tak Dikenal" berasal dari judul sajak Mohammad Yamin yang dipahatkan pada prasasti tugu berbunyi: Mati luhur tidak berkubur. Memutuskan jiwa meninggalkan nama. Menjadi awan di angkasa. Menjadi buih di lautan. Semerbak harumnya di udara.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/53kkwSRwJ5D5MBt77
Pesona Janjang Ampek Puluah Tak Lekang Waktu
Bagi wisatawan yang sering ke Bukittinggi pasti akan mengenal Janjang Ampek Puluah ini. Meskipun sebagai sarana penghubung masyarakat, Janjang Ampek Puluah ini termasuk objek ikonik yang terdiri dari leretan anak tangga yang menghubungkan Pasar Atas dengan Pasar Bawah.
Janjang Ampek Puluah dibangun pada tahun 1908 sewaktu Louis Constant Westenenk menjabat sebagai Asisten Residen Agam. Tokoh ini berjasa juga dalam pariwisata di Sumatera Barat karena telah menuliskan berbagai tulisan perjalanan dan rekomendasi objek wisata di Minangkabau awal abad ke-20.
Janjang Ampek Puluah sempat direnovasi pada tahun 2017. Setiap anak tangganya telah menggunakan batu alam dan pada bagian bawahnya dibangun gerbang bergaya kolonial. Di sampingnya ada prasasti yang menceritakan sedikit sejarah tentang janjang ini. Mulanya hanya ada satu gerbang yang terletak di bagian atas dengan atapnya berbentuk gonjong. Sekitaran janjang ini terdapat Surau Baitul Jalil yang arsitekturnya unik. Jangan lewatkan juga untuk singgah dan beribadah di surau ini.
Janjang Ampek Puluah menjadi saksi sejarah hiruk pikuk masyarakat dan pembangunan kota bukittinggi tempo dulu dan kini. Ada yang sudah mengunjungi Janjang Ampek Puluah?
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/9rNoU4jiidNQu5as7
Senandung Panorama Ngarai Sianok berlatar Gunung Marapi
Ngarai Sianok merupakan wujud visual dari aktivitas pergerakan lempeng tektonik di Pulau Sumatera. NgaraiSianok ini merupakan bagian dari Patahan (Sesar) Semangko yang membelah Pulau Sumatera. Akibat patahan tektonik ini menghasilkan sebuah kawasan lembah curam yang subur dengan panorama yang indah.
Ngarai Sianok kini menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi jika ke Kota Bukittinggi. Untuk menikmatinya bisa singgah ke objek wisata Panorama Ngarai Sianok yang satu kawasan dengan Lubang Jepang. Ngarai Sianok membentang sejauh 15 km dari sisi selatan Nagari Koto Gadang hingga Nagari Sianok Enam Suku, dengan kedalaman tebing 100 m dan lebar celah sekitar 200 m.
Sejak zaman kolonial, Ngarai Sianok menjadi tempat healing para noni menner Belanda dan objek favorit fotografer Belanda. Dulu dikenal dengan nama karbouwengat karena banyaknya kerbau liar yang hidup di dasar ngarai ini.
Keindahan Ngaria Sianok pun 3 kali diabadikan dalam cetakan uang kertas. Uang Rp 1.000 cetakan tahun 1980. Uang Rp 2.000 tahun emisi 2016 dan 2022. Momen yang paling ditunggu di sini ketika view gunung Marapi terlihat jelas dengan langit biru dan suasana awan yang melintasi awan sangat syahdu.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/LA1baXZ3yZEynWoS9
Mencicipi Sarapan Legenda di Bukittinggi
Pical atau Pecal merupakan menu sarapan pagi yang sangat populer di kalangan wisatawan yang datang ke Kota Bukittinggi. Untuk menjumpainya tidak sulit bisa dapat ke Jalan Panorama No.19 C. Dekat Objek Wisata Lobang Jepang. Ada kedai Pical Sikai yang sudah eksis sejak 1948 loh.
Pical Sikai ini penuh rasa, gurih, manis dan ada rasa pedas. Semuanya begitu pas dilidah. Saya sendiri pun bisa tambah jika sarapan menu ini. Abis enak sih. Menyantap Pical Sikai ini tidak seru jika tanpa Lamang Tapai, kuliner khas Minangkabau ini yang memiliki rasa manis dan asam.
