Monday, August 12, 2024

Stopplaats Ombilin, Stasiun Mini Pembentuk Pasar dan Citra Kuliner Ikan Bilih

Stopplaats Ombilin

Tempo hari saya setelah mengikuti kegiatan Booth Camp Sustainable Tourism di Bascamp Kage Sumbar pulang melewati jalan lintas Padang Panjang - Solok via Danau Singkarak. Pilihan jalur ini karena kondisi macet yang tidak bisa dihindari di sekitaran jalan Balingka-Padang Lua. Ini efek ditutupnya jalan Lembah Anai.

Meski perjalanan menjadi lebih jauh tapi tidak apa-apa. Harus dinikmati saja karena memang sudah lama tidak melihat danau Singkarak. Dari Bukittinggi memang sudah sore juga dan sampainya di sekitaran danau setelah Magrib. Vibes danau Singkarak malam itu agak lain juga ya. Seru saja melihatnya. Sayangnya sepanjang jalan ini lampu penerangan jalannya minim banget. Jadi harus ekstra hati-hati bila berkendara.

Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya sampai di Pasar Ombilin. Memang tidak ada rencana untuk singgah tapi kak Novi memiliki rencana untuk beli ikan Bilih di Pasar Ombilin ini. Jadi teringat ketika dulu waktu jadi panita Kemah Bakti Mahasiswa di tepian danau Singkarak menu makan kita itu olahan ikan Bilih. Memang enak dan gurih sekali.

Pasar Ombilin Buka 24 Jam

Stopplaats Ombilin

Pasar Ombilin ini bukan pasar biasa saja yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan bukanya sejak subuh hingga jelang siang. Pasar Ombilin ini terkenal sebagai lokasi tempat berburu olahan ikan dari danau Singkarak, salah satunya yang terkenal adalah ikan Bilih dan ikan Sasau. Olahan ikan ini dijual di kios yang lokasinya berada di tepi jalan dan ready terus hampir 24 jam.

Pasar Ombilin ini terletak di Jorong Ombilin, Nagari Simawang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Lokasi pasar dan kios ikan ini memang strategis berada di pertemuan jalur Lintas Tengah Sumatra dari Batusangkar, Padang Panjang dan Solok.

Stopplaats Ombilin
Stopplaats Ombilin

Mobil kami pun berhenti sejenak dan menepi di los Ikan Bilih dan Sanjai Selvy. Dengan ramah pemilik los menyampa kami, menanyakan ingin beli apa? ikan bilih atau sanjai?

Satu per satu plastik besar yang berisi ribuan ikan olahan ini dibuka. Hal yang pertama yang ditanyakan harga. Tiap ukurannya beda-beda bisa 1/4 kg, 1/2 kg atau mau sekilo pun bisa. Terpenting sesuai dengan isi dompet kita. Per Juli lalu sekitar 70 ribuan untuk 1/4 kg-nya. Kalo sekarang tidak tahu mungkin tidak jauh dari harga itu.

Stopplaats Ombilin
Stopplaats Ombilin

Kehadiran kios ini menjadi salah satu daya tarik wisata sekitaran tepian danau Singkarak, terutama dekat Ombilin.  Ikan Bilih yang merupakan ikan endemik dan komditas danau Singkarak ini menjadi salah satu buah tangan patut dibawa 

Jikalau ditanya danau Singkarak, hampir semua orang akan tertuju kepada ikan Bilih ini. Coba saja sebutkan potensi lainnya yang memang menarik dan menjadi landmark di danau terbesar di pulau Sumatera selain keindahannya?

Pasar Ombilin dan Aktivitas Perkeretaapain Batubara Ombilin

Stopplaats Ombilin

Keberadaan Pasar Ombilin ini tidak serta merta hadir begitu saja. Namun, ada sebab pemicunya. Aktivitas perkeretaapian yang melahirkan Pasar Ombilin ini. Tak jauh dari area pasar dan los olahan ikan ini terdapat stopplaats Ombilin dan jalur lintasan kereta api. Stopplaats atau Stoplat ini merupakan jenis stasiun mini untuk pemberhentian sementara kereta api. 

Stoplat ni berada di Jorong Ombilin dan dekat dengan jalan raya. Kini keberadaan jejak perkeretaapainan ini menjadi bagian Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) yang statusnya heritage dunia sejak 2019.

Buku Gedenkboek der Staatsspoor en Tramvegen in Nederlandsch Indie 1875-1925 terbitan tahun 1925 menuliskan perkeretaapian di Sumatera Barat ini dibangun secara bertahap yang dipimpin oleh J.W. Ijzerman dengan unit perusahaan pengelolanya bernama Sumatra Staatsspoorwegen (SSS). 

Pembangunan jalur kereta api tahun 1887 untuk sarana distribusi hasil batubara dari Sawahlunto ke Pelabuhan Teluk Bayur (Emmahaven Port) Padang.sepanjang 155,5 km. Pembangunan ini berdasarkan Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 163 semasa pemerintah Hindia-Belanda.

Stopplaats Ombilin

Jalur kereta stoplat Ombilin ini merupakan segmen pembangunan rute kedua yang dimulai dari Padang Panjang hingga Sawahlunto melalui danau Singkarak. Proses pembuat jalurnya dalam rentang waktu satu tahun dari Juli 1891 hingga rampung pada 1 Juli 1892. Termasuk pembuatan segala pernak pernik infrastruktur pendukungnya.