Ada juga Pical Ayang yang lokasinya dekat jalan menuju Ngarai Sianok yang mejadi alternatif untuk mencari sarapan pagi. Pical Ayang ini sudah eksis semenjak 1975. Pical Ayang mempunya menu khas lontong pical dengan berbagai toping tambahan. Ada minuman seperti teh telur dan kopi telur.
Lokasi Google Maps Pical Sikai: https://maps.app.goo.gl/UfhbzFpYXryNw6aj6
Lokasi Google Maps Pical Ayang: https://maps.app.goo.gl/7LFWgirPCsB7bjbs5
Menyusuri Lubang Japang Bukittinggi
Lubang Jepang atau Lubang Japang adalah salah satu objek wisata sejarah yang ada di Sumatra Barat. Lubang Jepang ini posisinya berada di lembah Ngarai Sianok dengan view yang indah tapi menyimpan kisah pilu.
Lubang Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun 1984. Ada dua pintu masuk ke Lubang Jepang ini yaitu kawasan Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Istana Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi.
Pengunjung dapat menyusuri terowongan yang panjngnya mencapai 1400 m dan berkelok-kelok dengan lebar sekitar 2 m. Nantinya Traveller akan menjumpai sejumlah ruangan khusus seperti ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dapur dan gudang senjata. Cerita Lubang Jepang Bukittinggi dapat lihat disini
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/hfu1cRAYzw4rmiB86
Rumah Makan Family Benteng Indah, Nikmatnya Ayam Pop Khas Bukittinggi
Ayam Pop menjadi salah satu menu rumah makan yang terkenal di Bukittinggi. Bukan karena ayamnya suka jenis musik Pop, tapi ini soal cita rasa dan pengolahan ayamnya. Rumah Makan Family Benteng Indah menjadi pelopor yang menciptakan menu ayam pop ini dan sudah eksis sejak 1947.
Rumah makan ini termasuk tempat makan yang legendaris di Kota Bukittinggi Menu yang menjadi rekomendasi untuk dicicipi itu ada Ayam Pop plus sambalnya, disajikan ketika masih panas dipadukan bersama hangatnya nasi, beuuh lamak bana!
Selain, menu ayam pop ada juga menu gulai babat yng super empok, dendeng kering balado yang krispi dan gurih serta gulai ayam nendang banak. Meskipun begitu ada beragam menu lainnya yang bisa dinikmati.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/AVVeCjhJ848hMkUF6
Benteng Fort de Kock Cikal Bakal Pertumbuhan Kota Bukittinggi
Kota Bukittinggi, Sumatra Barat yang dulunya bernama Fort de Kock ini, tumbuh dan berkembang di sekitar kawasan benteng yang dibangun oleh Pemerintahan Kolonial Hindia pada tahun 1825. Benteng ini didirikan oleh Hendrik Merkus Baron de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Benteng Fort de Kock dibangun sebagai lambang daerah kekuasaan serta pusat pemerintahan. Benteng ini pun berfungsi untuk pengintaian, perlawanan, dan pertahanan dari gempuran masyarakat pribumi terutama sejak Perang Paderi serta sebagai bentuk miniatur kota modern tempo itu
Benteng Fort de Kock berdiri atas Bukit Jirek yang berada di ketinggian 958 mdpl. Jejaknya tidak begitu ketara terlihat yang tersisa tinggal beberapa meriam. Untuk struktur bangunan bentengnya perlu dikaji lebih dalam posisinya. Benteng ini telah ditetapkan sebagai banguanan cagar budaya nasional dan berlokasi di kawasan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Adat Rumah Baanjuang.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/fUCejsDfWJEFqZZf8
Singgah ke Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta
Rumah Kelahiran Bung Hatta menjadi saksi untuk mengenang perjalanan hidup Bung Hatta dan keluarganya selama di Bukittinggi. Rumah ini berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No.37, Kelurahan Campago Ipuh, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi. Persis di tepi jalan dekat dengan pasar dan tidak jauh dari pusat kota Bukittinggi. Sekitar 5 menit saja. Jika dari Padang sekitar 3 jam berkendara.
Kini, rumah ini berfungsi sebagai museum sekaligus jadi destinasi wisata sejarah. Melalui rumah ini dapat melihat memoir Bung Hatta sehingga bisa menambah pengetahuan sejarah tokoh bangsa yang penting ini. Tiap sudutnya bercerita dan tergambarkan dari dokumentasi foto atau barang peninggalannya dan keluarga besarnya. Cerita Rumah Kelahiran Bung Hatta dapat lihat di sini.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/RdXwtPoEACTrg83GA
Menikmati Taman Wisata Panoram Baru
Taman Wisata Panorama Baru menjadi kembali terkenal setelah viral di Tiktok pada akhir tahun 2023 lalu. Tempat ini berlokasi di Puhun Pintu Kabun, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Sekitar 6 km dari pusat kota dan tidak jauh dari SMAN 4 Bukittinggi
Taman Wisata Panorama Baru ini menjadi daya tarik wisata baru yang setelah sekian lama tidak terdengar dan dikunjungi oleh wisatawan. Keistimewaan tempat ini memiliki area taman yang luas dengan panorama alam yang sejuk, berlatarkan Ngarai Sianok dan gunung Singgalang yang indah. Vibes ketika kabut di pagi hari sangat menawan sekali.
Ada banyak spot foto yang disediakan seperti rumah pohon, dan menara pandang. Tersedia juga tempat bermain untuk anak-anak. cocok menjadi tempat healing dan piknik dengan view yang indah. Taman Wisata Panorama Baru ini dikelola oleh masyarakat setempat secara swadaya. Memasuki tempat ini dikenakan retribusi biaya masuk Rp. 5.000 tiap pengunggung dengan biaya parkir untuk roda dua Rp. 2.000 dan roda empat Rp. 5.000 per unitnya.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/oERQAzqQbpuk9mFN9
Stasiun Lambuang Bukittinggi
Jika di Padang ada Kuliner Simpang Kinol, Jika di Padang Panjang ada Pasar Kuliner Malam, maka di Bukittinggi ada Stasiun Lambuang. Namanya sangat unik. Mulanya, nama Stasiun Street Food tapi dalam perjalanannya mengalami perubahan menjadi Stasiun Lambuang agar memiliki identitas khas Minangkabau dan Bukittinggi.
Stasiun Lambuang merupakan destinasi wisata kuliner baru di Kota Bukittinggi dengan konsep food court dengan menyatukan semuanya dalam satu tempat. Stasiun Lambuang ini memanfaatkan lahan Stasiun Bukittinggi menjadi pusat kuliner kekinian terbesar di Ranah Minang. Kabarnya di Stasiun Lambuang ini akan ada 116 pilihan gerai yang menyajikan menu makanan dan minuman.
Lokasi Google Maps: https://maps.app.goo.gl/jwxFGyDkRCspcLuV8
***
Kota Bukittinggi begitu memikat hati. Keindahan alamnya yang menawan, warisan budaya yang kaya, dan keramahan penduduknya yang menyambut setiap pengunjung dengan hangat. Menjelajahi jalan-jalan bersejarah, menikmati kelezatan kuliner tradisionalnya, dan menikmati panorama alam yang memukau adalah pengalaman yang tak terlupakan jika melancong ke Kota Bukittinggi.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
Masyaallah banyak sekali pilihan tempat wisata di bukit tinggi. Melihat foto senja di jam gadang berasa foto di dekat zam zam tower hehe
ReplyDeleteDuh suka terharu kalau menaksir lokasi di luar Jawa. Saya merasa betapa luas dan kaya negara kita ini. Apakah itu wisatanya, budaya, kuliner, pakaian adat, dan sebagainya.
ReplyDeleteJadi pengin nih liburan ke Bukittinggi, apalagi ada destinasi wisata kuliner Stasiun Lambuang. Asyik banget nih, kuliner makanan khas Padang.
ReplyDeleteTak cukup sehari nih itu untuk eksplorasi keseluruhannya
ReplyDeleteBukittinggi memang seindah itu ya. Penasaran nih pengen nyobain Pecal Sikai nya itu
Saya belum pernah coba masakan khas itu
Bang.. liat pecal Anyang teringat pula gulai pakis ditambah salak laua. Aduuuuh ngiler euyyy
ReplyDeleteKota kenangan ini.