Sama seperti di daerah lainnya, terbentuknya Pasar Ombilin ini disebabkan adanya interkasi antara para penumpang kereta api dengan masyarakat setempat. Stoplat ini memberikan dampak terjadinya keramaian yang secara alamiah mendorong masyarakat sekitar untuk berniaga.

Hidayat David telah riset sejarah perkembangan Pasar Tradisional Ombilin tahun 2021 bahwa jaringan kereta api telah membentuk pusat-pusat pemukiman penduduk dan perdagangan. Sejumlah pasar  bermunculan di sepanjang jalur kereta api, terutama di dekat stasiun

Stopplaats Ombilin

Terjadi peningkatan cukup drastis jumlah pasar di Sumatera Barat. Semula pada tahun 1825 terdapat 62 pasar yang tersebar di Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Koto. Jumlah pasar meningkat drastis menjadi 340 pasar pada 1898 dan menjadi 410 pasar pada 1905.

Keberadaan stasiun memang menjadi penarik aktivitas perekonomian masyarakat yang tidak lepas dari interaksi penumpang kereta api di kawasan Ombilin ini. Aktivitas sekitaran stoplat ini meliputi aktivitas perdagangan dan jasa hingga kemungkinan juga ada pertunjukan seni budaya. 

Munculnya pasar menjadi pusat perdagangan tempo itu menunjukkan bahwa aktivitas stasiun memiliki kemampuan untuk menggerakkan aktivitas perekonomian suatu daerah.

Jejak Stopplaats Ombilin dan Jembatan Kereta Api Ombilin

Stopplaats Ombilin

Dari data stasiun yang ada di Sumatra Barat, Stoplat Ombilin ini masuk list. Namun, tidak banyak dokumen dan narasi yang menguraikannya. Untung saja saya berhasil menemukan beberapa dokumen foto yang memperlihatkan kondisi stasiun ini. 

Arsip statis berupa foto yang memperlihatkan kondisi pasukan APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) ketika menduduki Ombilin setelah mengalami pertempuran tanggal 30 April 1958. Jika disimak-simak, Stoplat Ombilin ini tidak luas dan besar, sekiranya ukurannya tidak lebih dari 3m x 3m yang bangunannya didominansi terbuat dari kayu. Sekilas memang tidak menggambarkan bentuk stasiun pada umumnya. Terdapat tulisan "Ombilin" yang memperjelas bahwa bangunan ini memang bisa dikatakan stasiun mini Ombilin.

Infrastruktur perkeretaapian tampak melintang di hulu sungai Batang Ombilin yang sumber airnya langsung dari danau Singkarak.  Jembatan kereta api ombilin ini satu dari 12 jembatan kolonial yang buat untuk menghubungkan mobilitas batubara dari Sawahlunte hingga ke Padang. 

Stopplaats Ombilin

Secara kasat mata maha karya yang menjadi warisan dunia ini pun kokoh berdiri meski telah termakan usia. Namun, secara fungsi bisa jadi jembatan ini tidak layak lagi untuk dilintasi karena perlu ada pengujian lebih lanjut. Sayang sekali aset penting dari WTBOS ini terabaikan.

Jembatan kereta api Ombilin ini cukup beruntung karena objek ini banyak yang mendokumentasikannya. Mulai dari suasana jembatan kereta dan jembatan jalan raya hingga ada suasana kereta Mak Itam melintasi jembatan ini dengan pemandangan danau Singkarak yang syahdu. Terbayang saja jika beneran kereta api itu masih hidup. Lintasan Singkarak ini salah satu spot terindah setelah Lembah Anai.

Ada juga beberapa dokumen foto yang memperlihatkan kondisi jembatan kereta api Ombilin yang berdampingan dengan benteng pertahanan Jepang, berupa bunker. Lokasinya ada dua, pertama dekat jalan raya dan satu lagi dekat dengan jembatan kereta api Ombilin. Diperkirakan area ini menjadi basis pertahanan perang dan pemberontakan ketika peristiwa tanggal 30 April 1958.

Mengenang Stopplaats Ombilin

Stopplaats Ombilin

Sayangnya, sejak 1989 stoplat ini harus berhenti karena industri tambang batubara di Sawahlunto sudah tidak menjanjikan lagi. Jejak stoplat ini pun sudah tidak ada lagi. Entah menghilang kemana, dihancurkan atau dimanfaatkan sekarang ini menjadi salah satu kios-kios yang menjual olahan ikan Bilih. Hanya memori kolektif masyarakat setempat yang bisa menjawabnya.

Kini, tersisa hanya jalur lintasan kereta api dan jembatan kereta api ombilin yang penah aktif ketika Kereta Api Wisata Danau Singkarak itu hidup.  Kereta ini pernah eksis sejak 2009 hingga tutup selamanya pada tahun 2014. Sedangkan kondisi Pasar Ombilin itu masih berfungsi sebagaimana zaman kolonial dulu kala.

Begitulah ceritanya. Tidak terasa jika ikan bilihnya sudah dibungkus. Saya pun sempat mencoba mencicipinya sedikit karena ditawarkan oleh ibunya. Kami kemudian melanjutkan perjalanan lagi untuk pulang ke Padang.

Teringat, seseorang pernah menyampaikan, bila ke Singkarak itu jangan lupa loh beli Bilihnya.

———————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

1 comment:

  1. waaah seru bangettt, udah lama ga belanja ikan karena biasanya dengan alm ayah & ibu. jadi rindu :')

    ReplyDelete