ReplyDeleteSMA saya di SMAN 2 alias SMA Birugo. Kwik School, sekolah raja katanya (eh salah keknya tulisan kwik nya).
Pasa ateh, tri arga, jam gadang, fort de kock, tempat nongkrong ma temen-temen dulu.
Saya penasaran dengan Pisang Kapik, karena mirip banget bentuknya dengan pancake. Pasti rasanya enak banget nih. Kalau mau jalan-jalan ke Bukittinggi sepertinya minimal seminggu ya kak berada di sana
ReplyDeleteDua kali mengunjungi Sumatera Barat, yang paling berkesan bagi saya memang saat ke Bukittinggi. Dan belum puas rasanya menjelajahi kota indah penuh kisah dan sejarah ini. Beneran mesti balik lagi, mumpung ada referensi wajib kemana saat di Bukittinggi dari artikel ini!
ReplyDeleteBukit Tinggi jadi wishlist aku sih tapi sedih ya sekarang lagi bencana alam. Semoga tahun depan bisa jelajah Bukit Tinggi.
ReplyDeleteWahhh sudah lama gak main-main ke Bukittinggi lagi. Terakhir kesana cuma sempat main ke benteng Fort De Cock, jam gadang, dan pasar Ateh. Puas-puasin deh makan nasi kapau di sana.
ReplyDeleteSepertinya harus dijadwalkan main ke Bukittinggi lagi nih karena masih banyak tempat yang belum saya eksplore di sana, terutama tempat kelahiran Bung Hatta itu.
eh baru tahu jam gadang tulisan angka 4-nya IIII. Trus penasaran dengan rasanya pical, itu bubur sumsum apa seperti lontong sayur?
ReplyDeleteenak kali yaaa tiap ke Bukittinggi mudah makan nasi kapau. RM padang jadi favoritku nih meski belum pernah ke Sumbar.
Honestly, Bukittinggi ini udah banyak kemajuan. Hotel2 besar pun sudah berdiri di sini. Sampai pas pulang ke Mandailing Natal, Sumatera Utara, sempat kesasar di sekitaran hotel Santika, padahal dah biasa lewat jalannya.
ReplyDeleteBaru sekali sih ke Bukittinggi, dan banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Waktu itu baru sempat datang ke Jam Gadang dan Ngarai Sianok saja. Semoga bisa berkunjung lagi ke kota ini
ReplyDeleteBukittinggi adalah tempat yang ingin kukunjungi kalau ke Sumatera setelah Medan. Mungkin karena di Surabaya banyak warung nasi Padang jadi cita-citanya pingin ke sana hehe
ReplyDeleteSaat Bapak rahimahullah tugas di Sumatra, kami sempat jalan-jalan ke Bukittinggi.
ReplyDeleteNamun, karena aku anak terakhir, jadi pas itu masih bocils syekaliii.. Hanya mengingat serpihan memori dari beberapa foto yang tersimpan di album. Aku inget pernah ke Lubang Japang Bukittinggi. Lalu menginap di sekitaran tempat wisata jaman dulu tuh adalah salah satu cara agar bisa explore lebih banyak tempat wisata serta makanan khas daerah Bukittinggi.
Wah, pengen nyobain kulinernya nih. Sepertinya enak-enak semua.. Selama ini baru ayam pop yang pernah saya cobain, itupun karena biasanya tersedia di restoran atau rumah makan Padang
ReplyDeleteYa ampun, kangen banget sama pisang panggangnya yang khas pakai santan. So far belum pernah nemu yang begini, mostly pisang panggang di kota lain "cuma" dikasih topping keju dan meses. Kuliner sumatera barat belum pernah gagal emang 😍😍
ReplyDeleteJadi inget dulu pernah ke Padang, Kak. Beberapa destinasi wisata di atas sudah pernah kami kunjungi. Ulasan ini bikin rindu pengen ke sana lagi, hehehe. Bisa jadi pengingat nih, Kak.
ReplyDeleteBaca tulisan ini jadi membayangkan dan kepingin ke Bukittinggi... Banyak sekali ya Destinasi wisata nya, bisa jadi seminggu kalau semua dikunjungi ya?
ReplyDelete